Hari Minggu adalah hari keluarga.
Sejak pagi- pagi sekali, Nirmala, kakak perempuan Nares sudah ribut meneleponnya. Memastikan apakah Nares akan benar- benar datang ke rumah orangtua mereka yang berada di Cipete.
Mas Judho, suami Nirmala sedang berada di luar negeri. Sehingga Nirmala sudah berada di Cipete sejak hari Rabu. Kakak Nares adalah tipe ibu yang protektif pada anak- anaknya, walau sudah mempekerjakan seorang asisten rumah tangga, dan seorang pengasuh untuk anak bungsunya yang berusia 2,5 tahun, Nirmala masih sering mengaku bahwa terkadang dia bersikap freak out, dengan berulang kali menelepon pengasuh anak dan sopir yang ditugaskan untuk menjemput si kembar di sekolahnya.
Nirmala adalah seorang dokter spesialis kulit dan kelamin yang sangat sibuk. Sementara Judho, suaminya arsitek yang juga adalah pewaris dari Trunodjojo Construction.
Dengan kesibukan dan mobilitas yang demikian tinggi, sayangnya, kakak Nares itu masih sempat mengurusi kisah percintaan adiknya yang jauh dari kata sukses.
Hal itu pula yang membuat Nares belakangan jadi malas mengikuti agenda mingguan-- kumpul keluarga. Tapi dia sangat kangen pada si kembar Dasha dan Daiva serta keponakan cowok yang lagi lucu- lucunya.
Juga masakan ibu dan Bude Dharmi.
"Jam segini baru bangun lo?"
"Baru bisa merem itu jam setengah empat, Mbak. Wajar kalau bangun jam segini. Lagian, ini baru jam sembilan. "
"Gimana mau dapat jodoh? Begadang melulu. Pasti main PS deh. Inget umur dong, Res. Sebentar lagi mau kepala empat juga. Kasihan itu si ibu. Dia kepingin banget punya mantu perempuan katanya. Sayang banget anaknya malah main sama komputer melulu. Nasib emang."
"Emang cuma komputer yang nggak ribet, Mbak. Nggak banyak menuntut ini- itu." Jawab Nares, bermaksud bercanda.
Aslinya, dia sudah bosan membahas ini dengan siapa pun. Entah itu keluarganya, atau teman- temannya. Seolah- olah, kejomloannya adalah sesuatu yang tidak wajar.
Dia seorang Nareswara Mahendradatta, berusia 36 tahun dengan jabatan mentereng, Chief Technology Officer, untuk beberapa perusahaan yang bernaung di bawah HSS Goldeneye. Wajahnya tidak jelek. Berbentuk oval, rahang tegas, hidung mancung, dan bibir tipis, matanya sedang, berwarna cokelat gelap, serta rambut ikal.
Tingginya mencapai 182 sentimeter. Tidak umum untuk orang Indonesia asli, sementara tubuhnya cenderung kerempeng. Dan tidak mengenal warna lain selain biru. Menurutnya, itu warna yang bagus dan ideal, selain putih dan hitam.
"Gue baru ketemu Berlian. Dia tambah cakep tuh, dan masih lajang."
"Gue kan udah bilang, gue nggak mungkin balikan sama orang yang udah ninggalin gue. "
"Tapi dia ninggalin lo karena menurutnya lo tuh ngebosenin. Bukankah sebaiknya kamu memperbaiki diri, supaya kalian bisa balikan lagi. Mbak rasa kalian cocok banget. Berlian sukses sama karirnya, kamu juga umur segini sudah bisa membawahi banyak orang di kantor. "
"Nah, itu dia." Sambar Nares tak mau kalah. "Dia ninggalin gue karena menurutnya gue adalah orang yang membosankan. Dan sampai sekarang pun gue nggak ada niatan buat berubah supaya dia senang. Gue tetap membosankan kok."
"Sudah, sudah, sudah!" Nirmala akhirnya senewen sendiri. Menurutnya, dulu adik lelakinya adalah pria penurut yang manis. Entah kenapa sekarang tiba- tiba Nares membangkang. "Buruan ke sini. Jangan mangkir, lho."
Nares tertawa.
Dan kini, dia sedang dalam perjalanan ke rumah orangtuanya di Cipete. Dengan Pajero Sport hitam. Mobil yang selalu setia menemaninya ke mana pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Materialistic
ChickLitKarena tekanan dari ibunya, Nadya terpaksa menjalani pekerjaan ganda. Sebagai sekretaris dari Nareswara dan berkencan dengan pria- pria yang menurut ibunya mempunyai masa depan bagus. Ia kemudian mulai mengincar Rifat, yang dirasanya bisa memuaskan...