Chapter 09

231 14 0
                                    

⚠️ Cerita ini mengandung kata-kata kasar dan sedikit dewasa. Mohon maaf bila ada kata yang kurang tepat atau sulit dipahami. Mohon kebijakan dalam membaca. Happy reading ^_^⚠️.

"Hai, Nando. Gue boleh minta nomor lo ga?."

Salah satu gadis di sana mendekati Nando yang sedang terduduk sendirian di tempatnya. Kini hanya dirinya yang merupakan cowok satu-satunya di kelas. Semua teman kelas cowoknya belum pada berangkat. Kelas pun masih sangat sepi, hanya ada beberapa siswi saja. Siapa juga yang niat masuk sepagi itu?.

Melihat Nando yang sendirian, kesempatan bagi mereka untuk mendekati Nando. Sebab kalau sudah ada Odden dan antek-anteknya, mereka sangat sulit untuk mendekati Nando.

"Ga ada."

"Bohong. Pasti ada lah, ayo dong minta. Ntar gue kasih yang seger-seger deh," godanya.

Ia tau maksud dari gadis itu. Dan Nando sama sekali tidak tertarik dengannya, apalagi tubuh gadis itu. Sangat menjijikkan saat seorang gadis dengan mudahnya memberikan miliknya dilihat banyak pria.

"Gue ga punya hp," ujarnya datar.

"Yaudah gue beliin, mau kapan? Besok, nanti malem, apa sekarang?. Asal belinya sama lo."

Dengan malas Nando menjawab, "gue ga tertarik sama lo. Sana pergi, gue keganggu."

"Ish! Sok jual mahal banget sih. Cakep tapi sombong, cih!."

Dengan sebal gadis itu bangkit meninggalkan Nando dengan kaki yang di hentak-hentakkan. Merasa sakit hati karena di tolak oleh pria tampan.

Melihat gadis itu kesal, ia pun bertanya pada sang empu, "kenapa tuh si Lea?."

Nando hanya mengangkat bahunya acuh, ia kembali memainkan rubiknya yang hampir selesai.

"Lo udah sarapan?," tanyanya.

Ia menggelengkan kepalanya. Nando hanya membuatkan sarapan untuk Odden. Jadi ia belum sempat sarapan.

Abel, gadis itu duduk di depan Nando sembari membuka paper bag mengeluarkan sebuah kotak makan yang berisi sandwich. Dia memberikan satu sandwich nya kepada Nando. Membiarkan pria itu memakannya juga.

Tadinya Nando ragu mengambilnya, namun Abel terus mendesaknya. Mau tak mau Nando mengambilnya, dan memakannya bersama Abel.

Kalau dilihat, Abel ini sangat cantik. Dia seperti gadis korea. Kulitnya putih seperti susu, badannya yang tidak kurus juga tidak gemuk tidak terlalu tinggi, juga mempunyai rambut yang indah.

Pantas saja Odden sangat dekat dengan Abel. Mereka itu seperti sepasang putri dan pangeran. Sangat Perfect.

"Enak?," tanya Abel.

Nando mengangguk, melahap sandwich terakhirnya hingga tandas.

Abel tersenyum, "nanti gue bawa lagi besok."

"Oh iya, kok lo sendirian? Odden mana."

Sudah ia tebak pasti gadis ini sedang mencari keberadaan Odden.

"Belum berangkat."

Abel mengangguk angguk mengerti, "emang tuh anak kebo banget."

"Lo pacarnya Odden?," entah apa yang sudah ia pikirkan, pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Nando.

Justru Abel tertawa dengan ucapan Nando. Seolah lucu dengan pertanyaan itu.

"Baru calon, doa in ya" candanya.

Nando hanya termangu dengan perkataan Abel. Menatap gadis itu yang tengah melahap sandwich nya. Mana mungkin Odden bakal menolak gadis seperti Abel? Dia benar-benar sempurna. Mereka pasti cocok jika berpacaran. Yang satu ganteng yang satu cantik. Sangat serasi.

Sorot matanya tak lepas dari pria yang baru saja memasuki kelas, mata mereka saling beradu sepanjang ia memasuki kelas. Siapa lagi kalau bukan Lucas dan kawan-kawannya.

"Widih, dapet bingkisan rupanya si Lucas" ujar Jay teman Lucas.

"Kali ini cewek mana lagi bro?," sambung Deon.

Lucas hanya tersenyum bangga, kepopulerannya membuat para gadis selalu memberikannya sesuatu. Entah itu surat cinta, coklat, bunga atau sebuah kado.

Bisa dibilang Odden itu saingan Lucas. Mereka sama-sama populer, tapi Odden lebih populer darinya. Hal seperti itu sudah menjadi kebiasaan Odden juga. Bahkan hampir setiap hari Odden mendapatkan hadiah dari mereka. Juga lebih banyak dari Lucas.

Itu mengapa mereka tidak pernah akur. Lucas selalu saja salah saing dengan Odden. Dan sekarang ada Nando, kini saingannya bertambah.

Lucas mengambil kado itu dari mejanya. Membukanya secara perlahan. Kemarin dia mendapatkan sebuah jam bermerek, kali ini mungkin Lucas mendapatkan berlian. Haha.

"Shit!."

Teriak mereka serentak. Sontak Lucas melempar kado itu sembarang, terkejut dengan isi kado tersebut.

Bukan jam ataupun berlian. Melainkan sebuah foto dirinya yang sudah robek di bagian kepalanya, lalu ada sebuah jarum yang menusuk di foto tersebut. Tak lupa juga tulisan merah yang bertuliskan

Go to hell .

Jelas ini sebuah teror. Seumur hidupnya baru kali ini Lucas mendapatkan sebuah teror tak di kenal. Jantungnya kini berdetak dua kali lebih cepat. Badannya melemas, seperti malaikat telah menanti kematiannya.

"Brengsek, kelakuan siapa ini!" Teriak Jay yang ikut ketakutan.

Ia menyapu pandangan, menatap para siswi yang sudah ada di sana lebih dulu. Seakan bertanya siapa yang berbuat seperti itu kepada Lucas. Namun para siswi disana menggeleng tak tahu. Mereka bahkan tidak ngeh kalau ada sebuah bingkisan disana.

Dengan emosi Lucas beranjak mendekati Nando dan Abel. Ia mencekam kerah baju Nando dengan amarah yang meluap-luap. Sedangkan Nando hanya berekspresi datar.

"Pasti lo kan?!" Tuding Lucas.

"Lo punya bukti?" Jawab Nando santai.

"Ngaku anjing!."

"Apa sih Lucas, bukan Nando. Dia dari tadi sama gue" ujar Abel membela Nando.

Lucas melepaskan cekamanya. Mendorong Nando hingga pria itu terduduk terhempas ke tempatnya.

Dengan langkah seribu mereka pergi keluar dari kelas untuk mencari tahu siapa pelaku di balik aksi terornya. Hal seperti ini harus di bereskan kalau tidak menyangkut nyawanya.

"Are you okay?," tanya Abel khawatir.

"Iya."

"Lucas emang gitu orangnya, suka cari masalah. Kalo lo di apa-apain bilang gue ya, biar gue kasih dia pelajaran" kesal Abel.

"Emang lo berani?."

"Nggak juga sih," kikuknya.

~~~~~

Ia sengaja berangkat lewat gerbang belakang sekolah, karena di depan masih terkunci. Terlalu pagi untuk para siswa berangkat jam lima subuh. Hanya dirinya lah yang pertama datang. Untuk balas dendamnya, apapun dia lakukan.

Dia tidak pergi ke kelas, melainkan ke ruang komputer. Dimana ruang tersebut masih terkunci. Tapi dengan otaknya yang pintar, dia membawa sebuah alat untuk membuka gembok itu. Hal kecil seperti ini sangat mudah di lakukan.

Setelah terbuka, dia pun masuk kedalam. Menyalakan salah satu komputer sekolah, dan mulai mencari sesuatu disana.

Sebuah foto dari salah satu siswa di SMA negeri Merdeka yang lumayan populer di sekolahnya. Yap! Siswa itu adalah Lucas. Ia mengambil sebuah dokumen juga foto Lucas dan mencetaknya.

Foto tersebut sengaja dia robek di bagian kepalanya. Juga tak lupa menusuk foto itu dengan sembarang. Ia juga menuliskan sebuah kata-kata mutiara disana.

Setelah selesai, baru dia ke kelasnya untuk menaruh bingkisan itu di atas meja Lucas. Lalu ia pergi keluar kelas untuk menunggu seseorang memasuki kelas terlebih dahulu. Baru saat itu dia masuk.

Dan rencananya sesuai dengan harapannya. Nando berhasil dalam misinya.

To be continued~~~

My Friend Or Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang