⚔️ Episode - 34

101 21 2
                                    

▀▄▀▄What If You Die? ▄▀▄▀

⚔️

Rafael menatap dalam wajah Michael yg terlelap di kamarnya. Wajah damai nan polos itu telah dibawa ke alam mimpi, tanpa raut kesakitan lagi. Rafael menyentuh dahi Michael memastikan suhu tubuh adeknya itu dan syukurnya demam Michael telah mereda. Anak itu benar benar tertidur dengan nyaman setelah hampir tiga jam suhu tubuhnya meninggi.

"Bagaimana kak? Michael masih demam?" Tanya marvin yg berdiri di samping Rafael.

Rafael menggeleng pelan. Ia tersenyum sendu lalu kembali mengalihkan tangannya dari dahi Michael. "Sudah mendingan..." Saut Rafael pelan.

Marvin menghembuskan nafas lega lalu mendudukan dirinya di ranjang sebelah kaki Michael. "Michael.. Kamu benar benar ya? Hampir saja aku mati berdiri karenamu.." Gumam Marvin lirih yg pastinya tidak akan terdengar oleh Michael namun terdengar jelas oleh kakak kakaknya. "Apa kamu tak menyadari betapa banyak bekas luka di tubuh mu ini syel?" Sambung marvin lagi sembari merapikan selimut yg tersingkap di kaki Michael.

"Walaupun Michael anaknya manja dan ceroboh tapi anak ini mempunyai tubuh dan jiwa yg kuat.. Dia ini akan tetap bertahan meskipun keadaan menghancurkan nya.. Percayalah pada sahabat mu, Marvin.." Ujar viken dengan senyuman di wajahnya.

Marvin tertawa kecil. Benar, Michael anak yg kuat. Ia tak gampang patah dan selalu bangkit apapun yg terjadi."Iya, kak ken.. Gua selalu percaya dengan Michael.. Hehe.."

Rafael menahan sesak yg datang tiba tiba. Nafasnya kembali tercekat dan keringat dingin membasahi kulit putihnya.

"Bisa bisanya kambuh di saat seperti ini.. Tahan.. Tahanlah ael..."

Rafael menghembuskan nafasnya perlahan menetralisir perasaan kalut dan gelisah yg datang tanpa di undang. Ia berdiri dari duduknya tiba tiba.

"Ada apa ael?" Tanya James yg duduk di sofa.

Rafael menghapus keringat dinginnya sendiri. Ia hanya menggeleng kan kepala. Namun kakinya melangkah mengarah ke pintu.

"Rafael, lu mau kemana malam malam gini?" Tanya viken dengan suara yg dinaikkan.

Rafael kembali berbalik dan menatap nyalang viken. "Viken choi.. Suara lu!! Nanti kalo ke bangun adek gua.. Gua bunuh lu ya.." Ucap Rafael penuh penekanan.

Viken seketika merinding. Bulu kuduknya berdiri dan ia merasa ciut melihat wajah Rafael yg telah berubah. Rafael sekarang dalam mode negatif di kuadrat kan. Viken secara spontan membungkukkan kepalanya. "Maafkan saya, my boss.. Tak akan saya ulangi lagi.."

Rafael menghembuskan nafas kasar. Perasaannya yg bergemuruh membuat amarahnya tak terkontrol lagi. "Hah... Gua mau keluar bentar.. Kalian disini aja.." Ucapnya lalu berbalik lagi membuka pintu kamar.

James kemudian berdiri, ia tahu betul dengan sifat Rafael yg tak memaafkan siapapun yg menyentuh adeknya. "Viken.. Marvin.. Jangan keluar dan tetaplah disini.. Kakak mau memantau leader kita yg memanas itu.. Hahaha.." Dan entah kenapa James ketawa yg membuat dua orang yg ada di dalam kamar itu merinding.

James segera keluar dari kamar Rafael.
Langkah James gontai dan pelan mengikuti Rafael yg berjalan tak kalah santai darinya. Terlihat jelas tinju Rafael yg mengeras dan pundaknya yg menegang. James mempercepat langkahnya untuk menyamakan dengan Rafael.

WHAT IF YOU DIE?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang