Chapter 37

62 2 0
                                    

⚠️ Cerita ini mengandung kata-kata kasar dan sedikit dewasa. Mohon maaf bila ada kata yang kurang tepat atau sulit dipahami. Mohon kebijakan dalam membaca. Happy reading ^_^⚠️.

Setelah kejadian semalam, Odden menjadi pribadi yang lebih pendiam. Berbeda dengan Nando yang terlihat biasa saja.

Apa mungkin Odden merasa bersalah karena mencium Nando tanpa ijin? atau bahkan sebenarnya Odden tidak menginginkan cium itu. Sejak pulang dari rumah Chiko, Odden tidak berbicara apapun lagi.

Hari ini Odden berencana untuk kerumah Artha membahas masalah kemarin. Kebetulan gladi kotor wisudanya diliburkan hari ini sebab beberapa panitia harus melakukan rapat lagi.

Ini kesempatannya untuk mencari lebih dalam tentang kalung itu. Semoga saja ada keajaiban untuknya.

"Odden, gue keluar bentar ya ada yang perlu gue beli buat bahan dapur," ujarnya bohong.

Odden yang tengah bermain ponsel itu agak sedikit kaget dengan kemunculan Nando secara mendadak. Hampir saja Odden melempar ponselnya.

"eh oh iya, mau gue anter?," gugupnya.

"gausah, gue sendiri aja" ujar Nando tersenyum.

Ia mengangguk angguk dengan berkata, "oke."

Dan Odden pun menghela napas lega ketika melihat tubuh Nando semakin mengecil dan lenyap dibalik pintu.

Ada perasaan yang mengganjal pada dirinya, maka dari itu Odden curhat dengan Peter melalui via WhatsApp. Itu kenapa Odden dibuat kaget, takutnya Nando melihat isi chatnya bersama Peter.

*****

Hari ini suasana hatinya sangat ceria. Selama perjalanan Nando asik bersenandung mengikuti irama musik yang disetel melalui mobil Artha.

Tak tahu apa yang membuat hati Nando semood itu. Yang pasti kali ini Nando jauh berbeda dengan Nando yang sebelumnya.

"eh play lagu ini dong."

Nando memilih sebuah lagu, yang akhir-akhir ini sering kali dia dengarkan. Ini menjadi lagu favoritnya, karena lagu ini lagu pertama yang Nando sukai bahkan dia menghafalnya.

I can't define
When i look into your eyes
It maybe weird but it feeling like
The time goes slow

I can't define
When i feel into your skin
It maybe strange but i promise that
It's the sweetest thing

Maybe we can't talk
But baby, we don't need it all
Cuz maybe, we just find ourself
In the peak of love

"suasana hatimu sedang baik hari ini."

"hm, maybe" singkatnya.

"aku senang melihatmu tersenyum," ujar Artha tiba-tiba.

"hah?"

Artha tersenyum sekilas menatap Nando yang terdiam, "aku jarang melihatmu tersenyum begitu, itu berarti kamu sedang bahagia bukan??."

"gue bahagia, karena gue menghargai hal-hal kecil dalam hidup gue. Kita gatau kapan kita mati, maka dari itu respect in my life. Ga cuma gue sih, kalian juga."

Jika seperti ini, Nando terlihat bukan seperti seorang psikopat. Melainkan seperti anak kecil yang senang dikasih sesuatu. Sangat menggemaskan.

Beda lagi kalau dia sudah mode killer, tidak ada aura gemas sedikitpun.

"jadi, kita mau kemana hari ini??," tanyanya.

Ia berguam sejenak kemudian berkata, "kita makan dulu deh, ngisi perut. Otak gue ga berfungsi kalo laper."

My Friend Or Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang