Klik...
Suara pintu rumah seorang laki-laki itu pun terbuka. Sang pemilik rumah hanya bisa diam tanpa menyambut kedatangan tamu tersebut, dan kini mereka sudah sama-sama terduduk di kursi meja makan.
"Datanglah ke agensi." Ajak pria dewasa tersebut.
"Aku akan datang jika aku mau tuan." Jawabnya
"Baiklah, ada sedikit hal yang ingin aku tanyakan padamu Vern." Tutur laki-laki itu sembari menuangkan wine kedalam gelas.
"Apa ayah?" Balasnya.
"Tentang Catharina dan Giselle. Pertanyaan ini sudah ayah simpan sejak lama. Dari mana Catharina tau kalau Giselle adalah bagian dari kita?" Tanyanya.
"Aku juga tidak tau ayah. I never told her about Giselle at all." Ungkap Vern meminum wine.
"Lalu siapa?" Tanya Anson.
"Tanyakan pada pihak yang bersangkutan ayah." Jawab Vern memalas mengungkapkan kepalanya ke meja.
"Vern? Catharina tidak mau bercerita tentang apapun pada ayah. Sekarang saja anak itu bersama Andrea dan pergi tanpa seizin kita." Kesal Anson.
"Biarkan saja dia disana ayah. Mungkin memang itu kemauannya. Kita bisa apa?" Jawab Vern.
"Kita punya peraturan nak." Nada frustasi dan lelah.
"I see. Aku akan datang ke agensi besok. Satu lagi, sepertinya ada pendatang baru, laki-laki itu menemui Catharina." Melihat Anson.
"Ayah tau dia siapa, dia suruhan Andrea yang diminta menemui Catharina." Jelas Anson.
Bbyaaarrrr
Suara pecahan kaca apartemen membuat kedua laki-laki Berbeda usia itu memalingkan wajahnya ke arah objek yang hanya menyisakan kerangka jendela dan beling yang berserakan di lantai. Membuat mereka terdiam tak berkutik beberapa saat.
"Tumben sekali hal ini terjadi." Ungkap Anson yang kini berdiri jaraknya tak jauh dari jendela melihat ke seluruh gedung yang dapat dijangkau indra penglihatannya.
☘️☘️☘️
Andrea membawa Catharina duduk, kemudian memberikan minum kepada wanita itu, "terimakasih." Ujar Catharina meminum air, kemudian berkata, "jadi kau sudah memantau ku jauh sebelum kejadian penyerangan itu dan aku bertemu dengan Sam?" Tanya Catharina melihat Andrea yang berdiri menatap layar monitor.
"Bisa di katakan seperti itu." Singkatnya.
"Wait? Kau pernah berkata padaku kalau kau tidak pernah melakukan kejahatan bukan?"¹ Catharina berusaha mengingat, mengerutkan alisnya.
"Benar, apakah selama ini kau pernah melihat aku melakukan kejahatan?" Masih fokus melihat semua aktivitas di seluruh perusahaan miliknya.
"Tidak." Jawab Carin singkat.
"Jangankan hal itu, alasan aku membebaskan kamu saja kalian tidak tau." Tanya Andrea.
"What does it mean?" Melihat siluet tubuh gagah Andrea.
"Nothing special. Semua mafia yang sudah kalian lenyapkan itu adalah mainan ku, dan sebagai pancingan agar kau datang dengan sendirinya padaku. Kejahatan yang mereka lakukan adalah kejahatan ku." Jelas Andrea, mengotak Atik layar monitor kemudian mengezoom sebuah gedung yang memperlihatkan jendela yang tidak memakai kaca.
"Bermain di atas pergerakan orang lain?" Melihat Andrea bingung.
"Yah tepat sekali. Ternya kiriman MIWA tidak sebodoh yang ku bayangkan." Katanya Santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIWA AND WINE [END]
RomanceNOTE: WINE AND MIWA "Segelas WINE yang di hidangkan, tidak akan habis jika tuanya tidak meminumnya, begitu juga dengan MIWA, kami tidak akan datang jika benalunya tidak menemui inangnya." #Rank 1 di agen #Rank 1 di emosional #Rank 2 di Andrea #Rank...