Part 32

274 13 1
                                    

Setelah banyaknya cowo yang memuji Sasha cantik bahkan juga memberikan hadiah. Lantas bagaimana kelanjutannya? Yuk langsung baca part ini.

====

Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Sasha dengan malas mengangkat tubuhnya dari kursi. Kali ini dia seperti tak ingin pergi meninggalkan sekolah atau malah sebaliknya, tak ingin kembali ke sekolah jika sudah berada di rumah. Dia memang tak terlalu suka menjadi pusat perhatian. Namun, tantangan Brama membuatnya mau tidak mau harus menjadi pusat perhatian tersebut.

Awalnya Sasha yakin akan menang, tapi saat melihat barang-barang yang ada di atas mejanya, keyakinan itu pupus. Diana dengan cepat memasukkan barang-barang itu ke dalam kantong hitam. Tak membiarkan Sasha memegang benda itu lagi.

"Kita langsung pulang, yuk!" ajak Diana sambil menggamit lengan Sasha.

"Tapi ...." Sasha ragu. Dia benar-benar tak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Brama, sehingga melibatkan Diana dalam hal ini. Atau jangan-jangan teman sebangkunya itu yang malah menjadi mata-mata di sekolah?

"Bentar lagi kita ujian kelulusan. Beruntung banget kamu dapat lelaki seperti Pak Brama. Habis tutup buku, langsung buka terop."

Sasha meringis, yang benar, buka terop dulu, baru tutup buku. Sepertinya Diana belum diberi tahu oleh Brama tentang pernikahan tersebut.

Bukan hal aneh di sini jika ada yang pacaran dan terlihat sangat dekat. Ke mana-mana seperti perangko dan amplopnya, tak terpisahkan. Bukan rahasia juga saat sang lelaki dan perempuan terlalu posesif dalam menjaga pasangannya. Teman makan teman dan orang ketiga selalu menjadi momok dalam tiap hubungan.

Beberapa motor besar berjejeran di jalan menuju gerbang keluar. Masing-masing pemilik motor itu duduk di jok masing-masing dengan gaya yang beragam. Saat Sasha akan lewat, para pemilik motor yang juga siswa di SMA Merdeka mulai mendekat.

"Cuek aja seperti biasanya, gak usah diladeni," bisik Diana sambil menggamit lengan Sasha. Tangan satunya menenteng satu keresek besar, barang milik Sasha.

"Ada apa?" tanya Diana pada beberapa lelaki yang berdiri menghentikan langkah mereka.

"Sha, mau pulang bareng?" tanya mereka bersamaan.

"Ehm. Laporan dulu ke asistennya Sasha." Diana berdahem yang membuat mereka sontak menoleh.

"Di, aku mau ajakin Sasha pulang, boleh?"

"Hari ini udah ada pacar Sasha yang jemput." Diana menjawab sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Yaelah, kalah start dong!" ucap yang lainnya.

"Kenapa baru sekarang ngajakin Sasha pulang? Kemarin ke mana aja?" tanya Diana sambil menarik Sasha pergi.

Wajah-wajah kecewa terlihat saat Sasha meninggalkan mereka. Mengapa baru sadar jika Sasha secantik itu? Apa karena selama ini dia memakai kacamata dan terlihat cupu, lantas dia tak cantik? Memang banyak murid cantik di sana, tapi saat ini yang cantik, pintar, dan tak banyak tingkah, hanya Sasha.

Mobil merah milik Brama sudah berada tak jauh dari gerbang sekolah, terparkir dengan manis. Brama langsung keluar dari mobilnya begitu melihat Diana berjalan mendekat dengan menggandeng istrinya dari kejauhan. Sayangnya saat itu masih terdapat banyak siswi yang akhirnya bergerumbul mendekati lelaki itu.

"Pak Brama nungguin siapa?"

"Pak mau jemput saya pulang?"

"Pak Brama nunggu Bu Sofia?"

Sebuah pertanyaan yang akhirnya membuat Brama tergelak. "Saya nungguin orang spesial. Itu dia?" Jari telunjuk Brama menunjuk ke arah Sasha yang berjalan tergesa.

Suami Rahasia (Sudah Terbit) Repost Sampai TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang