Chapter 20

174 9 0
                                    

⚠️ Cerita ini mengandung kata-kata kasar dan sedikit dewasa. Mohon maaf bila ada kata yang kurang tepat atau sulit dipahami. Mohon kebijakan dalam membaca. Happy reading ^_^⚠️.

Orang lain mungkin akan menyebutnya aneh jika dia menganggap semua temannya sebagai prioritasnya. Pertemanan tidak ada nilainya jika kita tidak saling membantu satu sama lain. Namun disatu sisi, teman juga bisa membuat kita hancur secara tidak sengaja. Contoh teman makan teman?.

Berteman dengan siapa saja boleh, asal kita harus pandai menilai seseorang yang baik untuk dijadikan teman.

ting tong

Beberapa kali bel itu berbunyi tak beraturan, seperti memaksa sang pemilik rumah untuk membukanya pintu. Saat ini ia merasa gelisah, khawatir akan keadaan temannya itu.

Tak lama seorang wanita paruh baya pun buru-buru keluar membukakan pintu untuk mereka.

"permisi bi, abel nya ada?" tanyanya sopan.

"eh, a Odden. Neng Abel nya pergi sama pacarnya a dari pagi. Malah ini belun pulang, atuh bibi khawatir."

Mereka mengelos nafas kecewa. Sepertinya mereka salah mengira, mereka pikir Abel sedang dirumahnya makanya mereka datang kesini.

"oh gitu ya bi, yaudah kita langsung aja ya bi, nuhun" ucap Odden sembari menarik pergelangan tangan Nando.

"iya sama-sama a, hati-hati."

Otak mereka bersikeras memikirkan keberadaan Abel saat ini. Sepanjang perjalanan mereka saling diam dengan raut wajah yang gelisah.

"coba lo telpon lagi, siapa tau diangkat" sarannya.

Ia menurut, mencoba menghubungi sang empu. Tetapi beberapa kali ia mencoba, tidak ada jawaban darinya.

"keknya gue tau satu tempat, kita coba kesana. Siapa tau Abel disana."

Dengan kecepatan tinggi ia melajukan mobilnya agar cepat sampai tujuan. Sedang Nando hanya menuruti saja perkataan Odden. Toh, sepertinya Odden lebih mengenal Abel dari pada dirinya.

Perjalanan itu cukup jauh, memakan waktu sekitar setengah jam dari rumah Abel. Hingga tibalah mereka di sebuah rumah sederhana, dengan halaman yang lumayan luas.

Di depan rumah tersebut terparkir sebuah motor KLX dengan posisi pintu rumah terbuka.

Melihat itu Odden langsung berlari membanting pintu mobilnya untuk mengecek apakah Abel berada di rumah tersebut atau tidak.

Berbeda dengan Odden, justru Nando terlihat lebih kalem, ia nampak salfok dengan motor yang terparkir itu. Entah kenapa dia merasa dejavu.

Tanpa basa basi Odden menerobos masuk ke dalam rumah itu, tanpa permisi. Dan pertama yang lihat ialah, seorang gadis tengah duduk di ruang tamu sembari menangis seorang diri.

"bel..." guamnya.

Merasa terpanggil, gadis itu menegakkan wajahnya. Menatap sayu sang empu dengan mata sembabnya.

"lo gpp?."

Bukannya menjawab, Abel justru menangis lebih histeris. Ia tak sanggup untuk berkata kata lagi.

"udah gue bilang berkali kali, jauhin cowok itu!" perintahnya dengan tutur kata pelan.

"cowok mana maksud lo!," sentak seseorang yang muncul dari dalam rumah tersebut.

My Friend Or Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang