Part 19 - Di Rumah Sakit

4.9K 268 29
                                    

Okey, sebelum baca part ini, jangan lupa kasih love yaaa. Nanti wajib komentar lho. Hehehe.

====

Sasha membuka matanya pelan. Jarum infus sudah berada di tangan kanannya, kepalanya masih terasa pusing. Entah berapa lama dia tertidur. Matanya memandang ke seberang tempat tidurnya, dilihatnya Brama tidur di atas sofa rumah sakit. Jelas ini bukan ruangan kelas ekonomi.

Rasa haus menerpa tenggorokan. Dipandangnya gelas yang berisi air putih di atas nakas sebelah kanannya. Perlahan, tangan kanannya berusaha meraih gelas itu. Setelah gelas teraih, tiba-tiba saja merosot dari tangannya. Jatuh ke lantai dan menimbulkan bunyi gelas yang pecah.

"Ya Tuhan, Sasha. Kamu sudah bangun?" Brama langsung terbangun dan bangkit dari tidurnya, lalu berjalan ke arah tempat tidur Sasha. "Kalau haus, kenapa gak bangunin aku aja?"

Sasha diam, melihat Brama tidur seperti itu, mana tega membangunkannya?

Di atas nakas masih ada air mineral bersegel, segera dibukanya segel air mineral itu, lalu memberikannya pada Sasha.

"Itu ... gelasnya?" tanya Sasha sambil memandang gelas yang sudah tak berbentuk lagi.

"Nanti aku panggilin OB buat bersihin. Sekarang, kamu tidur lagi, ya? Atau mau dipanggilin Ayah dan Ibu?" Brama masih tetap mengangsurkan botol air mineral yang belum diterima oleh Sasha.

Sasha menggelengkan kepalanya sambil menerima botol air mineral. Setelah meneguk beberapa kali, mata Sasha terbelalak, baru menyadari bahwa dirinya tengah memakai kaus milik Brama yang kebesaran. Dibukanya selimut yang menutupi tubuhnya, dia juga memakai celana panjang milik lelaki itu.

"Bajuku mana?" tanya Sasha tiba-tiba saat menyadari bahwa ada rasa tak nyaman di dadanya. Dia tidak memakai bra.

"Dibawa pulang sama sopir, dicuci."

"Yang gantikan bajuku siapa?"

"Aku."

Refleks Sasha menutupi tubuhnya dengan kedua tangan, wajahnya pun bersemu merah, sangat merah. Apa Brama melihat tubuhnya yang telanjang? Apa lelaki itu meraba-raba tubuhnya?

"Gak usah berpikiran ngeres. Tubuhmu baru tumbuh, gak ada bagusnya. Gak nafsu banget lihat kamu. Lagian kamu itu kedinginan sampe menggigil gitu, gak mungkin pake baju yang basah."

"Kamu gak cari kesempatan, kan?" tanya Sasha galak.

"Kumat deh galaknya. Ngapain sih harus cari kesempatan sama kamu? Apa untungnya buat aku? Lagian kita kan udah nikah. Catet. Kita udah resmi jadi suami istri. Jadi, mau aku grepe-grepe tubuh kamu, mau aku lihatin sampe puas, semua itu halal." Brama menjawab sambil mengulum senyum. Rasanya bahagia saat melihat istrinya sudah mulai galak dan bersemangat, walaupun itu hanya untuk memastikan bahwa Sasha tidak diapa-apakan oleh suaminya.

Wajah Sasha makin merah, dia sangat malu digoda seperti itu. Membayangkan lelaki itu melihat tubuhnya saja sudah membuatnya malu, apalagi jika sampai suaminya itu menyentuhnya.

"Udah gak apa-apa. Kamu jangan mikir macem-macem. Sekolah yang bener, sampai kamu lulus dengan nilai terbaik. Bisa, kan?" Brama mengusap rambut Sasha pelan, lalu mencium puncak kepalanya, lama.

"Iya, Kak." Sasha mengangguk sambil merasakan sentuhan bibir sang suami di kepalanya.

"Oh iya, kamu harus di sini dulu buat pemeriksaan lebih lanjut."

"Tapi aku udah gak apa-apa."

"Aku gak peduli kamu mau jingkrak-jingkrak atau nangis buat ngeyakinin aku kalau kamu baik-baik saja. Yang jelas, kamu harus diperiksa sama dokter sampai dokter bilang kamu boleh pulang."

Suami Rahasia (Sudah Terbit) Repost Sampai TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang