Chapter 40

56 5 0
                                    

⚠️ Cerita ini mengandung kata-kata kasar dan sedikit dewasa. Mohon maaf bila ada kata yang kurang tepat atau sulit dipahami. Mohon kebijakan dalam membaca. Happy reading ^_^⚠️.

Artha, pria itu seharian tidak tidur karena tugas yang harus dia lakukan untuk tuannya. Dia sudah berjanji akan membantu tuannya untuk menyelesaikan rencananya. Dan ia mematuhi itu.

Disisi lain Venson mengkonfirmasi bahwa beliau sudah menyiapkan pasukan dan akan mengirimkannya dalam waktu kurang lebih empat hari. Dimana hari itu bertepatan dengan hari wisuda Nando.

Dia sungguh bingung harus memulai yang mana dulu. Artha terjepit diantara dua makhluk buas. Keduanya sama-sama bertindak dengan sangat cepat. Berlomba-lomba siapa yang akan menang nantinya.

Setelah Nando menyuruh Artha untuk memantau Zico. Rupanya dia tak sia-sia rela tidak tidur dan sekarang Artha dapat sebuah informasi mengenai Zico. Yang bagaimana Zico ini bekerja di bawah naungan orangtua Lucas.

Jadi bisa dibilang, Zico ini anak buah ayah Lucas sekaligus teman Lucas. Tapi hal itu tidak diketahui oleh siapapun, termasuk kedua teman Lucas lainnya yaitu Jay dan Ajen.

Zico seperti merahasiakan identitasnya kepada publik. Dan menurut informasi yang dia dapat. Ternyata Zico lah yang menyuruh ayah Lucas untuk memaksa Lucas berteman dengan Nando.

Dia bilang jika Lucas berteman dengan Nando, mereka pasti punya keuntungan. Sebab Nando ternyata seorang bawahan mafia. Mengetahui itu ayah Lucas setuju dengan saran Zico.

Tapi kenapa harus Nando? padahal Odden juga anak dari mafia. Sebab, Nando spesial. Saat pertama Zico melihatnya pun dia merasa kagum dengan aura yang dipancarkan oleh Nando.

Diam-diam Zico selalu mengamati gerak-gerik Nando serapih mungkin. Karena bisa saja Nando tau kalau dirinya ternyata mata-mata.

Siapa yang menyangka? orang sependiam dan sekalem itu, ternyata menyimpan rahasia yang cukup mengejutkan. Makanya kita tidak boleh menilai buku dari covernya saja. Ada juga buku yang terlihat usang tapi di dalamnya menyimpan banyak ilmu, begitu pun sebaliknya.

Artha sudah menyuruh Nando untuk berhati-hati dengan Zico dan Lucas. Mereka bisa saja menyerang atau menculik Nando kapan saja. Walaupun hal itu sangat minim dilakukan.

Sebab mereka berencana untuk menculik Zico terlebih dahulu, menyekapnya untuk mengatakan kenyataan yang sebenarnya. Memang tak mudah, tapi harus mereka lakukan demi rencananya berhasil.

"aku akan menjemputmu malam ini, kita akan bawa dia kerumah itu," ujar Artha kepada seseorang diseberang sana.

"..."

"kau harus hati-hati, dia sangat ketat."

"..."

"baiklah."

*****

Selama acara berlangsung, dia tidak dapat fokus dengan baik. Sering kali ia merasa cemas dan takut akan sesuatu yang membuatnya tidak bisa fokus. Apa lagi saat dirinya tak sengaja berkontak mata dengan Zico. Ia seperti kehausan darah.

Untungnya ada Odden dan teman-temannya yang menjadi netralisir emosinya. Dia masih bisa mengendalikan amarahnya saat itu.

Di jam istirahat pun Nando tidak bergabung dengan teman-temannya, dia pergi ke uks dengan alasan sedang tidak enak badan. Padahal disana Nando sedang berkomunikasi dengan Artha, tentang bagaimana kelanjutan rencananya.

Dan sesuai perkataan Artha, malam ini mereka akan meluncurkan aksi mereka dengan cara menculik Zico.

Artha bilang Zico lebih sering tinggal di rumah Lucas ketimbang dirumahnya sendiri. Kemungkinan besar malam ini Zico berada di istana ayahnya Lucas.

Nando jadi tidak sabar menanti malam tiba. Rasanya ingin segera ia cabik-cabik wajah sialan Zico itu. Membayangkannya saja sudah membuatnya ngiler. Huh, sangat menggugah hasrat membunuhnya.

Dia terlalu fokus dengan ponselnya, hingga tak menyadari kedatangan Odden yang sedari tadi memantaunya dari balik jendela kamar uks.

Sampailah saat Odden mencoba masuk, baru Nando menyadari kehadiran Odden. Pria itu tersenyum menghampiri Nando dengan menenteng sebuah kresek berisi makanan dan obat-obatan.

"gue bawain omlet kesukaan lo, sama obat buat lo juga," ujarnya sembari menaruh kresek itu di atas kasur uks yang Nando tempati.

"hm, thanks. Tapi gue lagi ga nafsu makan, Odden," jawabannya lesuh.

"tenang, kali ini omletnya ga kek kemaren kok" mengingat omlet yang sangat asin tersebut membuat Odden malu sendiri.

"iya, tapi tetep aja gue ga selera makan."

Dia menghela napas lalu membuka kresek itu, mengeluarkan kotak makan berisi nasi omlet dengan saus tomat yang membentuk sebuah senyuman.

"kalo lo gamau makan, gue paksa. Lo diem aja, biar gue yang nyuapin," perintah Odden.

"t-tapi---"

"sutttt...buka mulut lo, jangan sampe gue paksa juga biar mulut lo kebuka," tutur Odden membuat Nando sedikit ambigu.

Terpaksa Nando membuka mulutnya dan melahap sesuap nasi ke dalam mulutnya. Kali ini benar, omlet itu tidak seperti kemarin yang Odden buat. Rasanya hampir sama dengan masakannya.

Dengan telaten Odden menyuapi Nando hingga nasi omlet yang dia bawa sedikit demi sedikit mulai habis. Setelah itu Odden menyuruh Nando untuk meminum obat yang dia bawa juga.

"nah pinter, sekarang lo istirahat. Gue mau lanjutin acara dulu, nanti gue kesini lagi."

Nando mengangguki ucapannya. Entah apa yang merasukinya hingga dia bersikap selembut itu padanya.

Tapi jauh dari lubuk hatinya, dia juga merasa senang jika Odden memperlakukan dirinya dengan baik. Dia merasakan kasih sayang seorang teman, yang belum tentu dia dapatkan di orang lain.

Nando benar-benar bersyukur bisa bertemu dengan Odden. Ia harap dirinya akan selalu bersama Odden hingga maut memisahkan mereka. Walaupun nanti Odden menemukan cintanya, Nando harap hubungan mereka tetap baik-baik saja.

"eummm den, makasih ya," ujar Nando dengan tulus.

Odden yang hendak membuka gagang pintu itu menoleh dan tersenyum hangat kepada Nando.

Odden mengangguk, sebelum keluar dari uks ia melangkahkan kakinya mendekati Nando lalu mengulurkan tangannya untuk mengacak pelan rambut coklat Nando.

Setelah itu baru Odden benar-benar meninggalkan ruang UKS.

Lagi-lagi Nando dibuat mematung oleh sikap Odden tersebut. Ia mengelus rambutnya dengan melongo.

Agaknya Nando ingin sekali melayang menembus langit ketujuh. Ia sadar dirinya seorang cowok, tapi mendapatkan perilakuan seperti itu bikin dirinya senang. Apakah normal baginya merasakan hal demikian?.

Entahlah akhir-akhir ini dia jadi seperti bukan dirinya. Nando lebih sering merasa gugup saat bersama Odden. Diam-diam juga Nando suka memperhatikan Odden entah hanya sekedar ingin menatapnya atau apalah itu Nando pun bingung.

Tolong siapapun jelaskan bahwa sebenarnya apa yang sedang Nando alami sekarang? dia benar-benar frustasi akan hal itu.

To be continued ~~~

mulai skrng mimin bakal update 2 chapter sekaligus ya fren krna mimin bakal cepetin cerita ini supaya cepat end🙏🏻

My Friend Or Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang