Chapter 22

160 8 0
                                    

⚠️ Cerita ini mengandung kata-kata kasar dan sedikit dewasa. Mohon maaf bila ada kata yang kurang tepat atau sulit dipahami. Mohon kebijakan dalam membaca. Happy reading ^_^⚠️.

Langkah demi langkah ia semakin was was dengan pria yang berjalan di depannya. Semakin lama mereka berjalan semakin sunyi jauh dari perumahan warga.

Sudah berapa lama mereka menempuh perjalanan, dan sampailah Nando di sebuah cafe yang terlihat minimalis tapi modern.

Tentunya Nando bingung, mengapa dirinya diajak ke cafe yang sudah tutup. Ditambah ia baru tau kalo ada sebuah cafe jauh dari keramaian.

"masuk."

Sebelum masuk Nando memarkirkan sepedanya dulu. Baru ia masuk kedalam cafe tersebut. Tak lupa juga dia mengunci sepedanya agar tidak di maling. Kan siapa tahu ternyata Artha komplotan begal yang sedang menyamar.

Dan juga sepeda Odden pasti mahal, dilihat dari bentuknya saja sudah pasti itu sepeda mahal.

"duduklah, tunggu sebentar."

Nando menelusuri setiap sudut ruang cafe yang terlihat unik, cafe itu mungkin terlihat modern dari depan. Tapi nyatanya di sana banyak benda benda unik yang jarang dijumpai orang orang. Sungguh menakjubkan.

Beberapa menit kemudian. Artha keluar bersama om Alex. Yap! seseorang yang beberapa hari yang lalu menyuruh Nando untuk mengeksekusi para musuhnya.

Ternyata dugaan Odden salah. Om Alex terlihat sehat dan kakinya juga menapak pada lantai. Sungguh lelucon konyolnya membuat Nando tertawa geli jika mengingatnya.

"langsung ke intinya," ujar Nando to the point.

Mereka mengangguk dan menjelaskan alasan mereka membawa Nando ke sana dan juga kebenaran kebenaran yang tidak pernah dia tahu sejak lahir. Dan itu membuat Nando syok akan perkataan mereka.

Banyak hal yang berubah dalam hidupnya. Kini warna demi warna muncul mewarnai kehidupannya yang gelap. Namun ia tahu, jika kehidupan tidak semulus yang ia kira.

Banyak kenyataan yang membuat dia pasrah dan kecewa, contohnya ya seperti sekarang ini. Mereka membuat Nando bimbang akan ucapan mereka. Ia tak menyangka kalau mereka akan membicarakan hal seserius ini.

*****

Brukkk..

"loh, lo belum tidur nan?," tanyanya pada sang empu.

Otomatis Nando tak jadi membuka pintu kamarnya sebab Odden tiba-tiba saja keluar dari kamarnya, dan kebetulan kamar mereka bersebrangan.

"emm iya, lo sendiri kebangun?."

Ia mengangguk dengan berkata, "mau ngopi?."

"boleh."

Di rooftop kondo, mereka duduk bersebelahan ditemani kopi yang Odden buat tadi. Menikmati indahnya bintang berkilau malam itu diterangi cahaya rembulan yang menyala begitu anggun.

Ia mengeratkan Hoodienya saat angin berhembus menembus kulitnya yang putih. Matanya melirik jam tangan yang dia pakai menunjukkan pukul empat dini hari. Huh..biasanya jam segini mereka masih molor.

"andai lo ga masuk ke keluarga phantera, mungkin gue bakal jadi pengecut sampe sekarang," tuturnya tiba tiba.

"huh?."

Bibirnya membentuk senyum tipis, ketika mengingatkan masa lalunya dulu.

"sebelum lo di angkat sama kakek, gue selalu jadi orang yang paling lemah dari semua keturunan phantera. Gue takut, dengan gue yang sekarang gue ga bisa hidup normal seperti anak lainnya"

My Friend Or Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang