Part 31

260 11 0
                                    

Halo, balik lagi nih sama Sasha dan Brama. Bagaimana ya keadaan Sasha sekarang? Cus baca.

===

Sasha memperhatikan penampilannya di depan kaca. Teringat saat masa SMP dulu, tapi kali ini diakuinya bahwa dia memang cantik. Tanpa kacamata dan rambut yang dikepang, dia tak lagi nampak cupu. Apalagi seragam yang dia banggakan telah kotor, tak bisa digunakan lagi. Satu-satunya seragam yang bisa dia pakai adalah pemberian Brama kemarin.

"Siap buat kalah, ya?" tanya Brama sambil ikut memperhatikan sang istri.

"Enggaklah. Emang gak bakal ada yang tertarik kok ma Sasha. Beda kales sama suami Sasha yang luar biasa tampan ini. Sampe satu sekolah gak bisa berpaling dari pesonanya." Sasha melirik ke arah suaminya yang mulai terbahak.

"Baru nyadar kalo Kakak tampan?"

"Ish." Sasha tak lagi mempedulikan Brama, dia berjalan ke arah meja makan, di sana sudah tersedia beberapa menu masakan yang tadi pagi sudah dimasaknya.

Brama mengikuti sang istri, ikut duduk kala Sasha sudah duduk. Brama diam saja saat Sasha mulai mengambilkan makanan untuknya. Hal yang saat ini sudah menjadi kebiasaan sang istri saat berada di meja makan.

"Masakan istriku emang te-o-pe deh. Gak ada yang bisa ngalahin," puji Brama sambil menerima piring yang telah berisi nasi dan lauk.

Wajah Sasha memerah, perempuan memang paling sensitif pada pendengarannya. Sebagai seorang suami, tak ada salahnya memuji sang istri atas apa yang telah dilakukan untuk keluarga. Kali ini, tiap pujian yang keluar dari mulut Brama, hanya untuk Sasha, bukan pada wanita lain.

Entah sejak kapan rasa cinta itu hadir, kali ini Brama tak ingin menolak jika memang itu cinta. Rasa berdebar yang sudah lama tak dirasakannya, juga rasa ingin memiliki seutuhnya. Semua itu jelas karena cinta yang sudah terpatri di hati. Sang istri sudah benar-benar menjadi perempuan yang memenjarakan hati, membawa separuh napas dari setiap embusan yang ada dalam dirinya.

"Masih nglanjutin taruhannya, kan?" tanya Brama dengan mata memicing.

"Iya dong. Siapa takut?" Sasha mengacungkan jempol, lalu menggoyangkannya.

Brama tersenyum, lalu melanjutkan makannya. Berbagai macam permintaan sudah memenuhi benaknya, yakin bahwa dia akan menang. Kali ini tak akan ada yang bisa menolak pesona istrinya. Bahkan para lelaki di sekolahnya pasti akan terpanah jika melihat Sasha berjalan melewati mereka. Tak hanya itu, dia yakin bahwa tak akan ada lagi yang berani menyakiti Sasha setelah insiden dengan Rio dan gengnya.

"Senyum-senyum sendiri ih. Ayo buruan makannya, Sasha telat nih."

💐💐💐💐💐

Dengan langkah pasti, Sasha mulai melangkah memasuki gerbang sekolah. Gerbang itu tetap sama, tak ada yang berubah. Satpam pun tidak berganti, tapi rasanya berbeda. Pandangan menelisik dari para siswa membuat langkah pastinya menjadi pelan. Dia melihat ke arah kaca jendela kelas, berharap menemukan sesuatu yang dianggapnya aneh. Namun, nihil.

Tak ada yang aneh dengan wajahnya. Hanya penampilannya sedikit berubah. Rambut panjang dan tebal yang selalu dikepang, kini tergerai bebas sepundak dengan jepit rambut yang menempel manis di poninya. Kacamata tebal yang selalu membuat tangannya bergerak untuk membetulkan letak pun sudah tak ada lagi. Jika kemarin dia masih mengenakan seragam yang warnanya pudar, kali ini tidak. Baju pilihan Brama sangat pas di tubuhnya.

Tak ada yang menyapa Sasha, sampai dia masuk ke kelas, lalu duduk di bangkunya. Bahkan teman-teman sekelasnya masih melihat dengan tatapan asing.

"Ada yang salah, ya?" tanya Sasha pada Hendy yang memang duduk tak jauh darinya.

Suami Rahasia (Sudah Terbit) Repost Sampai TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang