Chapter 39: Muak

129 19 2
                                    

Beberapa Minggu kemudian..

Semenjak kejadian malam itu, Catharina memutuskan untuk meliburkan dirinya sejenak, ini ia lakukan bukan tanpa alasan.

Hidupnya di penuhi dengan proses pemulihan pada tulang rusuk yang pernah patah karena melakukan pembelaan ketika diserang, menyebabkan ia hampir kehilangan nyawa, membuat paru-parunya terluka, menjadi titik kelemahan wanita itu hingga saat ini.

Di ambang kematian adalah hal yang sering ia rasakan, ntah sebuah keberuntungan atau bagaimana, ia sangat bersyukur masih bisa hidup. Meskipun ia merasa kehidupan yang ia jalani sangatlah hancur dan penuh penderitaan.

Sekarang wanita itu tengah memakirkan mobilnya di sebuah danau dan di kelilingi oleh pengunungan yang sangat indah. Tempat yang kini menjadi penenangan untuknya. Jauh dari pekerjaan dan hiruk pikuk kehidupan kota.

"Apakah sudah lama kau sampai disini?" Kata Catharina duduk di bagian depan mobil, sembari memeluk tubuhnya melihat pemandangan, dengan rambut di gerai, dan di terpa angin sore yang mengayun dengan lembut. Ketika ia merasakan dan menyadari ada seseorang yang berdiri tak jauh darinya.

"Dari mana kau tau jikalau aku datang?" Kata laki-laki itu mendekatinya.

"Rasa dan kepekaan indra yang paling dibutuhkan." Melihat laki-laki itu tersenyum.

Laki-laki itu mengangguk, lalu berkata "Sudah waktunya. Sesuai kesepakatan kau kembali padaku bukan?" Ujarnya.

"Yah," katanya mengangguk lalu mengeratkan pelukan tangannya pada tubuh. "Tapi tidak untuk saat ini. Belum ada waktu yang tepat untuk ku jadikan alasan, dan sekarang aku merasa mereka tengah membuat sebuah rencana, tanpa sepengetahuan ku!!" Melihat Andrea.

"Aku tidak peduli tentang rencana yang kalian buat, yang aku butuhkan hanya kamu!!" Ucap Andrea tegas.

"Terserah mu mau berkata apa, yang terpenting sekarang berhati-hatilah, aku takut MIWA mengincar mu." Ujar Catharina. Kemudian laki-laki itu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Mereka bisa saja melakukan hal yang diluar prediksimu." Jelas Catharina jalan mendekati pinggir danau.

" Jelas Catharina jalan mendekati pinggir danau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☘️☘️☘️

Ting tong .. Ting tong!!

Di malam harinya, Catharina sudah berada di rumah. Suara bel rumah berbunyi sebanyak dua kali membuat sang pemilik rumah terbangun dari tidurnya, beberapa saat kemudian wanita itu membukakan pintu dan terkejut melihat siapa yang telah datang.

"Maaf ayah menganggu waktu istirahat mu, ada beberapa hal yang harus kita bahas malam ini juga." Kata laki-laki itu.

"Silahkan masuk!!" Catharina mempersilahkan masuk atasannya itu kemudian menutup pintu, "silahkan duduk dulu ayah, akan ku siapkan minum." Catharina menunduk hormat kemudian menuju dapur.

"Silahkan diminum dahulu ayah." Catharina menyajikan minum di depan Anson kemudian duduk di seberang laki-laki paru baya itu.

"Tadi sore, Ayah melihat Andrea menemui mu." Ujar Anson.

"Itu memang benar adanya. Emangnya kenapa ayah?" Tanya Catharina mengerutkan keningnya.

"Tinggalkan Andrea! Dan ingat dia berbahaya untuk kamu nak." Meminum secangkir kopi.

"Berbahaya? Berbahaya untuk aku atau untuk kalian?" Kata Catharina.

"Kalian? Bukan untuk kalian tetapi untuk kita semua di MIWA." Kata pria dewasa itu tegas.

"Aku tidak peduli akan itu ayah. Lagi pula, aku tidak bernafsu membahas hal ini. Hari sudah larut, hendaknya ayah pulang, dan aku ingin istirahat." Catharina berdiri lalu hendak pergi.

"Nak? Kenapa semenjak kau menyelesaikan tugasmu, kau sangat sulit di atur?" Kata Anson dengan nada bergetar disaat Catharina meninggalkannya.

Langkah Catharina terhenti, dan berkata, "Kau? Sulit di atur? Apakah ayah tidak salah menyebut kan hal tadi? Bukannya selama ini aku mengikuti semua kemauan kalian?" Membalikan badan, melihat Anson heran.

"Itu dulu nak, sekarang tidak lagi. Apa yang membuat sikap mu berubah? Karena kau mencintai laki-laki itu." Anson berdiri.

"Kalian yang membuatku berubah, bukan dia! Mau sampai kapan aku menjadi boneka permainan kalian? Hidup tidak bebas, terkekang, dan di pantau. Mau sampai kapan aku hidup seperti ini?"

"Pada siapa kau berbicara seperti itu?" Rahang Anson sudah mengeras.

"Ke_pa_da Anda Mr. Anson. Aku mengatakan hal seperti ini karena sudah terlalu muuuaaak. Anda jangan memerintahkan saya untuk berhati-hati terhadap tuan Andrea. Tetapi, seharusnya kau meminta saya untuk berhati-hati dengan anak didik anda sendiri." Kata Catharina dengan lembut tersenyum. Anson hanya terdiam, tanpa berkutik sedikit pun.

"Bertahun-tahun lamanya aku mengabdi di agensi MIWA, mengikuti semua alur yang kalian ciptakan. Apakah aku pernah mendapatkan keadilan? Kalian memantau ku, sehingga aku tidak memiliki privasi sedikitpun. Yang lebih parah lagi, Hal ini hanya terjadi pada diriku. Kau ingat baik-baik aku bukan kelinci percobaan." Jelas Catharina.

"Cukup dengarkan dan resapi apa yang aku katakan. Aku kira, dengan kepergian Sam bisa membuat hidupku tenang, rupanya tidak. Aku ingin sekali rasanya protes dengan kenyataan yang ku dapatkan. Jika di ungkit kembali, sangat banyak hal yang membuat diriku hancur. Bukan hanya sekedar fisik tapi juga dengan mental ku." Lanjut Catharina meneteskan air mata.

"Semua kebusukan yang kalian lakukan di belakang ku, bukan berarti aku tidak tahu hal itu. Anak mana yang tidak tersakiti hatinya. Jikalau tau keluarganya lenyap secara berkala, tanpa ia ketahui? Siapa yang tidak akan muak, jika selalu disalahkan. Kalian memang mendapatkan imbasnya tentang semua hal yang ku lakukan, lalu bagaimana dengan ku?" Menunjuk dirinya sendiri.

"Satu lagi!" Menunjuk Anson, "aku sangat yakin, kalian membuat sebuah rencana dibelakang ku. Karena kalian tau. Aku? Catharina Stecia Nicola, juga dipantau oleh tuan Andrea. Apakah itu benar?" Nada menyakinkan.

"Yah!!" Angguk Anson.

Clap ... Clap .. Clap

Catharina menepuk tangannya dan tertawa hambar kemudian melihat Anson.

"Silahkan dilanjutkan, tapi aku tidak akan tinggal diam kalau kalian menyakiti dia. Di saat kalian memulai perperangan? Aku yakin 100% target kalian itu TIDAK AKAN TINGGAL DIAM!!" nada dengan penuh penekanan.

"Besok? Ayah tunggu kedatangan mu di agensi. Terimakasih. Ayah pergi dulu." Menunduk hormat kemudian keluar dari rumah Catharina.

Catharina meneteskan air matanya, membeku di tempat memeluk tubuhnya dengan erat, lalu menunduk, di saat melihat kepergian Anson.

"Hiks hiks." Akhirnya Isak tangisannya pecah, ketika pintu rumahnya sudah ia kunci, terduduk di lantai.
________

Happy reading 🛵🛵🛵🛵

MIWA AND WINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang