Part 27

283 13 1
                                    

Kemarin Sasha tidak sekolah gara-gara habis bercinta hihi. Lalu sekarang bagiamana ya? Simak cerita selanjutnya yuk.

===

Masih terlalu pagi, bahkan ayam pun belum berkokok. Sasha termenung di atas tempat tidur. Telah lama kamarnya kosong, seperti tanpa penghuni karena tiap malam dia tidur di kamar Brama. Bukan kamar Brama, tapi kamar mereka, bukan lagi aku dan kamu, tapi kita. Brama selalu bisa membuat Sasha nyaman sebelum tidur.

"Kenapa, Sayang?" bisik Brama pada telinga sang istri.

"Kak, Sasha kan udah kelas dua belas, bisa gak ya nanti lulus dengan nilai bagus?" tanya Sasha sambil memeluk Brama.

"Pasti bisa dong. Istri Kakak itu paling pintar di sekolah. Lagian kalau kamu udah lulus, kan enak. Kita bisa bikin Brama dan Sasha junior."

"Aaaa, Kakak! Sasha serius nih!"

"Lho? Kakak juga serius banget lho. Mama dan Papa gak sabar pengin nimang cucu," goda Brama sambil tersenyum.

"Aish, bilang aja kita udah bikin tiap hari."

"Oooh, jadi mau bilang gitu sama mertua? Sasha ternyata doyan juga, ya?"

"Kakak! Udah dong bercandanya." Wajah Sasha memerah, terlihat matanya yang berkaca-kaca. "Sasha pengin segera lulus. Biar bisa ngomong ke anak-anak yang lainnya kalau Kakak itu milik Sasha."

"Kamu cemburu?"

Sasha mengangguk lemah. Sungguh hatinya tak rela jika sang suami berdekatan dengan wanita lain. Walau terlihat bahwa lelaki itu sama sekali tak menanggapi, tapi tetap saja para siswi selalu mendekati jika tak ada Sofia.

Bukan Sasha tak tahu, dia malah sangat tahu bagaimana sikap teman-temannya. Paling mengesalkan jika ada yang menceritakan dan membayangkan bagaimana mereka berduaan dengan suaminya. Apalagi jika sampai terbawa sampai mimpi basah. Seperti ada yang mencubit hati Sasha. Tak rela, sungguh tak rela.

"Terus? Kamu mau aku keluar dari sekolah aja?" Brama memandang mata sang istri yang berkaca-kaca.

Kesedihan Sasha adalah kesedihannya juga. Bohong jika tak ada cinta di hati untuk sang istri. Tinggal berdua dan merasakan pahit dan manis kehidupan bersama, semua itu membuat lelaki itu tak bisa egois. Teringat bagaimana dia yang khawatir dengan sang istri, kini dialah yang membuat Sasha menangis.

"Nanti kalau Kakak keluar, gak ada yang kerja dong. Dapat uang dari mana?" tanya Sasha dengan cemas. Kini dia telah berumah tangga, tak mungkin meminta jatah bulanan pada ayah. Akan dianggap apa suaminya nanti? Suami yang tak bertanggung jawab pada istri. Apalagi jika sampai sang ayah marah dan ingin memisahkan mereka, Sasha tak ingin hal itu terjadi.

"Kamu percaya sama Kakak?"

Sasha mengangguk pelan.

"Kalau kamu percaya sama Kakak, kamu juga harus percaya kalau Kakak pasti bisa jadi suami yang baik buat kamu. Kakak bakal bahagiain kamu. Kita gak bakal kelaparan kok kalau Kakak gak kerja di sana." Brama meyakinkan Sasha sambil mengelus rambutnya.

"Yakin, Kak?"

"Jangan-jangan itu yang bikin nilai kamu turun, ya?"

Sasha mengangguk lagi. Tak bisa dimungkiri bahwa lelaki itu memang mengambil peran yang sangat besar pada nilai pelajarannya. Mana bisa belajar jika di pikiran hanya ada Brama dengan berbagai macam jenis wanita yang mendekat. Dia takut jika sang suami tergoda.

"Ya Tuhan, Sasha. Di hati Kakak ada kamu. Lagian kamu tuh yang paling cantik di antara yang lain. Kamu yang paling istimewa. Lagian, kita udah terikat pernikahan. Memang kamu pernah liat Kakak macam-macam? Enggak, kan?" Brama tertawa sambil mempererat pelukan pada sang istri.

Suami Rahasia (Sudah Terbit) Repost Sampai TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang