Part 17 - Jangan Panggil Sayang

5.1K 325 55
                                    

Ada yang menunggu part ini? Jangan lupa tinggalkan komentar dulu sebelum mulai membaca yaaa.

===

"Hari gini masih hoax? Bayar berapa buat bikin kartu nikah kayak gitu?"

Brama langsung berdiri saat melihat salah satu dari wanita itu telah mengambil surat nikah milik Sasha. Tak menyangka bahwa si wanita akan senekat itu.

"Dengar ya, Mbak? Ini kartu nikah asli. Dia memang istri saya dan asalkan si Mbak tahu, dia lebih cantik dan menarik berkali lipat dari kalian." Brama mengambil kartu nikah itu dengan cepat. Kartu itu pun berpindah tangan. "Ayo, Sayang, kita pulang."

Wajah dua wanita itu kecut mendapat ucapan pedas dari Brama, lalu mencibir dan pergi dari tempat itu. Sementara Brama dan Sasha pun langsung pergi. Sudah cukup menjadi tontonan gratis untuk beberapa menit tadi.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Brama saat mereka berada di dalam mobil sambil mengembalikan kartu nikah yang dipegangnya.

Sebuah kartu nikah yang dikeluarkan oleh Menteri Agama dengan bentuk seperti E-KTP itu diluncurkan pada bulan November tahun 2018. Di dalamnya berisi foto pasangan yang telah menikah dan juga barcode yang bila dipindai dengan scanner, maka akan ada data-data pengantin. Kartu nikah ini bukan pengganti buku nikah, namun hanya pelengkap yang bisa dibawa ke mana-mana.

Sasha mengangguk, tak berkata sama sekali. Dia masih kaget saat Brama mengembalikan buku nikahnya dan menggandengnya keluar dari tempat itu menuju tempat parkir. Apalagi saat suaminya itu memanggil sayang. Sayang? Wajah Sasha langsung bersemu merah saat mengingat kata itu.

"Katanya mau merahasiakan pernikahan kita, kok bawa-bawa kartu nikah? Gak sekalian buku nikahnya aja dibawa?" tanya Brama sambil tersenyum menggoda.

Melihat Sasha yang tak bersuara. Brama langsung mengemudikan mobil menuju rumah Atmaja. Tak ada keinginan sama sekali untuk menggoda istrinya, takut hal itu malah membuat Sasha marah.

Tak berapa lama, mobil sudah sampai di halaman rumah Atmaja. Namun, belum ada yang turun dari mobil walaupun mesin telah dimatikan.

"Kak, boleh minta tolong?" Sasha bersuara pelan.

"Ya? Kamu mau minta apa?" Brama memandang Sasha dengan intens.

"Tolong jangan panggil Sasha dengan sebutan sayang," ucap Sasha sambil memandang Brama.

Wajah Brama langsung kaku mendengar permintaan itu. Tadi dia refleks memanggil Sasha dengan sebutan tersebut. Selain berniat melindungi istrinya, juga agar dua wanita itu pergi. "Kenapa?"

"Jangan panggil sayang, jika ternyata Kak Brama belum bisa sayang sama Sasha. Toh Kak Brama ingin kita bercerai nanti. Jadi, jangan sampai Kak Brama nantinya membuat Sasha kehilangan." Sasha menarik napas panjang.

"Hm, oke, Sha. Adalagi?" tanya Brama setelah terdiam beberapa saat.

"Jangan selalu tunjukin wajah baik kalau gak suka. Gak ada salahnya kok jujur sama diri sendiri dan orang lain. Kakak bukan malaikat yang harus selalu terlihat sempurna di depan orang lain."

"Maksudnya gimana?" Brama bertanya memastikan.

"Sasha tadi lihat Kak Brama gak suka dipegang-pegang gitu, tapi tetep aja senyum ke mereka. Memangnya Kak Brama gak bisa jujur, ya? Kalau gak suka, ngomong aja gak suka."

Brama memandang Sasha dengan pandangan tak bisa diartikan. Seolah gadis itu bisa membaca apa yang ada di dalam hatinya. Membuat orang lain bahagia adalah hal yang selalu dia lakukan, walau nyatanya dia sendiri tak menginginkannya.

"Iya, Tuan Putri. Cepet masuk rumah sana, besok sekolah."

Sasha mengangguk, lalu membuka pintu mobil. Tanpa berpamitan pada suaminya, dia langsung masuk ke rumah. Seharusnya dia tak langsung pergi, meminta sedikit pelukan pada suaminya tak apa, kan? Nyatanya dia terlalu takut untuk meminta itu. Takut hatinya masuk terlalu dalam, lalu tenggelam dan tak ada yang menolong.

Suami Rahasia (Sudah Terbit) Repost Sampai TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang