⚔️ Episode - 35

128 19 5
                                    

▀▄▀▄What If You Die? ▄▀▄▀

⚔️

Hanya tinggal satu hari lagi sebelum kapal cargo dengan muatan ribuan ton itu akan mendarat di pelabuhan. Dan Seperti hari hari sebelumnya kehidupan terus berjalan seperti biasanya. Kehidupan dan kematian bagai roda yg tak berhenti berputar. Manusia hanya menunggu gilirannya meneguk cangkir kematian yg telah siap.

Rafael menatap dalam wajah lelap sang adik yg masih betah dalam tidurnya. Hembusan nafas yg teratur melalui rongga hidung sang adik membuat hati Rafael tenang. Kedua tangannya menggenggam erat tangan kiri adiknya yg terbebas dari selang infus.

Sudah tiga hari Michael hanya terbangun sebentar dari tidurnya. Itu pun hanya memenuhi kebutuhan hajatnya dan selebihnya hanya berbincang sedikit dengan kakak kakaknya yg begitu mengkhawatirkan adik Rafael itu. Luka luka ditubuh Michael kian mengering meninggalkan luka bekas baru yg membuat Rafael meringis ketika membersihkan tubuh Michael.

Setiap elusan tangan Rafael mengelap tangan dan dada adeknya berhasil menyakiti hatinya. Sakitnya tak terkira melihat orang yg paling ia sayangi menderita karena kelalaiannya.

"Kkak.."

Rafael segera mendongak menatap Michael yg telah membuka matanya. Mata sayu itu mengerling ke kiri dan ke kanan.

"Kakak.."

Rafael tersenyum hangat dan mengusap surai caramel Michael. "Iya, adek.. Kakak disini hmm.."

Michael ikut tersenyum melihat senyuman hangat kakaknya. "Kak.. Sepertinya kakak sama seperti syel.." Celetuk Michael sembari memperhatikan wajah Rafael dengan seksama.

Rafael yg tak mengerti menaikkan alisnya satu. Senyuman masih bertengger di wajahnya.

"Wajah kakak sekarang lebih terlihat seperti pasien dari pada syel.. Kakak nggak tidur ya beberapa hari ini.." Tangan kiri Michael terangkat menyentuh pipi tirus Rafael.

Senyuman Rafael perlahan menghilang. Ia tertegun mengetahui adeknya ternyata lebih mengkhawatirkan dirinya. Rafael menganggukkan kepalanya. "Iya.. Kakak bergadang beberapa hari ini.. Tapi syel jangan khawatir karena kakak baik baik saja.."

"Kenapa kakak harus bergadang? Nanti kalo yg kakak sakit gimana?" Tanya Michael dengan suaranya yg bergetar. "Syel tak mau kakak sakit.."

Air mata Rafael meleleh membasahi tangan Michael yg masih di pipinya.

"Kakak..?!! Kakak beneran lagi sakit? Kakak kenapa nangis.." Michael seketika panik melihat air asin itu yg kian deras.

Rafael menggeleng lemah lalu ia berusaha kembali mengembangkan senyumannya. Tangan lentik Michael ia turunkan dari wajahnya lalu ia genggam erat. "Michael.."

"Eung.?"

"Kakak baik baik aja adek.. Kakak baru bisa tenang kalau syel udah sehat lagi.. Tak apa apa bagi kakak begadang beberapa hari memastikan kamu tetap ada di sisi kakak.."

Michael tersenyum namun ia sedih juga. Aah!! Ia sangat senang akhirnya kakaknya mengungkapkan kalau dirinya sangat berarti bagi kakaknya. Setelah hampir enam tahun kakaknya itu tak pernah menganggap kehadirannya. Perasaannya seperti kembang api yg meletup letup. Haruskah Michael mensyukuri sakitnya sendiri. Ya, setidaknya setimpal karena melihat wajah kakaknya yg mencemaskan dirinya. Begitu menggemaskan di matanya

WHAT IF YOU DIE?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang