Bagian 36.

3.2K 287 34
                                    

Ruri duduk diam disofa empuk rumah Leon, dihadapan Ruri ada Alvaro dan Nara duduk melihat Ruri yang menunduk dengan wajah sembab. Ruri merasa semua itu merepotkan pada keluarga Leon, mereka selalu membantunya dengan tulus.

"Maaf Om-Tante, Ruri udah repotin kalian lagi. Tapi Ruri disini cuma sementara aja kok sampai Ruri bisa dapetin sertifikat rumah Ruri lagi." Ucap Ruri meremas tangannya.

Nara menggenggam tangan Ruri. "Kamu boleh menginap disini sampai yang kamu mau, sayang.  Tante juga marah sama Paman dan Bibimu yang bisa-bisanya jual rumah kamu tanpa seizin kamu sampai buat kamu luka kaya gini. Rasanya Tante juga pengen rudal rumah mereka sampai rata tanah, tapi pasti nanti Tante dapat hukuman dari suami Tante."

"Mama ini ngapain malah bercanda sih?" Heran Leon melihat Naranya disaat hawa kesedihan ini malah dibuat bercanda oleh Nara.

"Siapa yang bercanda?! Mama serius emang pengen rudal rumah Bibinya, kok kamu malah anggap Mama bercanda sih?!" Kesal Nara melihat Leon yang hanya memutar bola matanya malas, sedangkan Alvaro memijit pelipisnya heran.

Ruri hanya diam tidak berminat melakukan apa-apa.

"Ck!" Decak Leon menarik Ruri berdiri. "Ayo kamu istirahat dulu aja, pasti kamu capek."

"Om-Tante, maafin Ruri udah ngerepotin kalian." Ucap Ruri melihat mereka tidak enak.

"Gak papa kamu buruan istirahat." Ucap Nara tersenyum tipis.

"Makasih udah bantuin Ruri, selamat malam Om-Tante." Ucap Ruri mendapatkan anggukan dari mereka langsung saja Leon membawa Ruri pergi menuju kamar Ruri sambil membawakan koper Ruri.

Ruri benar-benar tidak memiliki tenaga lagi, namun pikiran masih terus tertujuh pada rumahnya. Kenapa mereka jahat kepadanya padahal dirinya selalu mematuhi omongan mereka, Ruri tidak menyengka kalau mereka akan sejahat itu pada dirinya.

"Kamu istirahat ya, jangan banyak pikiran." Ucap Leon memegang kedua pipi Ruri.

Ruri melihat Leon, Ruri merasa bersalah pada Leon karena selalu kerepotan membantunya. Ruri menangis langsung memeluk Leon karena hanya Leon yang bisa mengerti dirinya dan juga Sari.

"Maafin aku." Ucap Ruri membuat Leon diam sejenak mengusap kepala Ruri.

Leon tau bagaimana terpuruknya Ruri saat rumah penuh kenangan itu dijual tanpa seizin Ruri oleh kedua manusia yang tidak bertanggung jawab. Baru kali ini melihat Ruri sesedih saat ini itu membuatnya marah.

"Kenapa kamu minta maaf hm?" Tanya Leon memberikan kecupan dipuncak kepala Ruri.

"Maaf udah terus repotin kamu."

Leon terkekeh kecil mendengar itu lalu menggendong Ruri seperti koala dengan kaki yang melingkar dipinggang Leon membuat Ruri semakin mengeratkan pelukannya dileher Leon sambil menangis. Leon langsung membawa Ruri masuk kedalam kamar.

Disisi lain Nara yang baper melihat kemesraan antara Leon dan Ruri sampai menggigit lengan Alvaro yang hanya mendesah pasrah.

"Romantis banget mereka, kita balik jadi muda yuk." Ucap Nara memeluk Alvaro.

"Muda waktu diranjang?" Tanya Alvaro sambil mengangkat sebelah alisnya membuat Nara melihat Alvaro sinis.

Leon duduk diranjang dengan Ruri yang duduk dipangkuan Leon tidak melepaskan pelukannya, Leon mencium leher Ruri dan memeluk Ruri yang masih menangis.

"Aku malah seneng kamu terus bergantung sama aku, karna aku terus ada buat kamu sampai kapanpun. Semua aku lakukan demi kamu, jadi jangan minta maaf soal itu." Ucap Leon dengan lembut.

Leon melepaskan pelukan Ruri yang tangisannya mereda lalu mengusap air mata Ruri. Leon tersenyum lalu memberikan kecupan pada bibir Ruri sekilas membuat Ruri berhenti menangis sambil melihat Leon dengan sembab, kemudian Leon mencium bibir Ruri dengan lembut membuat Ruri langsung memejamkan matanya dan membalas ciuman Leon.

LEON : She Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang