Part 25

7K 253 61
                                    

Pastinya sudah membaca part sebelumnya kan? Iya, benar yang Sasha naik ojek dan suaminya membuntuti dari belakang. Kira-kira kelanjutannya gimana ya? Jangan lupa like dan komen.

===

Sasha berjalan hilir mudik di teras. Kursi rotan yang didudukinya terasa panas. Beberapa kali dia melihat handphone di atas meja, tak ada panggilan sama sekali dari Brama. Gadis itu duduk kembali, lalu memainkan handphone jadul dengan tangan kanannya.

Dia ingin sekali menghubungi Brama, menanyakan di mana lelaki itu kini berada. Padahal baru beberapa saat yang lalu, dia melihat mobil Brama mengikuti motor yang dinaikinya. Tiba-tiba saja mobil itu hilang, bahkan sampai Sasha sudah ganti baju dan membersihkan dapur, tidak ada tanda-tanda bahwa lelaki itu telah sampai di rumah.

Sasha menyandarkan punggung di sandaran kursi, lalu menarik napas panjang. Apakah siang ini dia akan makan siang sendiri? Baru saja dia memasak untuk makan siang mereka. Seperti inikah rasanya menunggu suami kembali dari bekerja? Padahal belum satu jam mereka bertemu, rasanya sudah rindu. Rindu? Langsung saja wajahnya memerah.

Gadis itu langsung berdiri saat dilihatnya mobil berwarna merah milik Brama. Cepat dia berjalan ke arah gerbang, lalu membuka pintu. Jantungnya bertalu dengan kencang saat Brama telah memarkir mobil, lalu berjalan menuju rumah dengan menenteng bungkusan yang aroma harumnya bisa dicium Sasha.

"Masuk, yuk? Di luar dingin. Aku bawain makanan buat makan siang." Brama langsung membuka pintu, mendahului Sasha.

Gadis itu mengangguk, lalu berjalan mengekor, mengikuti suaminya. Senyum tersungging di bibir saat menyadari bahwa suaminya cukup perhatian. Memang dia tadi sudah sempat memasak, tapi sayang jika harus menolak ajakan Brama untuk makan.

"Eh, sudah masak?" tanya Brama saat melihat makanan tersaji di meja makan.

"Iya, sambil nungguin kamu tadi," jawab Sasha sambil mengambil piring. Menyiapkan alat makan di atas meja.

Brama menggaruk rambut yang tak gatal. Jika lelaki itu tahu bahwa Sasha akan memasak, dia tak akan membeli makanan di restoran langganan.

"Ya Tuhan,mahal banget." Mata gadis itu mendelik saat melihat struk yang ada di dalam kresek, belum sempat dibuang oleh Brama.

"Rasanya sesuai sama harganya kok," kata Brama membela diri.

"Tapi duit segini itu bisa buat kita makan seminggu. Emang berapa sih gaji guru? Sampai kamu menghamburkan uang seperti ini?" Sasha menggelengkan kepala sambil duduk di kursi.

Minatnya untuk menikmati makanan yang dibawa Brama langsung menguap begitu saja. Perutnya yang tadi keroncongan langsung saja kenyang. Apalagi teringat jika mereka hanya akan hidup dari uang gaji Brama. Dia harus memutar otak agar sisa gaji itu cukup untuk dibuat satu bulan. Bahkan, mereka harus bisa menabung.

"Gak perlu heboh gitu juga kali, Sha. Kan bisa cari uang lagi." Brama menjawab dengan santai sambil mengambil makanan di dalam kresek.

"Okey. Untuk kali ini boleh. Tapi selanjutnya aku gak mau kalau kamu boros. Kita harus hemat untuk biaya hidup. Ingat yang dikatakan Mama, kan?" Sasha akhirnya mengalah. Mungkin kali ini dia tak akan berdebat.

"Okey, Sha. Apa kamu mau pegang kartu kredit?" tanya Brama.

"Kartu kredit? Lebih baik kamu tutup aja kartunya. Kartu debit ada, kan? Jangan kebanyakan utang ke bank. Kita manfaatin uang yang ada aja."

Brama mengulum senyum, entah kenapa dia merasa bahagia saat Sasha mulai perhatian padanya. Apalagi tidak memakai aku dan kamu lagi, tapi kita.

"Ada lagi?"

Suami Rahasia (Sudah Terbit) Repost Sampai TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang