▀▄▀▄What If You Die?▄▀▄▀
⚔️
"Kak james..." Pekik Michael ceria.
Michael berari kecil menghampiri James yg tengah duduk di ranjang. James tersenyum menyambut adek bungsunya.
"Michael..."
Michael mendudukan dirinya di samping James. Ia masih dengan senyumannya yg selalu merekah. "Adek kakak tadi kemana? Sendirian lagi.." Ucap James sembari memperhatikan semua sudut wajah Michael.
Michael mengambil tangan kanan James lalu menggosok gosok nya. Ia bingung mau menjawab apa, ia juga tak pandai berbohong dan berkilah. "Nggak kemana kemana kak.." Jawab Michael ambigu.
James yg sudah mengetahuinya hanya tersenyum kecut. Tangan kiri James terangkat mengelap sisa sisa keringat yg masih tertinggal di dahi Michael. "Syel.. Jangan ulangi lagi, ya.. Disini tidak aman dan bisa saja masih ada intel yg menyamar untuk menangkap kita.. Jangan terlalu mudah mempercayai orang lain.. Michael hanya boleh mempercayai kakak kakak disini dan juga marvin.. Mengerti?"
Michael menggemerecutkan bibirnya lalu mengangguk lemah. "Iya kakak.. Nggak syel ulangi lagi.."
"Sekarang aja dia bilang iya tuh.. Besok besok palingan di langgar lagi.." Nimbrung Rafael dengan suara beratnya.
Michael dan James serentak menoleh ke Rafael yg duduk di sofa. Michael menunduk iba meminta pembelaan dari James. James pun mengerti lalu menutup telinga michael.
"Jangan dengerin kakak kamu itu.. Dia lagi stress.."Viken pun menepuk pelan paha Rafael. "Eh lu kalo nggak cari masalah sehari aja kayak nya nggak tenang hidup lu ya? "
"I don't care.." Jawab Rafael acuh.
Marvin berkacak pinggang di hadapan Rafael. "Kak Rafael.. Lama lama gua lihat lu kayak bocah deh.. Hobby banget ngebully adek lu sendiri.."
"Bodo amat.." Saut rafel acuh. Dan tanpa sadar ia menarik garis bibirnya keatas.
Viken dan marvin yg melihat rafael tersenyum menahan tawa karena geli. Viken menggeleng gelengkan kepalanya karena tak habis pikir dengan sikap sahabatnya itu. Kekanak-kanakan sekali.
Marvin menatap sinis rafael yg masih tersenyum miring."Kak ael lu benar benar dah.."
Tok.. Tok.. Tok..
Sontak semua atensi teralih ke arah pintu. Rafael segera berdiri dari duduknya begitu juga dengan james.
"Siapa ael?" Tanya james dengan suara rendahnya.
Rafael mengedikkan bahu.
"Yaudah, biar gua aja yg buka pintu.." Ujar james.
James melangkah maju. Ia memegang gangang pintu itu lalu membukanya. James melihat dua orang lelaki yg tak terlalu tinggi dihadapannya dengan wajah yg tanpa ekspresi. "Kalian berlima di panggil sekarang juga oleh tuan Frederick ke kantornya.." Ucap lelaki itu to the point.
Rafael yg berdiri di belakang James menatap tajam kedua lelaki itu. "Kenapa harus berlima? Saya saja yg kesana sendiri karena sayalah yg melakukan perjanjian dengan atasan anda.." Tukas Rafael.
"Tidak bisa.. Anda tidak berhak mengeluarkan pendapat.. Saya disini hanya melakukan perintah yg diberikan ke saya.. Mohon, ikuti saya sekarang.." Final lelaki itu tanpa bergeming.
Rafael hendak melawan namun tangan James dengan cepat menghadang Rafael. Rafael spontan menoleh ke james. "Kak!!"
James menggelengkan kepalanya perlahan dan menarik Rafael kembali ke belakang nya. Setelah Rafael telah tenang dibelakangnya, James menatap kembali kedua lelaki itu lalu tersenyum tipis. "Baiklah kami akan mengikuti kalian.."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF YOU DIE?
حركة (أكشن)Choi yeonjun, choi soobin, choi beomgyu, kang taehyun dan hueningkai telah di tetapkan sebagai buronan negara yg telah membobol bank dan membawa sekian juta dollar serta telah mencelakai beberapa polisi. Bagaimana cara mereka untuk kabur dan menye...