Sasha sudah mau wisuda nih. Yuk cus baca, eits jangan lupa like dan komennya yaa.
===
Sasha melihat ke arah pintu dengan gelisah, beberapa menit lagi namanya akan dipanggil ke depan, sedangkan Brama belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Lelaki itu seolah hilang dari peredaran.
"Nanti juga bakal datang kok," kata Widya sambil tersenyum.
"Tapi, Bu ... cuma tinggal beberapa menit pidato selesai. Namaku yang akan dipanggil pertama kali nanti," ucap Sasha dengan menahan air mata. Dia lalu berdiri, menjauh dari orang tuanya, lebih dekat dengan podium, bergabung dengan teman-temannya.
Hari ini sangat penting baginya, wajar saja jika ingin sang suami berada di sampingnya. Apalagi nanti saat harus naik panggung didampingi oleh keluarga, Sasha ingin lelaki itu yang naik bersamanya, juga kedua orang tuanya. Hatinya bergejolak, ada yang seolah memukul-mukul dengan palu, sakit.
"Sha, namamu dipanggil tuh." Diana menyenggol lengan temannya.
Sasha masih diam di tempat duduknya, kini air mata mulai merebak. Ingin dicacinya lelaki yang telah membuatnya menunggu. Lelaki itu tak pernah peka, bahkan pada hari yang sangat penting pun masih tak memikirkan bagaimana perasaan istrinya.
"Cantiknya ilang lho kalo nangis," sebuah suara membuat Sasha mendongak.
Brama tersenyum sambil mengulurkan tangan kanannya, bak pangeran yang berharap disambut sang putri.
"Bodo!" Air mata langsung menetes saat panggilan kedua ditujukan padanya dengan sinar yang menyinari Sasha dan Brama sebagai pusat perhatian.
"Sayangku gak boleh nangis gitu. Ini kan hari bahagia. Yuk ke podium." Tangan Brama masih terulur, menunggu sambutan istrinya.
Suara-suara makin ramai terdengar. Teman-temannya seolah tak percaya bahwa Brama menghadiri acara itu untuk Sasha, apalagi didukung dengan penampilang yang pasti membuat para wanita terperangah.
Sofia pun hanya bisa meneguk ludah, dia kalah telak. Setelah Brama keluar dari sekolah, lelaki itu datang mengunjungi Sofia untuk menegaskan bahwa guru wanita itu tak boleh memanfaatkan atau pilih kasih terhadap Sasha. Ancaman Sofia pada murid-murid yang lain dan Sasha sudah didengar oleh Brama. Hal itu membuat sang guru olahraga tidak bisa berbuat apa-apa.
Masih dengan wajah cemberut, akhirnya Sasha menyambut uluran itu. Kini dia tak akan malu-malu atau menyembunyikan hubungan mereka lagi. Dengan penampilan Brama hari itu, bukan tak mungkin bahwa suaminya akan menjadi target siswi-siswi berikutnya setelah acara selesai.
Ketiga kalinya nama Sasha dipanggil, akhirnya mereka berdua berjalan berdampingan menuju podium. Jelas hal itu membuat suasana ramai karena Sasha tanpa didampingi oleh orang tua, melainkan oleh mantan guru mereka. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa mereka terlihat sangat serasi.
"Kalo gini mah, aku nyerah. Kalah saingan ma Sasha," ujar seorang siswi.
"Duh Pak Brama itu, gak cukup ya narik perhatian siswi seluruh sekolah? Sekarang malah ngambil Sasha dari kita." Hendy menarik napas panjang sambil memandang mereka dengan patah hati.
"Patah hati?" tanya Diana pada Hendy dengan mengulum senyum.
Sudah lama Hendy tertarik pada Sasha, tapi sikap cuek gadis itu membuatnya maju mundur. Siapa yang tak tertarik dengan gadis yang telah menjadi kupu-kupu dalam sekejap? Sayangnya sang kupu-kupu telah memilih bergandengan dengan yang lain. Jauh dari jangkauannya.
Kasak-kusuk makin terdengar jelas saat mereka berdua sudah ada di atas podium. Banyak yang tak terima dengan naiknya Brama mendampingi, seolah sang pujaan telah direbut secara paksa. Para lelaki tak suka pada kehadiran Brama, yang perempuan pun tak suka dengan Sasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rahasia (Sudah Terbit) Repost Sampai Tamat
RomanceSasha Atmaja, seorang anak yang bersekolah dengan beasiswa. Bukan gadis populer karena lebih suka berada di perpustakaan, daripada berkumpul dengan teman-temannya. Kehidupannya yang tenang dan damai berubah 180° saat hadir guru muda, Bramasta. Guru...