Suasana hangat sangat terasa, Atmaja duduk bersama istri dan putrinya di atas sofa ruang tengah. Sementara Alex bersama dengan Viona dan Brama di seberang meja yang lainnya. Di atas meja terhidang berbagai macam jenis camilan dan juga buah segar. Satu poci teh hangat ikut menemani kebersamaan mereka.
"Jadi, kapan kita melaksanakan akad nikah?" tanya Widya sambil memegang tangan suaminya.
Atmaja tersenyum, "Bagaimana dengan perjanjian pranikah?"
Widya dan Viona saling berpandangan, lalu mengacungkan jempol. Mengakui bahwa tebakan Atmaja memang benar. Sasha menundukkan kepala, berbeda dengan Brama yang duduk bersandar pada punggung sofa dengan santai.
"Kalau besok, gimana?" tanya Atmaja tiba-tiba.
Sontak Sasha mengangkat kepalanya, Brama pun langsung duduk dengan tegak. Jantung mereka berdegup dengan cepat, pernikahan itu berlangsung lebih cepat dari yang mereka duga.
"Besok?" Brama dan Sasha langsung bertanya secara bersamaan, memastikan bahwa pendengaran mereka tidak salah. Semua yang berada di ruangan itu mengangguk. Rasanya tidak perlu menunggu lama untuk menikahkan dua sejoli itu. Semakin lama mereka menunda, maka akan banyak rintangan yang bisa saja membuat pernikahan itu gagal.
"Tak perlu acara resepsi, kan?" tanya Viona memastikan sambil memandang Brama dan Sasha secara bergantian.
Sasha dan Brama pun mengangguk, mengiyakan pertanyaan Viona. Tak perlu acara resepsi dan pernikahan yang meriah. Hanya perlu akad nikah dan surat nikah resmi di KUA. Tidak perlu juga untuk mengeluarkan uang banyak untuk acara meriah.
"Okelah kalau gitu. Besok kita semua ke KUA. Syarat pernikahan kan hanya dua mempelai, dua saksi, dan wali untuk Sasha. Untuk surat-surat yang lain, sudah diurus dua minggu lalu." Alex akhirnya bersuara sambil menepuk-nepuk pundak putranya.
"Secepat itu, Pa?" Brama memastikan lagi, seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh papanya.
"Tunggu apalagi? Kalian udah saling kenal, kan? Bukannya tak perlu tidur sekamar? Cuma biar sah aja kok." Widya menimpali sambil tersenyum simpul.
Wajah Sasha memerah saat mendengar kata tidur sekamar. Dia tak pernah membayangkan punya suami semuda ini. Lalu, sekamar? Entah sudah seperti apa wajah putihnya. Brama pun hanya mengangguk sambil tersenyum. Tak ada alasan untuk menolak lagi. Toh, nantinya mereka tidak akan tinggal satu rumah, apalagi satu kamar. Jika mereka tinggal satu rumah, maka pernikahan itu tidak akan menjadi rahasia lagi.
{{{
Sasha memandang langit-langit kamarnya dengan hati berdebar. Pernikahannya tinggal menunggu jam. Besok, dia akan pergi ke KUA dan melaksanakan pernikahan di sana. Pastinya dia pun tidak berangkat sekolah, Atmaja sudah menelepon pihak sekolah.
Pintu kamarnya diketuk perlahan, lalu terbuka, Widya muncul di ambang pintu dengan senyum keibuan. Sasha pun bangun dari tidurnya, menggeser duduknya agar sang ibu bisa duduk di atas kasur, bersamanya.
"Kamu kenapa belum tidur?" tanya Widya sambil membelai rambut Sasha.
"Apa Ibu dulu pas nikah, bisa tidur sebelumnya?" tanya Sasha balik.
"Ya, Ibu langsung tidur dong. Soalnya besok tuh pasti sibuk banget di acara nikahan dan resepsi," jawab Widya sambil tersenyum.
"Tapi kan Sasha gak pake resepsi. Habis nikahan, langsung pulang, kan?" tanya Sasha sambil menyandarkan kepalanya di pundak Widya.
"Hm, kamu gak mau tinggal sama keluarga Brama?" tanya Widya memastikan.
"Ibu gak sayang sama Sasha? Kok, mau Sasha tinggal di sana?" tanya Sasha, merasa tak disayang oleh ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rahasia (Sudah Terbit) Repost Sampai Tamat
RomanceSasha Atmaja, seorang anak yang bersekolah dengan beasiswa. Bukan gadis populer karena lebih suka berada di perpustakaan, daripada berkumpul dengan teman-temannya. Kehidupannya yang tenang dan damai berubah 180° saat hadir guru muda, Bramasta. Guru...