bagian 23.

5.9K 314 12
                                    

Ruri mengintip tubuhnya dibalik sweater yang ia kenakan lalu mendesah meremas sweater itu, bagaimana tidak risau kalau ia hanya memakai sweater dan celana training tanpa dalaman sama sekali, sungguh geli sekali kalau tidak pakai sempak tapi beruntung baju Leon ini besar. Ruri mengigit bibir bawahnya untuk mengurangi rasa cemasnya lalu mulai membuka pintu kamar mandi Villa dan mengintip untuk memastikan Leon sudah selesai juga.

Ruri mendesah kesekian kalinya karena ini salah Leon yang memaksa bermain air, Ruri menyipitkan matanya kesal melihat Leon yang sudah selesai dan duduk santai di sofa sambil bermain ponsel. Ruri mendesah lagi kemudian mulai keluar dan menghampiri Leon dengan perasaan takut dan malu.

Leon menoleh. "Udah selesai? Sini duduk."

Ruri masih berdiri sambil meletakkan kedua tangannya didada untuk menutupi tonjolan dadanya. "Kamu... Kamu..."

"Kenapa lagi?" Tanya Leon dengan sebelah alis terangkat melihat Ruri yang tak kunjung bicara.

"Emmm, kenapa gak ada dalamannya?" Cicit Ruri pelan dengan wajah memerahnya malu mengatakan hal itu.

"Apa? Bicara yang keras aku gak bisa denger suara kamu." Ucap Leon.

Ruri melihat Leon dengan kesal lalu berteriak. "Kenapa gak ada dalemannya?!"

Leon diam mendengar itu dan mulai melihat ke arah dada lalu bagian bawah Ruri membuat Ruri mendelik segera menyamping agar tidak terlalu kelihatan pada Leon, Ruri mengumpat kenapa sial sekali hari libur ini endingnya.

"Kamu gak usah lihat aku kayak gitu anjing!" Sentak Ruri.

"Aku gak tau ukuran dalaman kamu, makanya gak aku beliin." Ucap Leon santai langsung ditatap Ruri dengan tajam.

"Ya harusnya kamu ta...nya." Omongan Ruri yang awalnya keras berubah pelan saat menyadari kebodohannya.

Leon mendesah. "Gak usah takut, aku gak akan apa-apain kamu kalau kamu gak pancing aku, sini duduk."

Ruri tetap diam berdiri masih malu dengan keadaannya, bagaimana bisa Leon mengatakan itu tanpa beban sedangkan dirinya terbebani. Masalahnya dirinya tidak memakai dalaman dan bisa aja Leon gak bisa tahan terus melahapnya atau bagian tubuhnya tidak sengaja ke senggol Leon atau emang Leon sengaja.

"Duduk sini Ruri, sampai kapan kamu berdiri disitu terus? Aku gak akan apa-apain kamu, aku janji." Ucap Leon meyakinkan Ruri padahal hatinya sendiri tidak yakin.

Ruri melihat sofa satu saja yang hanya cukup diduduki dua orang membuat Ruri ingin menangis saja, kenapa Villa ini sangat pelit jika memberi sofa. Dengan hati-hati Ruri mulai duduk disamping Leon tapi agak menjauh sedikit meskipun jarak dekat, demi apapun Ruri ingin sekali lari dari suasana mencekam ini. Masalah Leon itu cowok dan cowok nafsunya buas, Ruri takut jika Leon tiba-tiba bertindak jauh.

"Kalau kamu macem-macem awas kamu." Ancam Ruri melihat Leon dengan tajam.

"Tergantung sikap kamu." Ucap Leon mengedikkan bahunya acuh.

"Leon!!" Sentak Ruri saat mendengar itu membuat Leon memejamkan matanya kaget karen suara Ruri yang keras.

"Iya-iya Ruri, aku gak akan apa-apain kamu."

Ruri tetap diam dengan tangan yang masih menutupi dadanya was-was terhadap Leon, Ruri melirik Leon yang ternyata masih menatapnya membuat Ruri menatap Leon kesal. Ruri berusaha duduk menjauh dari Leon tapi tak bisa, merasa terintimidasi oleh tatapan Leon Ruri dengan perasaan takut menutup wajah Leon dengan kedua tangannya hingga semua wajah Leon tertutupi.

"Kamu ngapain lihatin aku terus?!" Sentak Ruri.

Leon memegang tangan Ruri hendak melapaskan tangan Ruri dari wajahnya namun Ruri menolak.

LEON : She Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang