Part 5 - Perjanjian Pranikah

6.7K 345 9
                                    

Brama menatap gadis itu dengan tajam. Gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Menjadi istrinya? Dia sendiri tak yakin jika akan menikah dengan gadis seperti Sasha. Ini adalah pertemuan ketiga mereka dan Sasha terlihat sangat menyebalkan.

"Bukankah dia cantik?" tanya Viona, mama Brama saat melihat gadis itu sedang berbincang dengan ayahnya.

"Lebih cantik Mama," jawab Brama sambil memandang mamanya.

"Yakinlah, dia wanita terbaik yang kami pilihkan untukmu," ucap Viona sambil memegang tangan sang putra.

"Wanita terbaik untuk Mama dan Papa, tapi bukan menurut Brama," jawab Brama sambil melihat Sasha sekali lagi.

"Kurang apa sih dia? Cantik, baik, penurut, bahkan pintar."

Brama mengiyakan ucapan sang mama dalam hati. Namun, bukan pernikahan seperti ini yang dia harapkan. Semuanya terlalu tiba-tiba. Bahkan dia tak pernah berpikir akan mendapatkan istri selugu Sasha. Terlalu lugu untuk bisa bersanding dengannya, juga terlalu muda.

Sasha dan ayahnya berjalan menuju tempat Brama duduk. Wajah gadis itu menunduk, merasa kedoknya selama ini sebagai si beasiswa akan terbongkar. Bagaimana jika nanti kedoknya dibuka oleh guru baru yang akan menjadi suaminya itu?

Percakapan dua keluarga untuk menentukan tanggal hari pertunangan sekaligus pernikahan berjalan dengan lancar. Namun, Sasha dengan Brama sama-sama membisu dan saling membuang muka.

"Yah, aku ke kolam ikan aja, ya?" pamit Sasha pada ayahnya yang dibalas dengan anggukan.

Tak lama setelah Sasha pergi, Brama pun meminta izin meninggalkan keluarganya untuk berbincang berdua dengan Sasha yang langsung disambut gelak tawa dua keluarga itu.

"Brama udah gak sabar ternyata pingin segera nikah," ucap Viona yang diiringi tawa oleh lainnya.

"Jelas dong, Sasha terlalu cantik untuk diabaikan begitu saja." Alex, papa Brama menimpali. Dia terlihat sangat bahagia bisa menjodohkan Brama dengan Sasha.

Brama tersenyum kecut, tak mungkin mengatakan bahwa banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan Sasha menyangkut pernikahan mereka. Dia segera menghampiri Sasha yang tengah melihat ikan berkejaran di dalam kolam.

"Denger, ya, Beasiswa. Jangan pikir aku senang menerima perjodohan ini. Jika bukan karena permintaan Papa yang tak bisa ditolak, aku tak akan pernah mau menikah denganmu."

Ucapan Brama tidak membuat Sasha kaget. Gadis itu memakluminya, karena dia pun tak menginginkan perjodohan itu terjadi. Namun, saat melihat tatapan mengintimidasi dari calon suaminya, Sasha hanya bisa diam. Tak ingin membuat masalah.

"Kamu bisu?" tanya Brama saat tidak mendapatkan jawaban apa pun. Dia merasa disepelekan oleh anak kemarin sore.

"Hm, kamu pikir, aku menerima perjodohan ini? Jangan mimpi!" balas Sasha tak kalah kasar.

"Baguslah kalau gitu. Kita gak perlu nikah lama-lama. Nanti setelah pernikahan berjalan, kita bercerai. Bilang aja gak cocok, selesai." Brama menegaskan bagaimana pernikahan yang akan dijalankan nanti.

"Oh, mau nikah kilat aja?" tanya Sasha.

"Kenapa tidak?" tanya Brama sambil menunjukkan senyum smirk.

"Kenapa gak sekalian ditolak aja perjodohannya kalau emang mau nikah kilat? Kan lebih enak, kita gak perlu ada ikatan apa pun." Sasha mengangkat bahunya, tak peduli. Masa bodoh dengan guru barunya itu.

"Kenapa bukan kamu aja yang nolak?" tanya Brama tak mau kalah.

"Lho? Harusnya kamu dong! Kamu kan laki-laki, ngapain gitu kek biar gak jadi nikah. Kabur dari rumah juga bisa. Lagian masa' aku yang harus kabur dari rumah?" Sasha tak terima dengan sikap Brama yang seenaknya.

Suami Rahasia (Sudah Terbit) Repost Sampai TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang