Penasaran apa tidak nih tentang cerita selanjutnya? Yuk cus baca.
===
"Pak, kali ini Sasha jangan dihukum, ya? Kan baru pertama kali telat," pinta Sasha pada guru piket yang sedang mencatat siapa saja murid yang terlambat.
Guru piket tidak mengindahkan permintaan Sasha, beliau terus menulis semua nama di dalam buku pelanggaran tata tertib sekolah. Sasha hanya bisa menarik napas panjang saat dirinya bersama beberapa murid lain diharuskan berdiri di bawah tiang bendera selama satu jam pelajaran pertama.
Berdiri dengan anak-anak yang juga telat, tak pernah sekalipun ada di benak Sasha. Tak ada kata terlambat sekolah di kamusnya, dia terkenal sebagai murid paling rajin. Namun, kali ini para guru bisa melihat Sasha berdiri berdampingan dengan murid yang melakukan pelanggaran. Sungguh, dia sangat malu menjadi tontonan.
Brama yang keluar dari ruang guru, kaget saat mendapati Sasha berada di bawah tiang bendera. Lelaki itu menepuk dahinya, tak menyangka bahwa Sasha akan masuk sekolah walaupun sudah hampir terlambat. Tentunya mudah bagi gadis itu untuk mengikuti pelajaran yang tertinggal, bukan malah telat masuk ke sekolah.
Untungnya kelas yang diajar oleh Brama, kali ini berada dekat dengan tiang bendera. Jadi, lelaki itu bisa mengamati istrinya dari kejauhan. Bohong jika berkata bahwa dia tak khawatir dengan kondisi Sasha. Setidaknya dia bisa memastikan bahwa Sasha baik-baik saja.
Belum tiga puluh menit lelaki itu mengajar, ada kegaduhan di bawah tiang bendera. Matanya memicing, menajamkan penglihatannya. Dilihatnya dari kejauhan, Sasha telah pingsan dan dipegangi oleh murid-murid yang lain.
Tanpa mempedulikan kelasnya, dia langsung berlari ke arah tiang bendera. Membuat murid-murid lain yang berkerumun langsung minggir memberi jalan. Dengan cepat, lelaki itu mengangkat tubuh kecil Sasha, tujuannya hanya satu, membawa gadis itu ke UKS. Tak ada kesulitan berarti saat mengangkat tubuhnya.
Brama meletakkan tubuh Sasha di atas tempat tidur di UKS. Petugas UKS pun segera datang dengan minyak kayu putih yang akan digunakan untuk menyadarkan Sasha.
"Beasiswa lagi?" tanya petugas UKS.
Brama mengangguk, lalu segera mengambil teh yang masih panas.
"Beruntung, ya? Tiap kali pingsan, dibawa terus oleh Pak Brama."
Brama mengernyitkan kening. Beruntung? Bukankan sudah kewajiban lelaki itu untuk menjaga Sasha? Bahkan dia tak akan rela jika gadis itu diangkat oleh orang lain. Tak rela jika tubuh kecil gadisnya dipegang dan diraba oleh orang lain.
"Saya ke kelas dulu. Titip Sasha, ya?" kata Brama saat melihat gadis itu mulai siuman sambil memberikan gelas teh yang diambilnya pada petugas.
Petugas itu tersenyum, lalu membantu Sasha minum teh. Melihat Sasha yang sudah sadar, Brama tak ingin berlama-lama di UKS. Toh nanti pada jam pelajaran ke tiga dan empat, saat tidak ada kelas yang harus diajar, dia masih bisa menemui gadis itu. Lagipula, perhatiannya yang terlihat berlebihan pada gadis itu bisa membuat Sasha malah tak suka.
💐💐💐💐💐
"Kamu belum makan?" tanya Brama saat sudah kembali ke UKS.
Sasha menggeleng lemah. Dia terakhir kali makan adalah saat berkumpul dengan keluarganya.
"Di dapur kan ada mi goreng, kenapa gak kamu makan?" ujar lelaki itu naik pitam. Gadis itu sudah dua kali membuatnya khawatir. Padahal tadi pagi dia sudah menyempatkan diri untuk membuat sarapan.
"Mi goreng?" tanya Sasha tak mengerti?
"Kamu gak liat di atas meja?"
Sasha menggeleng lagi. Bagaimana mungkin dia bisa melihat mi goreng di atas meja, jika melihat dapur berantakan saja membuat kepalanya mau pecah. Membayangkan bagaimana nanti saat membersihkan dapur. "Jadi, kamu yang bikin dapur ancur seperti kapal pecah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rahasia (Sudah Terbit) Repost Sampai Tamat
RomanceSasha Atmaja, seorang anak yang bersekolah dengan beasiswa. Bukan gadis populer karena lebih suka berada di perpustakaan, daripada berkumpul dengan teman-temannya. Kehidupannya yang tenang dan damai berubah 180° saat hadir guru muda, Bramasta. Guru...