bagian 48.

1K 133 62
                                    

Ruri menggigit kukunya sambil melihat kedepan dengan pembatas kaca, dibalik kaca itu ada sosok Leon yang terbaring tidak sadarkan diri dengan selang oksigen di hidungnya. Ruangan yang digunakan untuk Leon adalah ruangan tertutup hanya berbekal cermin dua arah. Hanya ada kasur yang dibuat Leon berbaring, lalu meja dan sebuah kamar mandi.

Derrrttt!!! Derrttt!!!

Ruri mengeluarkan ponsel hitamnya dan melihat nomor tidak dikenal masuk tapi Ruri mengenali nomor ini, karena emang Ruri yang memberikan nomor ini pada orang lain. Ruri mengangkat panggilan itu dan tersenyum mendengarnya suara yang ia tunggu-tunggu.

"Aku Sella kak."

"Kakak tau." Ucap Ruri tersenyum.

"Aku mau ketemu Kakak buat tau semuanya."

Ruri diam.

"Kamu udah siap?" Tanya Ruri untuk memastikan keinginan Sella, agar Sella bisa ia manfaatkan lebih jauh.

"Udah kak."

"Kakak temui kamu nanti malam." Ucap Ruri mematikan sambungannya melihat Leon lagi. Tidak, justru tatapan Ruri tidak pernah lepas dari Leon.

"Aku harus nyelesaiin Leon, kamu gak boleh ganggu sampai ini berhasil." Gumam Ruri lalu tersenyum.

"Kamu yakin ngelakuin ini?" Tanya Reza yang tiba-tiba datang dan berdiri disamping Ruri ikut melihat Leon.

"Terus buat apa aku balik ke sini?... Mereka yang gak tau diri." Ucap Ruri diam.

Reza melihat Ruri diam sesaat. "Kamu gak takut nyesel?"

"Menyesal dari apa?" Tanya Ruri melihat Reza. "Nyesel gak bisa sama Leon? Nyesel karna Ayah sama Ibu marah sama aku? Atau nyesel kehilangan semuanya?"

Reza diam.

Ruri tersenyum. "Aku gak akan nyesel kehilangan apapun karna aku emang kehilangan semuanya karna mereka dan soal Ayah Ibu marah sama aku ngelakuin ini, aku bakal tanggung semuanya. Soal Leon, Leon gak akan bisa jauh dari aku karna Leon cinta banget sama aku."

Ruri lalu memasuki ruang tempat Leon dengan menggunakan sidik jari meninggalkan Reza yang berdiri melihat Ruri melalui kaca, Reza tau Ruri bukan cewek yang gampang memaafkan orang lain karan itu Reza juga merencanakan sesuatu tanpa sepengatahuan Ruri demi keselamatan Ruri.

Didalam ruangan ini Ruri melihat Leon lalu duduk disamping Leon sambil menggenggam tangan Leon yang terborgol, Ruri mengusap perut Leon yang ada bekas tikamannya. Ruri memberi kecupan pada kening Leon melihat Leon dengan sayu.

"Maafin aku, aku harus ngelakuin ini. Kalau kamu marah sama aku marah aja, tapi kamu gak akan sanggup bunuh aku. Kalau kamu ninggalin aku, aku gak akan larang kamu buat pergi."











***










Ruri berjongkok didepan makam dengan batu nisan bertuliskan nama Garen Herdian Dimitry, Ruri memandang makam itu dengan diam lalu tangannya mulai mengusap batu nisan itu.

"Garen... Aku udah maafin kamu." Jeda Ruri memejamkan matanya. "Tapi aku gak bisa maafin kedua orang tua kamu, mereka masih ngelindungin popularitasnya setelah apa yang kamu lakuin. Mereka gak mengungkap semua sendiri didepan aku dan minta maaf secara langsung sama aku, itu yang gak bisa aku biarin, mereka harus dapat balesannya."

Ruri membuang nafasnya lalu tersenyum getir. "Aku gak tau seandainya kamu masih hidup, apa kamu mau minta maaf sama aku dan ngakuin kesalahan kamu sama aku. Kamu sekarang udah gak ada, aku harus berharap apa sama kamu?... Aku tau kamu depresi dan ketakutan karena udah ngebuat orang tua aku meninggal, tapi aku tau mau masih merasa bersalah walaupun kamu meninggal."

LEON : She Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang