Chapter 14

156 9 0
                                    

⚠️ Cerita ini mengandung kata-kata kasar dan sedikit dewasa. Mohon maaf bila ada kata yang kurang tepat atau sulit dipahami. Mohon kebijakan dalam membaca. Happy reading ^_^⚠️.

Keesokan harinya setelah pulang sekolah. Nando tidak langsung pulang ke rumah, melainkan mampir ke bigmarket untuk membeli bahan dapur. Biarlah dia pergi sendirian, terpenting adalah makan. Tidak ada bahan dapur bagaimana dia bisa makan?.

Btw semalem Odden tidak pulang kerumahnya. Nando jadi khawatir dengan keselamatan Odden, mengingat sang empu yang diincar banyak musuh, bikin Nando was-was akan keselamatannya. Ponsel Odden juga tidak bisa di hubungi. Tak biasanya pria itu seperti itu.

Nando memilih beberapa sayuran dan makanan instan juga kebutuhan lainnya. Sepi rasanya pergi sendirian, tak ada yang berisik ketika ia memilih sayuran. Tak ada rengekan memaksa membeli pasta gigi kodomo hanya untuk mendapatkan hadiah di dalamnya. Benar-benar sepi.

Sebelum dia memulai berbelanja. Nando terlebih dahulu mengambil keranjang sebagai wadah belanjaannya nanti.

Suasana di sana lumayan ramai pengunjung, mungkin karna mendekati akhir pekan jadi banyak yang berbelanja bulanan juga.

Selama Nando berbelanja di bigmarket masih aman-aman saja. Tidak ada kendala apapun.

Sampai pada saat dia ingin membayar belanjaannya, tiba seorang pria besar. Berperawakan lebih tinggi darinya, berpenampilan seperti preman dengan tindik hitam yang menempel di telinganya.

Pria itu menabrak bahu Nando entah sengaja atau tidak, yang pasti tidak ada kata maaf dari sang empu. Justru pria itu melotot kepada Nando, seakan menantangnya.

Nando tak suka tatapan pria itu, ingin rasanya ia mencongkel matanya agar tidak bisa melihat lagi. Sikap angkuhnya benar-benar bikin Nando ingin membunuhnya. Sangat menyebalkan.

Namun dia harus menahannya sebab sekarang dirinya sedang di tempat umum, tak mungkin kan dia membunuh di depan orang secara terang-terangan.

Selain itu pria ini juga memakai pakaian SMA, yang pasti bukan dari sekolahnya. Namun penampilannya patut di juluki sebagai preman, sangat berantakan. Walaupun jika dilihat, pria ini juga tampan. Hanya saja penampilannya tidak mendukung.

Mereka saling bertatapan cukup lama, sampai seseorang tiba-tiba menepuk pundak Nando. Sontak Nando pun mengalihkan pandangannya.

"Woi bocah aneh, ngapain lo disini?" sahutnya.

Dia mendecak, menatap jengah pria-pria di depannya. Asli, sekarang mood Nando sedang berantakan. Jangan sampai dia kelewatan batasnya.

"Sendirian?" tanya Lucas.

"Asik nih kita jahilin dikit," ujar salah satu teman lucas cengengesan.

Padahal mereka sudah pernah di kalahkan oleh Nando. Tapi tidak ada kapoknya. Kalau kalian baca part sebelumnya pasti tahu kan waktu Nando di serang oleh Lucas dan kawan-kawannya di club.

Akan tetapi, Lucas justru menatap temannya dengan tajam. Seolah menyuruh mereka untuk tutup mulut.

"Minggir, gue mau lewat" tegas Nando.

"Mau gue bantuin?," tawar Lucas.

Seketika teman-teman Lucas mendelik tak percaya. Bagaimana mungkin Lucas yang terkenal angkuh dan keras kepala, malah menawarkan bantuan untuk musuhnya?. Sangat di luar dugaan mereka.

"Lo serius bro?," heran Jay teman Lucas.

"Bisa diem ga?!" bentak Lucas padanya.

"Anjing beneran."

My Friend Or Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang