Pukul sepuluh pagi, pada awal minggu, muncul kehebohan. Berupa gadis berpostur bak model. Dengan paras layaknya Barbara Palvin, dalam balutan gaun Valentino warna putih gading, membalut kulit seputih dan sehalus pualam. Sepasang kaki jenjangnya terbungkus pump shoes dari Giuseppe Zanotti yang senada dengan handbag Prada hitam yang menggantung anggun di lengannya.
Dialah Tuan Putri pemilik Chronicles Building. Dayana Hazelle Aldrich. Putri bungsu pasangan James Aldrich dan Deviana Senoadji.
Perempuan itu kerap muncul dalam majalah- majalah high society. Indonesian Tattle, bahkan beberapa kali di Singapore Tattle. Bisa dibilang dia adalah seorang party animal sejati. Yang terkadang bisa berada di lima pesta yang berbeda dalam satu malam. Di setiap ada pesta di rumah sosialita di Jakarta, Hong Kong, Singapura, Melbourne, atau di mana pun, pasti di sana terpampang fotonya.
Beberapa kali bikin pusing keluarga dengan pose- pose liarnya di kapal pesiar di Ibiza, Spanyol, atau di Nusa Lembongan. Bahkan di Selandia Baru. Semua pria yang tertangkap basah bersamanya rata - rata nggak ada yang bisa dipertanggungjawabkan latar belakangnya.
Mulai dari model, pemain sinetron, disc jockey, pembalap , sutradara film, lalu perancang busana yang seorang pansexual, dan terakhir adalah seorang koki di sebuah restoran di Mauritius yang berusia lebih tua 26 tahun dari usianya sendiri.
Semua pilihannya adalah sumber sakit kepala bagi keluarganya. Terlebih ibunya. Oleh karena itu, sang ibu muncul dengan ide konyol yang langsung bikin Daya kelabakan.
"Oom Nares ada?" berdiri dengan menyandarkan pinggul rampingnya yang bak iklan susu diet di pinggiran meja Nadya, gadis menatap si empunya meja dengan pandangan meremehkan.
Memang kasta mereka itu beda. Meski menghabiskan seluruh isi rekening tabungannya, jelas Nadya nggak akan bisa membeli aura seorang putri yang terpancar dari setiap pori- pori kulit gadis berusia 26 tersebut.
Dan dipandang dengan sorot demikian menghina, demikian meremehkan, tentu saja sikap kompetitif Nadya langsung bergejolak. Nggak ada yang boleh meremehkan seorang Nadya Arunika. Meski itu anak Dewa Zeus sekali pun!
"Ada tuh di dalam." Jawabannya dengan dagu mendongak angkuh. Daya dengan make up sempurna yang menempel di wajahnya, balik meninggikan dagu. Jadi, di situ, mereka saling adu dagu. "Tolong panggilin deh," ujar Daya acuh tak acuh. "Bilang sepupunya datang. "
Dahi Nadya mengernyit. Menyapu tubuh Daya dari atas ke bawah. Balik lagi dari bawah ke atas. Harus dia akui, Dayana Hazelle Aldrich memang lebih cantik ketimbang foto- fotonya. Mungkin harus bersekutu dengan iblis untuk mendapatkan kulit dan wajah seglowing itu. Belum lagi rambutnya! Wanginya! Aduh, kepala Nadya pusing menghitung berapa duit yang menempel di tubuh gadis brengsek yang beruntung itu.
Tapi Tuhan memang Maha Adil, yang speknya setinggi guci keramik zaman dinasti Ming ini punya kelakuan rapuh layaknya batang lidi.
Sudah jadi rahasia umum, bahwa putri bungsu pasangan James dan Devia, alias adik tiri CEO Golden Epona, Reagan Maximilian Aldrich, punya kelakuan jalang. Liar.
"Saya telepon sebentar," Nadya mengangkat gagang telepon. Sementara sang tamu mengedarkan pandangan dan berhenti di sosok Dion yang dengan tenang menghadap komputernya. Dengan langkah bak harimau lapar tengah mengintai mangsa, gadis itu mendekati meja Dion. "Kayaknya, " ujarnya dengan suara menggoda, "aku belum pernah lihat kamu, deh." Kepalanya meneleng, mengamati dengan saksama obyek indah di hadapannya. "Baru ya?"
Dion menaikkan tatapannya sekilas. Di Chronicles Building nggak ada yang nggak tahu sosok Dayana yang sudah kerap mejeng di majalah. Namun begitu, Dion yang sehari- harinya adalah seorang pria anteng dan jarang terpancing oleh segala rayuan para staff perempuan dari divisi lainnya, saat itu cukup tercengang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Materialistic
ChickLitKarena tekanan dari ibunya, Nadya terpaksa menjalani pekerjaan ganda. Sebagai sekretaris dari Nareswara dan berkencan dengan pria- pria yang menurut ibunya mempunyai masa depan bagus. Ia kemudian mulai mengincar Rifat, yang dirasanya bisa memuaskan...