Selamat malam pembaca. Sebelum membaca, jangan lupa like dan komen dulu dong hihi.
===
Sasha menarik napas, mengisi paru-parunya perlahan, merasakan udara pagi yang bisa membuatnya lebih segar sebelum berangkat ke sekolah. Brama sudah berlompatan menggunakan karet gelang yang mereka buat tadi malam. Sebenarnya bisa saja membeli peralatan olahraga, tapi lelaki itu diam saja saat istrinya mengajak untuk membeli karet gelang, lalu mereka bentuk menjadi panjang sehingga bisa digunakan untuk lompat tali.
Makanan sudah tersaji di atas meja makan sejak subuh, namun Sasha tetap menunggu suaminya selesai berolahraga. Tak mungkin makan lebih dulu, sementara Brama sedang asik membentuk otot-ototnya agar lebih berisi. Hal baru yang tak pernah dia lewatkan saat ini adalah melihat keringat yang menetes dan mengalir dari dahi suaminya. Senyum selalu terukir saat melihat kaus suaminya basah. Menyenangkan jika melihat Brama olahraga disertai dengan kerlingan mata untuknya.
Pernah Sasha protes kenapa lelaki itu suka sekali olahraga di pagi hari, namun hanya dijawab dengan senyuman. Tak menunggu lama, bahkan Brama mengajak sang istri untuk olahraga bersama. Kelemahan Sasha dalam bidang olahraga mulai membaik, keseharian pun menjadi bersemangat.
Ujian kelulusan berlangsung dengan lancar, Sasha bisa melewati tanpa halangan yang berarti. Keluarga mereka pun bisa sangat bangga memiliki putri seperti Sasha yang nilainya paling tinggi di sekolah. Bahkan nilai UN terbaik se-provinsi. Walau ada banyak lelaki yang mendekati, Sasha tetap tak tertarik, bahkan Diana tak hanya menjadi asisten, tapi juga bodyguard.
"Kak, gak lelah olahraga tiap hari?"
"Seperti kamu gak lelah baca buku," jawab Brama sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil, lalu menerima sebotol air mineral dari tangan istrinya.
"Beda dong, Kak. Membaca kan jendela dunia."
"Olahraga juga bagus buat kesehatan," jawab Brama setelah meneguk habis isi botol. "Pastinya bisa bikin kamu klepek-klepek kalo malam. Bahkan bikin nambah terus." Brama memeluk Sasha, lalu mencium telinga gadis itu.
"Ish, apaan sih? Ayo cepet mandi lalu sarapan, bentar lagi kita harus ke salon. Aku gak mau telat ikut wisuda," kata Sasha dengan wajah memerah, langsung melangkah ke dalam rumah, menghindari suaminya. Bisa bahaya jika sampai Brama sampai minta jatah pagi ini, dia akan telat datang ke tempat wisuda.
Brama tersenyum nakal sambil memandang kepergian istrinya. Selain olahraga, dia punya hobi baru, membuat wajah Sasha memerah. Tanpa menunggu lama, lelaki itu langsung menyusul ke dalam. Membersihkan diri dan berdandan dengan tampan adalah prioritas saat ini. Tak akan dia biarkan Sasha didekati oleh lelaki lain, apalagi jika sampai terlihat lebih tampan darinya. Jelas saat ini sang istri akan tampil sangat cantik dengan kebaya yang telah dipilihnya beberapa hari lalu.
Wisuda kali ini jelas kedua keluarga tersebut ikut hadir, orang tua Brama dan orang tua Sasha. Mereka tak akan melewatkan momen berharga untuk memberi selamat kepada Sasha, juga ada misi lain hari itu.
Setelah sarapan, Brama dan Sasha berangkat menuju salon langganan. Hari itu tumben salon sepi, bahkan seperti tak ada pelanggan sama sekali. Padahal nama salon yang terkenal itu jelas menarik perhatian para murid serta orang tua yang akan hadir dalam acara wisuda. Sasha tak habis pikir.
"Ini dia menantu Tante udah datang, buruan gih didandanin yang cakep," kata Viona menyambut Sasha yang baru memasuki salon.
Di tempat itu sudah ada Viona dan Widya yang tampil dengan menggunakan kebaya berwarna merah jambu dengan model kembar. Di sebelah mereka juga berdiri Alex dan Atmaja yang telah rapi dengan jas berwarna abu-abu, terlihat sangat serasi.
Sasha tersenyum geli melihat mertua dan orang tuanya yang terlihat kompak. Menurut saja saat oleh pemilik salon dibawa ke tempat rias, duduk di depan kaca besar. Brama duduk, lalu hanya tersenyum sambil memperhatikan kegembiraan keluarga besarnya, dia tetap diam di tempatnya sampai Sasha selesai dimakeup dengan sempurna. Lebih cantik dari saat mereka akad nikah dulu.
"Kok jadi cantik gini sih?" Brama tak terima saat melihat perubahan Sasha.
"Bagus, kan? Bisa bikin kamu tambah cinta," ujar Alex sambil tertawa.
"Aku mau dimakeup juga. Enak aja cuma Sasha, kalo dia dideketin temen cowoknya gimana?" sungut Brama sambil langsung duduk di kursi rias.
"Lho? Bentar lagi udah dimulai acaranya. Kok gak dari tadi aja?" Sasha mengernyitkan dahinya, tak suka dengan keputusan Brama yang tiba-tiba.
"Kamu berangkat duluan aja sama Mama, aku mau di sini sampai selesai." Brama benar-benar bertingkah seperti anak kecil, tak ingin kalah dari Sasha.
"Ya udah yuk pergi aja. Capek kalo debat sama dia."
"Kami tunggu di Hotel Dear, ya?" Viona berkata sambil menepuk pundak putranya.
Brama hanya mengangguk, lalu memperhatikan Sasha dari pantulan kaca. Istrinya terlihat sangat cantik dengan setelan kebaya berwarna biru muda, apalagi dengan tambahan aksesoris cantik di rambutnya yang digelung dengan indah. Lipstik yang digunakan berwarna merah muda, dengan alis mata yang membentuk bulan sabit, serta bulu mata cetar membahana. Pandangannya tak berubah, sampai keluarganya hilang dari pandangan.
Biasanya dia tak pernah setakut ini karena yakin bahwa Sasha hanya melihat padanya. Istrinya itu tak pernah tertarik dengan lelaki lain karena belum melihat mereka saat mengenakan baju bebas, hanya seragam sekolah. Sasha jarang keluar rumah, hanya keluar saat pulang sekolah. Waktu mereka dihabiskan bersama di rumah. Beda lagi jika para lelaki itu mulai tampil maksimal untuk menarik perhatian istrinya, bisa-bisa dia kalah jauh.
"Pak Brama mau dimakeup seperti apa?" tanya pemilik salon yang memang disewa oleh keluarga mereka khusus pada hari itu.
"Apa aja yang cocok dengan istri saya."
Pemilik salon itu mengangguk, lalu dengan cepat menyuruh pegawainya untuk mengambilkan baju ganti. Sementara dia mulai memoles wajah tampan Brama agar terlihat lebih segar. Tak perlu bedak tebal seperti topeng monyet, hanya saja dia kurang percaya diri jika berdiri di samping istrinya dengan gaya seperti itu.
Kaus biru kebanggaan Brama, kini berganti menjadi hem putih. Dasi berwarna abu-abu telah terpasang dengan rapi, ditambah dengan tuxedo eksklusif yang memang sengaja dipilihkan oleh pemilik salon untuknya. Brama mematut dirinya di depan cermin, sempurna. Tak ada celah yang bisa membuat wanita berpaling.
"Tambahin parfum ini, biar makin cool."
Brama hanya mengangguk ketika parfum menyentuh baju yang dia kenakan. Kini dia sangat yakin bisa bersaing dengan para lelaki di luar sana.
"Tungguin aku, Sayang," kata Brama pelan sambil mengulum senyum.
===
Kalau Brama makin ganteng dan wangi gini, jelas saja Sasha makin mencitainya dong :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rahasia (Sudah Terbit) Repost Sampai Tamat
RomanceSasha Atmaja, seorang anak yang bersekolah dengan beasiswa. Bukan gadis populer karena lebih suka berada di perpustakaan, daripada berkumpul dengan teman-temannya. Kehidupannya yang tenang dan damai berubah 180° saat hadir guru muda, Bramasta. Guru...