bagian 31.

4.7K 305 69
                                    

Ruri duduk diranjang uks dengan Leon yang mengobatinya luka Ruri, Leon membersihkan darah diluka pipi Ruri sebelum menutup lukanya dengan kasa, Ruri hanya menangis diam tanpa mengeluarkan kata-kata. Tangannya yang terkena cakaran juga sudah Leon obati, sedari tadi Ruri hanya diam dan menangis sambil menundukkan wajahnya.

"Skors 3 hari apa itu bisa buat beasiswaku dicabut? Itu juga bisa jadi penyebab beasiswaku dicabut." Ucap Ruri setelah lama diam.

Leon melihat Ruri diam. "Enggak akan, ini cuma masalah kecil. Jadi kamu gak usah takut."

Leon kembali membersihkan darah Ruri, sebenarnya Leon cukup marah pada Gebby karena sudah melukai Ruri sampai separah ini. Leon tidak menyukai orang yang begitu ia cintai dan kagumi dilukai oleh orang lain, rasanya Leon ingin membunuhnya saja. Tapi disini Leon berpikir secara logis saja, kalau ia membunuh Gebby dan Ruri mengetahui hal ini pasti Ruri akan semakin takut padanya dan kemungkinan Ruri akan membencinya.

Leon berpikir sejauh apapun ia berusaha menyembunyikan itu pasti akan ketahuan juga oleh Ruri, maka dari itu Leon tidak akan membunuh Gebby melainkan akan memberi memberi peringatan pada Gebby atau Renata.

"Apa masih sakit?" Tanya Leon membuang kapas yang sudah ia gunakan untuk membersihkan darah Ruri.

Ruri mengangguk masih diam menunduk.

Leon mendesah lalu tangannya mengangkat dagu Ruri agar tidak menundukkan kepalanya terus dan pandangan mereka saling tatap, Leon tersenyum mengusap pipi sebalah Ruri yang tidak ada lukanya dan menyelipkan rambut yang menutupi pipi Ruri dibelakang telinga.

"Kalau sakit kenapa kamu diam aja? Harusnya kamu teriak atau pukul aku kalau aku gak sengaja buat luka kamu sakit." Ucap Leon menoel hidung Ruri.

"Aku bukan anak kecil lagi." Ucap Ruri dengan sendu.

Leon tersenyum. "Bukan anak kecil tapi kenapa kamu nangis seperti anak kecil?"

Ruri diam melihat Leon sedikit kesal.

"Aku tutup luka kamu biar gak infeksi." Ucap Leon lalu melanjutkan untuk menutup luka pipi Ruri dengan kasa.

"Udah selesai, masih sakit?" Tanya Leon yang sudah menutup luka Ruri dengan kasa.

Ruri mengangguk.

Leon yang mengerti mengangkat dagu Ruri lalu memberi kecupan pelan tepat dikasa yang menutupi luka Ruri membuat Ruri diam mematung, Leon menjauhkan wajahnya tersenyum melihat Ruri dan mengusapnya pelan pipi Ruri.

"Sekarang udah gak sakit?" Tanya Leon lagi.

Ruri diam melihat Leon lalu menggeleng. "Enggak sakit."

"Kalau gak sakit kenapa kamu masih sedih hm?" Tanya Leon mengusap kepala Ruri dengan lembut.

Ruri diam melihat Leon yang sangat perhatian ini. "Aku sedih soalnya aku buat masalah disekolah."

"Itu bukan salah kamu, sayang. Jadi kamu gak usah dipikirin lagi."

"Tetep aja aku buat masalah sampai kena skors 3 hari, Ayah sama Ibu kecewa." Ucap Ruri menunduk lagi.

Leon diam melihat itu lalu memeluk Ruri dan mengusap kepala Ruri, melihat Ruri sedih seperti ini karena orang lain membuatnya sangat marah namun Ruri butuh seseorang yang harus menyemangatinya.

"Semua orang punya kesalahan dan kesalahan apapun itu pasti mereka tau alasan apa yang buat kamu ngelakuin itu, mereka gak akan marah sama kamu karena kamu cuma ngelindungin diri kamu. Jadi, kamu jangan sedih lagi ya nanti cantiknya hilang."

Ruri diam memeluk Leon merasakan kenyamanan disana. "Aku pengen pergi dari sini."

"Ayo, aku bawa kamu ke tempat indah." Ucap Leon melepaskan pelukannya dan Ruri mengangguk.

LEON : She Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang