Beberapa Minggu setelahnya Vern sudah sadar dan berangsur pulih, tak ada keluarga atau siapapun yang merawatnya selalin Catharina.
"Jangan pernah pikirkan keadaan aku Rin, kau berhak mencari kebahagiaanmu sendiri. Andrea dan Celia membutuhkan mu." Kata Vern menggenggam tangan wanita itu, dan masih terbaring di bangkar tempat tidur rumah sakit.
"Aku tidak bisa membiarkan mu sendirian. Tidak adil rasanya jikalau aku bersama mereka saat ini." Mengelusnya.
"Aku tidak keberatan dengan hal itu. Setidaknya sekarang kita bisa fokus dengan kehidupan masing-masing." Jelas laki-laki itu.
"Vern? Apakah kita tidak bisa bersama lagi?" Ingin menangis memandangnya lekat.
"Mungkin memang takdir bersikeras untuk tidak mengizinkan kita bersama. Cerita yang sudah kita buat selama ini akan selalu tersimpan dalam memori ku." Mengelus rambut Catharina.
"But___."
"Shuutt," menempelkan jarinya di bibir Catharina, "Catharina yang ku kenal selalu penurut jadi tolong terima semua keputusan ini." Lanjutnya.
"Yah, jika itu mau mu, baiklah. Semoga kau cepat sembuh." Tersenyum melihat Vern.
"Izinkan aku membuka hati untuk orang lain." Membalas Catharina dengan senyuman juga.
"Untuk siapa?" Menatap Vern
"Lily." Jawabnya dengan singkat.
Setelah mendengarkan jawaban dari Vern. Catharina hanya tersenyum dan merasa sangat bahagia. Pada akhirnya orang yang ia sayang selama ini bisa menemui sesosok wanita yang lebih pantas untuk laki-laki itu sayangi.
☘️☘️☘️
Satu tahun setelahnya...
Semuanya telah berubah, bertepatan pada hari ini Panggelaran pernikahan Andrea dan Catharina selesai di selenggarakan. Wanita yang masih mengenakan gaun resepsi nan megah dengan riasan wajah yang sangat cocok dengan empunya.
"Cium ... Cium .. cium." Gemuruh tepuk tangan dan sorak poranda yang di utarakan semua tamu undangan, membuat kedua pengantin baru itu hanya bisa tersenyum bahagia.
"Langit Roma menjadi salah satu saksi bahwasannya kita resmi bersama." Ujar Andrea tersenyum bahagia menatap wanita itu tak lupa mengenggam kedua tangan Catharina.
"Langit Italia menjadi salah satu saksi bahwasannya MIWA membasmi kejahatan yang berujung pada perdamaian." Mengenggam kedua tangan Andrea tersenyum.
Sepersekian second ciuman bibir yang penuh cinta dilakukan oleh keduanya. Bersamaan dengan kembang api yang di luncurkan ke angkasa menambah kesan sempurna saat acara sakral tersebut.
Setelah hal itu terjadi Catharina menatap wajah Andrea tersebut kemudian berkata, "Terimakasih tuan." Anggukan kepala lah yang dibalaskan Andrea sembari mengelus pipi wanita yang kini telah resmi menjadi istrinya.
"Ayah bunda?" Panggil anak semata wayang Andrea melambai tersenyum bahagia berdiri di antara Vern, Lily, Gland, Ren yang tengah mengendong seorang bayi laki-laki, dan beberapa anggota agensi.
"Mari." Ajak Andrea menggenggam tangan Catharina mendekati orang-orang tersebut. Andrea lansung mengendong putrinya itu.
"Selamat atas pernikahannya dek." Ungkap Vern tersenyum melihat Catharina yang berdiri tepat dihadapannya.
"Terimakasih. Terimakasih banyak atas semuanya." Melihat Vern, kemudian memeluk laki-laki itu, dengan erat kemudian meneteskan air mata dalam ceruk leher mantan kekasihnya itu.
"Sama-sama." Membalas pelukannya dengan erat dan penuh kasih sayang.
Cukup lama pelukan itu terjadi Catharina melepaskan pelukannya tersebut menunduk.
"Jangan bersedih, ini adalah keputusan terhebat yang kau ambil dalam kehidupan mu." Menogakkan kepala Catharina dan menghapus air matanya.
"Yah." Mengangguk menurunkan tangan Vern kemudian menyatukannya dengan tangan Lily dan berkata, "ku titipkan Vern padamu, sayangi dia sepenuh hati mu." Tersenyum melihat kedua sepasang suami istri itu.
Jangan heran Vern dan Lily jauh lebih dulu mengucapkan ikrar sumpah pernikahan daripada Catharina. Beberapa bulan setelah laki-laki bermata biru itu terbangun dari komanya, buih cinta bersemi pada keduanya. Tak lama setelahnya Galnd dan Ren juga memutuskan untuk bersama.
☘️☘️☘️
"Ayah?" Panggil laki-laki dewasa bermata abu-abu itu sembari menggendong putrinya.
"Selamat atas pernikahanya nak." Jawab Anson tersenyum, "mau bersama kakek?" Pintanya. Celia pun mengangguk, "cucuku sudah besar." Mengendong Celia.
"Do you have any plans after this?"
"Sure." Tersenyum melihat Andrea
"What's that?"
"Go back to my hometown."
"Where?"
"Indonesia."
Setelah percakapan singkat tersebut. Keesokan harinya mereka memutuskan untuk kembali ke negara yang ingin mereka pijaki.
Andrea kini tengah duduk di pinggir pantai dengan deburan ombak yang menyusuri bibir pantai di langit malam di bawah cahaya bulan purnama.
"Winter itu memang indah, tapi ia dapat membekukan hati pemiliknya. Fall sangatlah memberikan kenyamanan, tapi keterbatasan gerak akan berujung fatal, Spring memanglah menyejukkan, tapi tak semuanya bisa terwujudkan, Summer memang memberikan kehangatan, tapi tak semua rencana bisa terselamatkan." Andrea bermonolog fokus melihat ombak dan pantulan cahaya bulan sembari memeluk lututnya duduk di samping Catharina.
Catharina yang mendengarkan itu hanya bisa tertawa kecil, "walaupun demikian, segala sesuatu itu tidak akan tiba kalau bukan kita yang memintanya untuk hadir. Only we know how to have been through it, this is our story. The ending we get is the thing that should be ours." Bersandar di bahu Andrea.
"Segelas wine yang di hidangkan, tidak akan habis jika tuanya tidak meminumnya, begitu juga dengan MIWA, kami tidak akan datang jika benalunya tidak menemui inangnya." Lanjut Catharina melihat Andrea.
Tahun ini menjadi momentum yang sangat memberikan lembaran yang berwarna dalam hidup Catharina dan Andrea. Hal yang seharusnya menjadi milik mereka masih betah bertahan. Mengikhlaskan segala sesuatu yang tidak seharusnya milik mereka.
Semua alur yang mereka ciptakan merupakan manipulasi semata, rencana di atas rencana, dan akan menjadi nyata jikalau semuanya terselesaikan dengan sempurna. Waktu malam hingga dini hari menjadi dermaga mereka menceritakan semua penderitaan dan penataan hak dan kewajiban yang mereka temui.
Pada akhirnya semua hal itu berujung pada perdamaian, penyesalan, kekecewaan dan kepuasan. Mungkin semuanya terlihat tidak berkesinambungan inilah drama, diriku bukanlah ku, ceritaku merupakan cerita orang lain, keinginan menjadi sebuah obsesi.
________
TAMAT!!!!
Terimakasih semuanya ❤️❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
MIWA AND WINE [END]
RomanceNOTE: WINE AND MIWA "Segelas WINE yang di hidangkan, tidak akan habis jika tuanya tidak meminumnya, begitu juga dengan MIWA, kami tidak akan datang jika benalunya tidak menemui inangnya." #Rank 1 di agen #Rank 1 di emosional #Rank 2 di Andrea #Rank...