bagian 29.

4.1K 299 38
                                    

Ruri diam melamun memikirkan bagaimana ia bisa lepas dari Leon yang ternyata orang gila, Ruri mendesak lagi entak keberapa kali ia mendesah lelah. Toko bunganya sepi membuat Ruri semakin memikirkan Leon, Ruri berdecak lalu mengambil ponselnya dan melihat Leon sedang mengirimnya WhatsApp tapi Ruri tidak membalasnya.

"Kamu kenapa kok kaya lesu gitu." Kedatangan Uum dengan membawa beberapa tangkai bunga lily putih membuat Ruri sedikit kaget.

"Mbak Uum ngagetin aja." Ucap Ruri membangu Uum untuk merapikan bunga-bunga itu.

"Kamu mikirin apa asih dari tadi Mbak panggil nggak nyahut-nyahut." Ucap Uum menggeleng.

Ruri mendelik menunjuk dirinya sendiri seburuk itukah ia berpikir sampai tidak dengar kalau Mbak Uum memanggilnya, Ruri menggaruk pelipisnya tak enak dan tersenyum merasa bersalah. Padahal disini ia adalah karyawan bagaimana ia bisa bekerja dengan buruk pada Uum, padahal Uum memberinya gaji yang lumayan.

"Maaf Mbak, Ruri masih kepikiran sama masalah Ruri." Ucap Ruri.

"Kamu ada masalah apa? Masih muda kok udah ada masalah." Ucap Uum heran.

"Bukan apa-apa kok Mbak." Ruri menggeleng.

"Udah, nanti kamu jam 7 pulang aja istirahat biar enak besok kerjanya." Ucap Uum membuat Ruri mendelik.

"Loh kenapa pulang jam 7, pulang kaya biasanya aja." Ucap Ruri merasa bersalah karena selalu kepikiran itu mengganggu pekerjaannya.

"Apanya? Mbak Uum mau Pergi nanti jam 8 ada acara keluarga Mbak Uum, makanya kamu tak suruh pulang jam 7." Jelas Uum membuat Ruri mengangguk sambil mulutnya berbentuk O.

"Oh kirain Mbak Uum marah sama aku terus aku disuruh pulang." Ucap Ruri meringis bodoh.

"Enggak lah, udah ini tolong dibuat buket ya 30 menit lagi orangnya kesini buat ambil buketnya nama orangnya Parjo, Mbak Uum mau nginput pesanan dulu."

"Parjo? Jelek juga namanya." Ucap Ruri ceplos membuat Uum tersenyum.

"Jangan ngawur, udah kerjain keburu orangnya kesini."

Ruri terkikik lalu mengacungkan jempolnya. "Siap madam."

Ruri mulai membuat buket bunga Lily putih ini dengan teliti dan hati-hati karena ini milik orang lain yang sudah memesannya melalui Uum, hingga Ruri selesai membuat buket bunga itu dengan cantik membuat Ruri lega akhirnya selesai juga dan terlihat sangat cantik buket yang ia buat. Sepertinya orang yang memesan ini diberikan sama orang yang dicintainya, namun orang yang memesan ini belum datang juga.

"Permisi."

"Iya, bisa saya bantu— lah Fandi kocak ngapain kamu disini?" Ruri yang awalnya tidak melihat siapa yang datang dan kaget setelah tau siapa yang datang ternyata cowok yang ia kenal.

"Lah gue kan pesen bunga disini, yang gue kesini lah." Ucap Fandi mencoel lengan Ruri dan Ruri langsung menepis tangan Fandi.

"Gak usah pegang-pegang." Sengit Ruri membuat Fandi terkekeh.

"Judes amat."

"Bodo, kamu pesen apa disini? Kok gak ada nama kamu didaftar pesanan? Nipu ya kamu?" Ucap Ruri curiga sambil menunjuk Fandi.

"Nipu udel lo, gue emang pesen bunga disini kocak namanya itu Parjo." Ucap Fandi menunjukkan bukti pesanannya pada Ruri membuat Ruri yang curiga melihat bukti itu.

"Parjo? Oh jadi itu Parjo kamu ternyata?" Ruri kaget melihat nama bukti pesanan yang ditunjukkan Fandi adalah nama Parjo.

"Iya lah."

Ruri menatap Fandi aneh lalu mengambil buket bunga Lily yang ia buat tadi dan memberikannya pada Fandi. "Nih pesanan kamu."

"Bagus juga ternyata." Ucap Fandi tersenyum lebar melihat bunga yang ia pesan sangat bagus.

LEON : She Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang