Chapter 21

144 7 0
                                    

⚠️ Cerita ini mengandung kata-kata kasar dan sedikit dewasa. Mohon maaf bila ada kata yang kurang tepat atau sulit dipahami. Mohon kebijakan dalam membaca. Happy reading ^_^⚠️.

"gue gatau harus berterima kasih seperti apa lagi ke kalian. Gue beruntung punya temen kek kalian"

Ia tersenyum manis dengan bibir pucat nya. Setelah sadar, mereka langsung menghampiri Abel yang masih terbaring di kasur rumah sakit.

"gue memutuskan buat nikah sama Artha setelah lulus, dia siap tanggung jawab atas apa yang terjadi sama gue,"

"mungkin ini berat buat kalian pahami, tapi ini kehidupan gue, masa depan gue, gue mau hidup bersama orang yang gue cintai. Gue harap kalian mengerti, dan maaf kalo udah bikin kalian repot, sekarang udah ada Artha. Kalian gak usah khawatir"

Abel meraih tangan besar Odden dengan lembut, dirinya masih lemas tak bertenaga. Dengan senyum manisnya, dia kembali berkata,

"terutama lo, Odden. Gue banyak terimakasih sama lo, selama ini lo jagain gue dengan baik. Gue harap lo juga nemuin kebahagiaan lo, ya."

"HUAAAAA....OMONGAN LO SEDIH BANGET BEL SUMPAH...HUAAA..." siapa lagi kalau bukan si king drama Peter. Ia menjerit tak tau malu di dalam ruang UGD itu.

"lo serius? lo gamau dipikirin dulu?," ujar Odden.

Abel menggeleng lemah, "ini udah keputusan kita dari awal, selama ini artha cari kerja part time di perpustakaan buat nikah sama gue, dan dia gamau gue tau. Makanya gue berasumsi kalo artha gamau tanggung jawab, tapi aslinya dia mau kok."

"wah si anjir, gentleman juga" sahut Chiko.

Setelah mendengar kalimat Abel, Nando baru ingat kalau dia pernah bertemu dengan Artha sebanyak dua kali, saat di perpustakaan malam dan pada saat Nando membeli kebutuhan dapur di bigmarket.

Nando jadi penasaran dengan sosok Artha ini. Pria itu terlihat sangat misterius, gerak geriknya lumayan mencurigakan. Namun ia tepis pikiran buruk itu, sebab Artha adalah kekasih Abel, temannya sendiri. Lagipula mereka akan segera menikah.

*****

Semuanya bisa dikatakan kembali normal seperti semula. Masing-masing dari mereka menjalankan hidup seperti biasanya, kini Odden dan Nando mulai tinggal bersama. Tak jarang Peter pun ikut tinggal bersama mereka untuk sekedar singgah saja.

Semenjak Nando mengunjungi rumah hutan itu, om Alex tiba-tiba saja menghilang. Dia tidak lagi menghubunginya untuk membunuh ataupun lainnya.

Sekarang juga Nando menjadi pribadi lebih baik, menurutnya. Mungkin karena sudah bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Ia sudah nyaman dengan kehidupannya sekarang, Nando harap itu akan bersifat selamanya.

Mengingat dia seorang bodyguard, bisa saja tuannya menyuruhnya pergi berpindah tugas tak lagi dengan Odden. Yah...siapa yang tahu?.

"abis ujian kerumah kakek yuk?," ajaknya.

Dengan sumringah Nando menjawab, "mau, udah lama ga ketemu kakek. Rindu."

"ama gue ga rindu?."

"yang ada muak tiap hari liat lo terus" sinis Nando.

"rugi dah lo ga rindu cowok ganteng kek gue," ujarnya kepedean.

"ga rugi, gue juga ganteng soalnya"

Puas dengan perkataannya, Nando mempercepat kakinya menuju kelasnya berada. Tak peduli dengan reaksi Odden sekarang.

Sebelum memasuki kelas, Nando berniat akan pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang sempat dia pinjam.

Salah satu yang disukai Nando di sekolah yaitu perpustakaan. Di sana dia bisa membaca buku yang berbeda beda dengan puas. Sedangkan saat ia homeschooling, dirinya hanya mendapatkan beberapa buku dari guru privatnya.

Ia mengecek kembali tasnya apakah dia sudah membawa buku itu atau belum. Siapa tahu dirinya lupa memasukkan buku tersebut dalam tasnya.

Sttttt

"Hmphh..."

Tubuhnya meronta ronta saat seseorang sedang membekap mulutnya secara tiba-tiba. Seseorang itu membawa tubuh Nando ke tempat yang jarang dikunjungi para siswa siswi.

Entah terbuat dari apa tubuh orang itu sehingga Nando tak cukup kuat untuk melawannya. Bisa jadi disebabkan perbedaan besar tubuhnya yang lebih kecil dari orang itu.

"sialan" umpatnya saat orang itu melepas bekapannya.

"ngapain lo disini?," tuturnya datar. Ia sedikit terkejut saat tahu yang membawanya kemari itu Artha.

"lo cari om Alex kan?," tanyanya.

Lagi lagi Nando dibuat terkejut, dari mana Artha kenal om Alex? mereka baru beberapa kali bertemu, sekolah pun berbeda, mustahil dia tahu tentang om Alex, siapa sebenarnya Artha ini?.

"tau dari mana?."

Artha tak menjawab, justru ia celingak-celinguk menelusuri sekitarnya. Lalu dia mengeluarkan sebuah kertas kecil kepada Nando.

"nanti malam, dateng kesini temuin gue. Sendiri! jangan bawa orang lain! dan jangan sampai mancing siapapun."

Setelah itu Artha pergi dengan memanjat tembok batas sekolah. Sedangkan Nando masih mencerna maksud perkataan Artha barusan.

Sepertinya biasa hidupnya penuh dengan drama baru.

*****

Tepat jam satu malam. Diam-diam Nando menyelinap keluar kondo untuk menemui Artha. Tadinya dia bimbang, takut ternyata Artha menjebaknya. Namun disisi lain dia juga penasaran dengan sosok Artha ini.

Mau tak mau ia harus tetap pergi untuk memuaskan rasa penasarannya. Sebelum itu, Nando memastikan Odden sudah tertidur di kamarnya.

Alamat yang tertulis di kertas itu cukup jauh dari kondonya. Maka dari itu Nando butuh kendaraan agar lebih cepat. Tapi sialnya dia tidak bisa mengendarai kendaraan apapun.

Nando baru ingat kalau Odden punya sepeda tidak dipakai di belakang kondonya, walaupun Nando tidak hafal mengunakan sepeda, tapi dia pernah belajar dulu dengan kakek. Setidaknya ia tahu caranya mengayuh sepeda.

Lamanya ia tidak menggunakan sepeda buat dia merasa lelah. Ditambah jarak tujuannya yang jauh menambah pegal urat betisnya.

"ini benerkan alamatnya" guamnya saat mencocokan kertas yang di pegang.

Sepi, sunyi, hanya suara hewan malam memecah keheningan malam itu. Tak ada tanda-tanda kehidupan disana, hanya sebuah perumahan lama dengan minim cahaya.

Dia memarkirkan sepeda di depan pos ronda lalu terduduk disana untuk meregangkan otot-ototnya yang pegal.

Pada umumnya pos ronda biasanya ramai oleh bapak-bapak yang berjaga malam entah hanya untuk sekedar begadang sembari bermain kartu remi. Tapi kali ini Nando menjumpai perumahan yang cukup creepy.

Jangan bilang komplek ini kosong? ah sudahlah Nando sedang tidak mood takut.

"hei, aku sudah menunggumu, cepat ikuti aku" suara itu terdengar setengah berbisik memanggilnya.

To be continued~~~

oke!!! mimin usahain yang terbaik buat kalian.

My Friend Or Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang