Chapter 08

240 16 1
                                    

⚠️ Cerita ini mengandung kata-kata kasar dan sedikit dewasa. Mohon maaf bila ada kata yang kurang tepat atau sulit dipahami. Mohon kebijakan dalam membaca. Happy reading ^_^⚠️.


"Lo diem disini, gue mau ambil motor," tuturnya.

"Hm, cepetan."

Dia berlari menuju tempat parkir dimana motornya berada. Tadinya Odden mau membawa mobilnya, namun mengingat jalanan sangat macet di pagi hari. Jadi ia lebih memilih untuk menggunakan motornya. Lagi pula Odden terlalu malas membawa mobil sebab tidak diperbolehkan parkir di dalam sekolah.

Nando berdiri di depan lobby menunggu Odden. Sesekali merasa risih akibat banyak yang menggodanya. Ia terlihat seperti anak kecil yang sedang kehilangan ibunya di pasar. Sangat menggemaskan. Tapi tidak untuk kepribadian Nando yang nyatanya ia seorang psikopat.

Brugghhh

Seseorang telah menabrak bahu Nando hingga sang empu terhuyung ke depan. Untungnya dia bisa menjaga keseimbangan, jadi tidak sampai jatuh nyungsep ke tanah.

"Ups. Sory sengaja," ujarnya tertawa mengejek.

Nando menengok ke arah sumber suara tersebut. Menatapnya dengan tatapan elang. Sepertinya dia punya target sekarang.

"Biasa aja dong, nyolot banget tatapan lo nyet!" salah satu temannya mendorong bahu Nando dengan tengil.

Andai bukan di sekolah, mungkin sekarang mereka sudah menjadi mainan Nando. Sudah lama juga dia tidak mendengar erangan kesakitan dari korbannya. Tangannya sudah gatal ingin mencabik-cabik mulut pria di depannya ini.

"Dih, bisu lo? Tadi aja gayanya tengil banget, ampe ngefuck segala!."

"Mana nih sok jagoannya?, takut ya? Karena gaada backingan?."

Tawa mereka semakin menjadi jadi. Merasa puas telah membully Nando. Di sisi lain Nando benar-benar menahan diri untuk tidak bertindak bodoh, seperti yang kakek pernah ucapkan dulu.

"Cabut yuk, ga seru" ujar pria itu mengarah ke teman-temannya.

Tanpa basa-basi mereka pun pergi meninggalkan Nando dengan mengguyur seragam Nando menggunakan air kopi yang mereka beli di kantin tadi. Kini baju Nando sudah tidak semulus pertama dia kenakan.

Tangannya mengepal dengan kuat hingga membekas kuku jari di telapaknya. Nando benar-benar marah sekarang.

"Baju lo kenapa, kok basah?" Ujar Odden yang baru saja datang.

Ia kaget dengan penampilan Nando yang seperti kucing kejebur got. Padahal cuaca hari ini sangat panas. Tidak mungkin kan Nando kepanasan terus nekat nyemplung ke kolam ikan di sekolahnya.

"Bacot, buru pulang!" Kesal Nando.

Dengan setengah bingung Odden menjalankan motornya meninggalkan sekolahannya.

~~~~~

Sedari tadi tangannya sibuk memainkan mouse komputer di depannya. Entah sudah beberapa lama dia duduk di depan layar komputer, tanpa berkutik sedikit pun.

Bahkan dia melewatkan makan malamnya hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sampai-sampai Odden dibuat keheranan dengan Nando yang terus mengurung diri di kamarnya.

Ia sudah berusaha memaksa Nando untuk keluar dari kamarnya, namun sang empu bersikeras tak mau keluar juga.

Sejak pulang sekolah tadi, Nando menjadi lebih ekstra pendiam tidak seperti biasanya. Odden khawatir terjadi sesuatu pada Nando hingga beliau mengurung diri di kamarnya.

Klik klik klik klik

Bunyi ketikan keyboard terdengar begitu jelas menggema keseluruh ruang kamarnya. Rasa lapar kini mengalahkan rasa penasarannya.

Matanya terbinar senang ketika apa yang dia cari sudah ketemu. Bibirnya tersenyum lebar, namun terkesan menyeramkan, bagaimana tidak? Kini di dalam tubuhnya bukan lah sosok Nando yang asli. Melainkan sosok monster yang telah bangkit dari dalam dirinya.

"Ketemu!" Ujarnya sumringah.

"Lucas Hansel Harrison. Merupakan anak tunggal dari seorang anggota DPR kota ****, dari pasangan Harry dan Fany. Lahir pada 13 Juli 2003, yang berstatus murid di SMA negeri Merdeka. Dan bla bla bla..."

Dalam waktu singkat, Nando bisa mengumpulkan dokumen pria yang telah membully nya di sekolah tadi. Tak sia-sia dia mencari cari. Kini dengan mudahnya Nando mengetahui semua tentang pria brengsek itu.

Ia tidak bisa diam di perilakukan seperti awang begitu saja dengan pria bernama Lucas itu. Dengan begini, Nando bisa membalas dendamnya. Jika Lucas menyerang secara terang-terangan, maka Nando harus dengan kejutan.

Jari tangannya membentuk sebuah pistol, dan mengarahkannya ke layar komputer seakan ia sedang menodongkan pistol ke kepada Lucas, tak lupa dengan senyum psikopat nya, lalu berkata, "bang bang bang! Kena lo! Hahahaha..."

Gelaknya tertawa puas, tak sabar rasanya melihat ekspresi Lucas saat Nando memberikannya kejutan istimewa. Pasti akan terlihat menyenangkan. Huh! Nando jadi tidak sabar.

*Keesokan harinya

Kini Nando bangun sedikit lebih awal. Biasanya dia bangun jam empat subuh, tapi ini kurang setengah jam dia sudah bangun dengan pakaian seragam lengkapnya.

Untuk seumuran remaja seperti Nando sangat amat jarang bangun pagi, kebanyakan dari mereka pasti bangun mepet dengan jam sekolah. Sama halnya dengan Odden. Pria itu masa bodo mau telat atau tidak, toh dia juga akan di perbolehkan masuk oleh pasat(pak satpam).

But satpam sekolah itu sudah seperti besti Odden, jadi untuk tidak menghianati pertemanan mereka. Pasat akan memperbolehkan Odden masuk, tentunya juga dengan kata-kata manis Odden merayu Pasat, sangat mujarab hingga sang empu menurut.

Dia membuka pintu kamarnya, dan tak sengaja melihat Odden yang tertidur di sofa panjang ruang tengah. Ia berasumsi bahwa Odden pasti menunggunya sampai tertidur di sofa. Dia juga melihat sebuah makanan di atas meja yang terlihat masih utuh.

Nando buru-buru. Namun melihat Odden yang sudah menunggunya semalaman, apalagi pria itu sudah menyiapkan makan untuknya. Jadi ia harus sedikit telat.

Ia menuju dapur untuk mandi bola. Yakali cuy. Maksudnya untuk memasak, hitung-hitung mengganti makanan yang Odden beli semalam yang tidak sempat ia makan. Selain pandai membunuh, Nando juga pandai memasak lho.

Kali ini dia akan membuat omlet, tahu sendiri kan kalau Nando suka sekali dengan omlet. Jadi ia akan buat omlet hari ini. Kalau Odden mah apa aja suka dimakan, dia kan omnivora.

"Masak apa hari ini ganteng."

Hampir saja teflon yang dia pegang melayang ke arah Odden yang muncul secara tiba-tiba. Pria itu mengangetkan Nando. Apalagi dengan kata-katanya barusan, syok berat!.

"Cih. Tumben bangun pagi," decak Nando meremeh. Baru kali ini melihat Odden bangun sepagi ini.

"Ke cium wangi masakan lo, jadi kebangun gue nya," cenges Odden.

Odden duduk di kursi makan sembari meletakkan kepalanya di atas meja mengamati Nando yang sedang memasak. Tak berniat membantu Nando, sebab nyawanya yang sebelum sepenuhnya berkumpul.

"Lo marah ya sama gue karna gue makan omlet lo di sekolah?" Tanyanya, ia sangat heran dengan sikap Nando kemarin.

"Mana ada."

"Terus kenapa lo ga keluar kamar semaleman? Gue nungguin lo tau," ambeknya.

Nando tak menjawab ucapan Odden. Ia mengambil piring meletakkan omlet buatannya disana, lalu memberikannya kepada Odden.

"Gue berangkat duluan."

Belum sempat Odden menjawab, Nando sudah melesat terlebih dahulu meninggalkan Odden dan omletnya. Odden termangu menatap kepergian Nando dengan seribu pertanyaan dalam benaknya.

Ia harus segera menghabiskan makanannya setelah itu bersiap-siap untuk sekolah dan menyusul Nando. Dia dibuat mati penasaran dengan Nando.

To be continued ~~~

"min kureng ah ceritanya."

"min are you gwenchanaa?."

hmm pakek nanya...

My Friend Or Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang