Chapter 34

91 3 0
                                    

⚠️ Cerita ini mengandung kata-kata kasar dan sedikit dewasa. Mohon maaf bila ada kata yang kurang tepat atau sulit dipahami. Mohon kebijakan dalam membaca. Happy reading ^_^⚠️.

Sorot matanya kosong kedepan dengan keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia baru saja kelar berbicara dengan ayahnya. Dan sekarang dia hanya bisa diam terduduk lemas di kursi yang dia tempati itu.

Nando tidak expect bahwa ayahnya bakal semarah itu padanya. Semua yang dia lakukan selama ini, sia-sia bagi sang ayah.

Justru Venson menganggap putranya sudah dihasut oleh keluarga Phantera. Dan menyuruh Nando untuk segera melakukan tugasnya, yaitu mengakhiri keturunan Phantera.

Pikirannya terbayang saat kata-kata itu keluar dari mulut Venson.

Ketika Nando menyerahkan sebuah video yang hanya dianggap remeh oleh Venson.

"sudah lah nak, usahamu tidak membuatku berubah pikiran."

Mendengar itu amarah Nando meluap seketika, "hm? aku jadi ragu, sebenarnya yang licik itu Axton atau Phantera?."

"maksudmu?."

"aku pikir dengan bukti itu kau mau berdamai dengan Phantera, rupanya kau takut bukan? jika kekuasaan Axton direbut kembali oleh Phantera?."

"jaga ucapanmu, aku tidak pernah mengajarimu seperti itu, Ola!."

"memang. Sedari bayi kau sudah membuangku!!!."

"itu demi kebaikan mu Orlando!."

"apanya yang kebaikan? kalian justru menyuruhku untuk membalas dendam pada Phantera!."

"sudah lah, lebih kamu persiapkan diri. Dalam beberapa hari ayah sudah menyuruh prajurit untuk menyerang keluarga Phantera."

Setelah berbicara seperti itu, layar monitor seketika berubah warna gelap. Nando bisa bernafas lega akhirnya dia bisa bernafas dengan bebas. Berhadapan dengan Venson membuat atmosfer sekitarnya menjadi tercekat.

Ia keluar dari ruangan itu dengan tubuhnya yang melemah.

Artha yang berjaga di depan rumah, terkejut melihat wajah Nando yang memucat. Dia langsung menanyakan keadaan sang empu.

Namun Nando justru melirik Artha, mencekam kerah bajunya dengan emosi yang meluap-luap.

"lo bilang apa aja sama ayah, hah!?!."

"maksud tuan apa?."

Nando semakin mengeratkan cekamanya, "gausah pura-pura, brengsek!!."

"tenang tuan, aku bisa menjelaskannya," ujar Artha bersamaan dengan Nando yang melepas cekamanya.

"aku ini bawahan ayahmu, sudah menjadi kewajibanku untuk melaporkan tentangmu, tuan."

"tapi ga harus rencana gue juga artha! lo tau? semua usaha gue gada kesannya bagi dia, sialan!."

Artha mengernyit heran, "maksudmu?."

Bukannya menjawab, Nando malah terduduk lemas dengan wajah pasrahnya.

"gue pasrah kalo harus ngabisin Odden," ujarnya sedih.

*****

Mereka semua sudah siap pergi ke sekolah untuk persiapan wisuda mereka. Jauh-jauh hari sebelum hari wisuda seluruh kelas XII disuruh untuk gladi kotor di sekolahan.

Semua memakai seragam olahraga lengkap dengan sepatu. Mereka diarahkan untuk berkumpul di aula sekolah, untuk mendengarkan pengarahan selanjutnya dari para guru disana.

My Friend Or Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang