bagian 5.

10.3K 432 7
                                    

Ruri duduk dilantai dan memeluk lututnya didepan meja, tangannya memainkan akuarium kecil bulat didepannya yang terdapat ikan koi emas. Ruri diam memikirkan kejadian kemarin yang membuatnya sangat syok bagaimana bisa Leon tiba-tiba mencium bibirnya dengan paksa, Ruri menyentuh bibirnya yang terluka karena gigitan Leon dengan jari telunjuknya, Ruri memasang wajah ingin menangis lalu menyembunyikan wajahnya dilututnya.

"Mama Papa, bibir Ruri udah gak prawan maafin Ruri. Bibir Ruri udah diperkosa sama Leon anak anjing itu!" Ucap Ruri dengan menangis tapi tak mengeluarkan air matanya.

Ruri mengangkat kepalanya lagi dengan ekspresinya yang frustasi karena kejadian kemarin membuat Ruri disekolah selalu bersembunyi saat pulang sekolah tadi, bahkan saat berangkat aja Ruri harus berangkat pukul 4 pagi untuk berjaga-jaga Leon datang ke rumahnya. Ruri kembali mengetuk-ngetuk akuarium ikan kecil itu sambil berpikir apa yang harus ia lakukan untuk kabur dari Leon.

"Dino, aku pengen jadi ikan aja kaya kamu. Kamu cuma bisa berenang, makan, tidur, berak dan gak kerja keras. Tapi kalo aku jadi ikan aku juga bisa mati." Rengek Ruri.

Tok!

Tok!

Tok!

"Nak Ruri, kamu dirumah apa enggak?!"

Suara ketokan pintu dari luar dan suara dari Bibi tetangganya, Ruri mendesah kali ini apa lagi yang diinginkan Bibi itu? Kemarin tanggung jawab pot bunganya pecah gara-gara dirinya padahal dirinya gak pecahin pot bunganya. Ruri mendesah lalu berdiri dan membuka pintu rumahnya.

Ceklek!

"Ada apa Bi?" Tanya Ruri.

Bibi yang rambutnya digelung dan pakai pakaian daster itu tersenyum lalu memberikan rantang kepada Ruri, Ruri mengerutkan dahinya melihat rantang itu diberikan kepadanya lalu Ruri menerima rantang itu dengan tanda tanya.

"Ini apa Bi?" Tanya Ruri.

"Bibi minta maaf yang soal kemarin, ternyata bukan kamu yang pecahin pot Bibi. Tadi Hani udah bilang kalo yang pecahin dia, ini uang kamu Bibi kembaliin." Ucap Bibi itu tersenyum tak enak.

Ruri mengangguk lalu tersenyum lalu menerima uang itu. "Jadi Hani yang pecahin ya Bi, gapapa Bi namanya juga gak tau. Makasih buat makanannya ya Bi, nanti Ruri balikin."

"Iya, rantangnya gak usah dikembaliin, Bibi masih punya banyak rantang." Ucap Bibi itu.

"Gak papa Bi, nanti Ruri balikin rantangnya aja." Ucap Ruri.

"Terserah Nak Ruri aja deh, yaudah ya Bibi pulang dulu makananya langsung dimakan aja." Ucap Bibi itu langsung diangguki Ruri.

"Iya, makasih ya Bi." Ucap Ruri langsung Bibi itu pergi dan Ruri masuk kedalam rumah lagi.

Ruri menaruh rantang itu di meja lalu duduk lagi dilantai. "Aku kira marah-marah lagi."

Ruri membuka rantang itu dan menurunkan satu-satu, Ruri menganga melihat makanan ini sangat banyak, apa lagi tumis jengkolnya yang full dan nasinya, ada beberapa potongan daging rendang. Ruri memasang wajah cemberut lalu mengangkat bajunya hingga menunjukkan perutnya yang sedikit membuncit.

"Perut aku udah buncit, tapi makanannya kelihatan enak apa lagi jarang makan daging rendang. Bodoh lah makan aja." Ucap Ruri, Ruri berdiri dan akan menujuh dapur untuk mengambil sendok.

Tok!

Tok!

Tok!

Langkah Ruri terhenti melihat pintu dengan kesal siapa lagi yang datang kali ini, dengan kesal karena menunda makan enak Ruri menujuh pintu dan membukanya, Ruri melebarkan matanya melihat cowok tinggi berdiri didepan pintu dengan tatapan tajamnya lalu segera Ruri menutup pintunya, tapi sialnya cowok ini menahan pintu dengan mengganjalkan kakinya yang terbalut sepatu mahal. Ruri ingin menangis berusaha menutup pintu itu, hingga tubuh Ruri terdorong kebelakang dan jatuh saat pintu itu dibuka dengan kuat.

LEON : She Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang