Chapter 13

176 8 1
                                    

⚠️ Cerita ini mengandung kata-kata kasar dan sedikit dewasa. Mohon maaf bila ada kata yang kurang tepat atau sulit dipahami. Mohon kebijakan dalam membaca. Happy reading ^_^⚠️.

Entah mengapa, sekarang mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri. Mereka jarang ada waktu bersama, walaupun satu rumah. Odden yang sibuk dengan urusan entah apa itu. Dan Nando yang sering di panggil oleh Om Alex untuk mengeksekusi para musuh mereka.

Namun Nando masih menyempatkan diri untuk pulang, sedangkan Odden terkadang pulang hanya untuk makan, ganti baju lalu pergi lagi. Begitu terus sampai suatu hari, Nando benar-benar merasakan kerenggangan jarak diantara mereka.

Mereka lebih aktif di sosmed dari pada real life, tak jarang juga Odden selalu menyepam chat padanya hanya sekedar iseng. Tapi Nando jarang sekali meresponnya, karena itu sangat amat mengganggu.

Ada hal lain yang membuat Nando sedikit cemas, yaitu emosinya. Sejak Om Alex menyuruhnya untuk membunuh musuh, rasa emosionalnya jadi tidak karuan. Nando jadi gampang sensitif juga gampang merasa lelah akibat sisi monster yang ada di dalam tubuhnya.

Hari ini Nando berniat memasak semur ayam kesukaan Odden, selain menjadi bodyguard Nando juga berperan menjadi tukang masak disini wkwkwk. Ia memasak untuk makan malam mereka, biasanya jam segini Odden pulang untuk ganti baju dan makan pastinya.

Jujur saja sejak Odden sibuk dan mereka jarang berinteraksi, Nando jadi merasa kesepian. Tidak ada lagi keributan di pagi hari hanya karena Odden yang kehilangan satu kaos kakinya. Belum lagi pulang sekolah selalu mampir nongkrong di cafe biasa tempat mereka. Dan malamnya Odden selalu merengek memintanya untuk menemaninya bermain PS.

Sungguh sangat berbeda dengan mereka yang sekarang.

Jam sudah menuju angka delapan malam, Odden belum juga menampakkan diri. Padahal Nando sudah menyiapkan makan sebanyak itu untuk Odden, sekaligus dia ingin mempertanyakan hal yang menjangkal hatinya.

Untuk kesekian kalinya Nando melirik jam dinding menunggu Odden pulang. Beberapa jali juga ia bolak-balik mengecek ponselnya, berharap Odden memberinya pesan.

"Gue pulang" teriaknya.

Reflek Nando langsung menengok ke arah sumber suara, mendapati Odden yang sudah pulang. Dia mendekati Nando yang berada di meja makan dengan tersenyum lebar.

"Wih, semur ayam. Tau aja lo kesukaan gue," sumringahnya.

Dia tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa padanya. Sementara itu, terlihat jelas sudut bibir Odden yang membiru akibat hantaman. Di pakaiannya pun terlihat bekas noda sepatu yang membekas. Sudah pasti ada hal yang terjadi pada Odden.

"Bibir lo?," Reflek Nando mengulurkan tangannya menunjuk sudut bibir Odden yang terluka.

Seakan tau reaksi Nando, dia bersikap senormal mungkin agar Nando tidak mencemaskannya.

"Oh ini tadi kepentok meja."

"Gue tau lo bohong."

Odden menghela napas berat, "Gue gapapa, lo gausah khawatir" ujarnya meyakinkan Nando.

"Lo tuan gue, harusnya gue lindungi lo kalo ada apa-apa."

"I now, tapi gue bisa jaga diri nan, gue bukan anak kecil lagi."

"Bilang sama gue, siapa yang bikin lo gini."

"Ga ada, gue cuma kepentok meja aja."

Akhirnya Nando mengalah, percuma berdebat dengan Odden pasti tidak ada ujungnya.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo" ujar Nando tiba-tiba.

Odden mengerutkan keningnya sembari mengunyah makanannya. Menunggu sang empu melanjutkan ucapannya.

My Friend Or Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang