⚔️ Episode - 41

137 13 2
                                    

▀▄▀▄What If You Die? ▄▀▄▀

⚔️

Viken membimbing Michael yg masih terpangu. "Syel.. Duduk dulu ya~" Ajak viken lembut. Viken menatap hangat wajah adek sahabatnya itu. Ternyata bersama Michael bisa membangunkan sisi abangable dirinya.

Viken mendudukan Michael yg hanya diam seperti patung. Viken pun ikut mendudukan dirinya di samping Michael.

"Syel.. Tolong lihat kesini dek." Pinta viken masih dengan suaranya yg pelan.

Michael yg mendengar panggilan viken menghembuskan nafas dalam. Setelah beberapa saat ia kehilangan kewarasan, ia jadi mengerti beberapa hal yg membuat kakaknya marah kepada dirinya.

"Mungkinkah kak ael membenci gua dulu karena gua lah yg membuat kak aek menderita.. Kakak, kenapa lu mengorbankan diri lu demi gua sih?"

Michael tertawa sendiri sembari mengusap wajahnya kasar. Rasanya ia ingin menyakiti dirinya sendiri karena keberadaannya ternyata benar benar hanya beban bagi kakaknya.

"Michael lu memang tak berguna!! Seharusnya diri lu mati aja!!"

"MICHAEL..!!!" bentak viken seraya mengguncang bahu Michael yg masih kalut.

Michael dengan malas malasan menoleh ke sampingnya. "Ada apa kak?"

Viken menatap dalam mata Michael yg tampak lelah serta ekspresinya yg telah tenang. Tangan viken menepuk pelan paha Michael. "Syel.. Lu baik baik aja kan?"

"Hmm.."

"Syel.. Gua paham lu pasti terkejut karena ucapan dokter tadi kan? Tapi percayalah syel, Rafael rela melakukan apapun untuk lu.. Itu yg harus pahami! Bahwa kakak lu tuh emang sesayang itu ke elu syel.."

Michael tertawa dingin. Senyuman miring terlukis di wajah Michael. Ia mendengus pelan. "Untuk apa kak?! Untuk apa kak Rafael mengorbankan dirinya buat gua, hah?! Gua nggak minta.. Gua juga nggak mau kak ael menderita karena gua.. Seandainya gua tahu dari awal, gua pasti menolak keras tindakan kak ael.. Seharusnya gua tidak usah saja terlahir di dunia ini.. Kalo kenyataannya keberadaan gua hanya jadi beban kak ael.." Ungkap Michael berburu dengan isakan yg tak tertahan.

Viken yg mendengar ucapan Michael segera menangkup kedua pipi anak itu. Sungguh ia sangat ingin sekali menampar pipi adek sahabatnya itu namun ia tahan agar tidak menambah masalah. "Michael!!! Jaga ucapan lu.. Kenapa bisa lu jadi kepikiran seperti itu hah?!! Lu nggak tahu gimana Rafael menahan rasa sakitnya sendiri tanpa mengeluh ke elu hah? Lu nggak tahu gimana Rafael mencari uang untuk lu hidup, sekolah, sampai lu kuliah sekarang.. Lu nggak tahu betapa banyak yg ia korbankan hanya untuk lu seorang, Michael!!! Dan sekarang lu nyesel lahir kedunia ini?!! Pikir pake otak lu sendiri, berapa banyak pengorbanan kakak lu untuk lu seorang!!!"

Michael terhenyak mendengar penjelasan viken. Air mata menyucur bahkan ingusnya pun juga ikut. Sejujurnya ia tahu. Ia sangat tahu betapa banyak pengorbanan Rafael untuk dirinya maka dari itulah ia sangat membenci dirinya sendiri karena tak berguna. "Kak viken.. Kakak nggak bakal paham apa yg syel rasakan.. Syel nggak mau kak ael menderita karena Michael.. Michael hanya ingin kak ael hidup untuk dirinya sendiri.. Tapi ternyata karena syel sendirilah selama ini kak ael jadi menderita.. Dan yg bodohnya, Michael nggak tahu.."

Tanpa disadarinya, viken ikut meneteskan air mata melihat buliran asin yg berjatuhan di pipi Michael. Viken menghapus air mata yg jatuh itu. Ia peluk erat bayi besar Rafael itu. "Kakak paham kok dek.. Makanya dari itu syel nggak boleh merasa bersalah ya atau mengutuki diri sendiri.. Michael hanya perlu jadi adek yg baik dan hiduplah dengan baik, hmm?"

WHAT IF YOU DIE?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang