Sudah penasaran nggak sama cerita selanjutnya? Eits, tapi sebelum baca jangan lupa like dan komen yaa.
===
Brama beberapa kali membuka mulutnya, matanya tertahan agar tidak menutup secara sempurna. Kali ini dia tak ingin membuat Sasha terbangun karena rengekan Dewa, putra mereka yang baru satu bulan. Ditimangnya sang putra perlahan agar tetap terlelap dalam gendongan, wajah tak berdosa yang sangat mirip dengannya.
Dilihatnya wajah sang istri yang terlihat begitu kelelahan, walaupun tidak melakukan aktivitas berat, tapi dia harus menjaga kondisi tubuh pasca operasi. Apalagi hamil dengan umur yang masih muda sangat beresiko tinggi. Saat kehamilan pun tak ada ngidam yang aneh-aneh, bahkan sang istri semakin giat melakukan tiap pekerjaan rumah. Dia selalu meyakinkan Brama bahwa mereka tak butuh pembantu, semua bisa ditangani dengan baik.
Sebenarnya Sasha tak perlu buru-buru mempunyai anak, dia bisa kuliah atau melakukan hal-hal yang dia sukai. Namun, tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat dua keluarga berebut memberi nama untuk cucu mereka. Bahkan sebelum Dewa lahir, segala kebutuhan anak itu sudah dilengkapi oleh kakek dan neneknya.
Namun, walaupun hanya menjadi ibu rumah tangga, Sasha tetap tak melepaskan tangannya dari buku. Beragam buku sudah memenuhi kamarnya yang menjadi satu dengan kamar Dewa. Bahkan tiap bulan selalu ada buku baru yang menjadi penghuni rak. Sedangkan kamar utama tetap digunakan untuk Sasha dan Brama.
Sasha adalah istri paling cerewet, bahkan sampai hal terkecil selalu diperhatikan. Jika dulu dia sibuk dengan sekolah, kini dia sibuk dengan urusan rumah. Oven dan alat-alat dapur adalah barang yang sering dia pegang untuk mencoba resep yang dilihatnya di internet ataupun buku. Jika tidak berada di dapur, maka dia akan di kamar, membaca buku.
Namun, setelah melahirkan, Brama tak ingin membuat istrinya lelah. Dia ikut merasakan bagaimana penderitaan Sasha saat mengandung sampai dengan melahirkan. Apalagi saat Sasha mau dioperasi, jantungnya seolah ikut lepas. Rasa khawatir dan cemas bercampur menjadi satu. Dokter tak ingin mengambil resiko karena air ketuban sudah hampir habis.
Tiap pagi sampai sore, sudah ada pembantu yang menemani sang istri dan membantu membereskan rumah. Untuk masalah masak, tetap dipegang Sasha karena Brama tak ingin makan masakan orang lain. Bagi Brama, masakan Sasha yang paling enak karena dimasak dengan penuh cinta dan ketulusan.
"Kak? Dewa masukin ke box aja." Sasha membuka mata, menyadarkan Brama yang masih memandang wajah sang istri. "Kenapa liat-liat? Aku jelek ya?"
"Enggak kok. Kamu tetep cantik walau tambah tembem pipinya. Mau nyusuin Dewa?" ucap Brama sambil tersenyum. Dia harus menjadi suami yang baik dan selalu siap sedia saat dibutuhkan, tak ingin membuat sang istri terkena baby blues dan sejenisnya.
Sasha mengangguk pelan, perlahan dia bangun, lalu mengangsurkan tangannya, membawa Dewa ke dalam pelukan. Dipandangi wajah sang putra yang menjadi pelengkap keluarga kecilnya. Menenangkan.
Merasa mencium aroma ASI, Dewa langsung mencari sumbernya, lalu menyusu dengan cepat tanpa membuka mata. Sementara Brama langsung pindah posisi, duduk di belakang Sasha, memeluk tubuh sang istri dari belakang sambil memandangi Brama. Dagunya diletakan di pundak kanan Sasha.
"Dewa mirip aku, ya?" tanya Brama pelan.
"Iya, mirip banget sama Kakak. Moga aja gak jadi playboy seperti ayahnya."
"Eh? Aku gak playboy lho. Mereka aja yang keganjenan sama aku."
"Kakak juga ngasih kesempatan sih!"
"Ya bukan salahku kalo jadi lelaki tampan dong."
"Mulai deh, mulai deh." Sasha melirik ke arah sang suami yang hanya dibalas dengan senyuman nakal.
"Enggak, Sayang. Di hatiku cuma ada kamu. Gak ada yang lain."
"Kalo diminta jadi langit atau bumi, Kakak milih jadi apa?" tanya Sasha sambil memandang Brama.
"Jadi apa aja, asal ada kamu di sana, juga Dewa. Kalo gak ada kalian, mau jadi langit pun akan suram. Mau jadi bumi pun akan gersang."
"Ngrayu nih?"
"Enggak. Ngapain juga ngrayu. Itu kenyataan lho. Hal yang paling tak aku inginkan adalah berpisah dari kalian," bisik Brama pelan.
Sasha tersenyum, ada yang menghangat di hatinya. Apalagi saat dia ingat bagaimana sang suami mengunjungi Bu Sofia dan Rio serta gerombolannya hanya untuk membela Sasha. Sikap romantis yang selalu ditunjukkan pun bisa membuat semua wanita meleleh. Apalagi tentang tanggung jawab, benar-benar suami yang bisa diandalkan.
"Kamu mau janji satu hal?" tanya Brama tiba-tiba.
"Apa, Kak?"
"Apa pun yang terjadi nanti, jangan pernah meragukan cinta dan kesetiaanku padamu. Kamu harus percaya dengan apa yang kukatakan."
"Emang kenapa harus janji?"
"Karena hanya kamu di hatiku. Jika kamu pergi dan tak percaya padaku, buat apa aku ada? Aku hanya belum siap jika harus kehilangan. Tak ingin kehilanganmu." Brama menarik napas panjang, merangkai kata agar bisa dicerna sang istri dengan baik. "Lagipula banyak hal di luar rumah yang akan menjadi batu sandungan sebuah keluarga. Kita tidak akan romantis dan akur selamanya. Pasti ada goncangan yang kecil maupun besar."
"Kakak lagi ada masalah di hotel?"
Brama menggelengkan kepalanya pelan, "Hanya masalah kecil, karena masalah besar adalah jika kamu dan Dewa kena masalah. Masalah besar jika sampai kamu ngambek dan gak mau ngomong."
"Sasha bakalan percaya sama Kakak. Asal Kakak juga janji bakal jaga kepercayaan Sasha." Sasha menempelkan kepalanya pada kepala Brama,
Brama makin mengeratkan pelukannya. Mencium tubuh dan rambut Sasha yang selalu wangi, merasakan bagaimana aroma itu masuk ke dalam indera penciuman dan dengan mudah dapat membuat jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya.
"Aku pergi, ya?"
"Ke mana, Kak? Udah malam lho," tanya Sasha sambil mengernyitkan kening.
"Gak bisa lama-lama sama kamu nih. Bisa bahaya."
"Kok bahaya? Biasanya juga nempel terus seperti perangko?"
"Aku sih bisa tahan, tapi junior yang gak tahan. Hehehe. Nungguin kamu sehat dan selesai nifas dulu, Sayang." Brama melepas pelukannya, turun dari tempat tidur, meninggalkan Sasha yang hanya terkikik geli.
"Awas, jangan sampe sabun di kamar mandi habis, ya? Tanggung jawab kalo sampe habis!" teriak Sasha setelah Brama ada di luar. Entah kenapa dia sangat suka mengerjai suaminya.
"Bodo amat deh." Brama berjalan menuju ruang tamu, tiduran di sofa, berharap bisa segera terlelap.
===
Hahaha siapa nih yang senyam-senyum sendiri melihat tingkah Brama hihi
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rahasia (Sudah Terbit) Repost Sampai Tamat
RomanceSasha Atmaja, seorang anak yang bersekolah dengan beasiswa. Bukan gadis populer karena lebih suka berada di perpustakaan, daripada berkumpul dengan teman-temannya. Kehidupannya yang tenang dan damai berubah 180° saat hadir guru muda, Bramasta. Guru...