Chapter 26

15.8K 1.2K 29
                                    

Empat jam sebelumnya...

"Kondangan, Bu?" dahi Nares berkerut. Sembari matanya tetap fokus pada komputer yang menampilkan rumus- rumus dalam bahasa pemrograman.

Hari ini hari Sabtu, dan Nares nekat melembur karena besok dia ada acara. Si kembar minta diantarkan ke acara ulangtahun teman sekelasnya, karena Nirmala dan Judho harus menghadiri acara di Palembang.

Sepertinya Minggu ini sibuk sekali.

Dion mengetuk pintu, kemudian masuk. Membawa tablet dan berkas. Siang itu, Nares memang meminta Dion untuk ikut membantunya.

"Di mana memangnya acaranya, Bu?"

"Tanah Abang?" Aduh, Nares paling malas kalau diminta menghadiri kondangan. Sendirian pula! Kalau ada pasangan sih enak. Tapi sekarang dia cuma punya... Dion. Wajah asistennya itu datar tercenung dengan muka menunduk khas Dion.

Masa pergi ke kondangan juga mesti sama Dion?

"Nares? Halo? Kamu bisa kan, Nang?"

"Ibu sama Bapak kenal dekat dengan orang yang ngadain acara ini?"

"Yang ngadain acara ini teman indekos Bapakmu dulu. Tolong ya. Mendadak ini ibu harus ke Maastricht."

Ke Maastricht bisa mendadak begitu? Ke Bogor sih masih masuk akal. Tapi Nares memang nggak pernah menolak keinginan orangtuanya. Jadilah dia tetap menyetujui menggantikan orangtuanya untuk menghadiri acara di hotel yang terletak di Tanah Abang itu.

Sambungan telepon terputus. Nares menatap ke arah Dion. Dia agak canggung. Sungkan. Tapi dia harus mengatakannya. "Pak..."

"Yon ..."

"Bapak duluan,"

"Nggak," Nares menggeleng, "kamu duluan saja."

"Bapak duluan ..."

"Kamu duluan, Yon."

Kok jadi aneh begini ya? Nares menghela napas panjang. "Saya harus menggantikan orangtua buat menghadiri acara kondangan." Ekspresi Nares seperti anak kecil yang kebingungan. "Menurut pendapat kamu, gimana?"

Dion mematung. Tertegun. "Ya Bapak datang,"

"Sama kamu ya?"

"Saya, Pak?"

Nares mengangguk pelan. Mukanya berubah dari kebingungan menjadi innocent. "Gimana?"

Akhirnya mereka memang menghadiri kondangan itu berdua. Seperti sepasang kekasih. Dion yang tampan dan menawan mengenakan setelan jas Brioni, sementara Nares memakai Zegna. Banyak kepala menoleh ke arah mereka. Sepasang lelaki good-looking yang seperti rusa tersesat di Ballroom hotel.

Memang situasinya sangat awkward. Sebenarnya, bisa saja Nares mengajak Berliana atau siapa saja. Tapi pria itu nggak ingin memberikan harapan pada perempuan itu. Kalau pun nggak bisa bersama Nadya, Nares nggak harus menjerumuskan dirinya dalam hubungan yang rapuh bersama mantan kekasihnya itu.

Jadilah pilihan yang tersisa adalah Dion.

Ballroom itu terlalu penuh orang, dan  Nares belum menemukan satu pun orang yang ia kenal.

"Kita ke pelaminan dulu?"

"Buat apa, Pak?"

"Ngasih selamat pengantin kan?"

"Oh,"

"Atau kamu mau makan dulu?"

Dion menggeleng. Raut wajahnya semakin kaku dan dingin. "Tapi sepertinya saya haus."

Miss Materialistic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang