Sambil menggulir layar ponsel, Nadya menyuapkan siomay berlumur bumbu kacang yang lekoh dan legit, ke dalam mulut.Sesekali, ia menyeruput minumannya-- es teh lemon dalam gelas kertas jumbo-- saking asyiknya, dia sampai tak sadar, kalau dia punya penonton. Sepasang mata hitam sedang memperhatikannya dengan serius dari ambang pintu.
Tampak meja Dion sudah kosong. Mungkin cowok itu sudah pergi makan siang.
Pemilik sepasang mata hitam itu menyandarkan tubuh kerempeng berbalut kemeja biru kebesaran, dan celana pantalon hitam. Dengan satu tangan yang tenggelam di dalam saku celana, sementara tangan lain bertumpu pada kusen.
Nadya tidak sadar sedang diamati. Dia tetap asyik mengudap siomay langganan yang dibelikan Soleh, salah satu office boy di lantai atas ini. Dia sedang malas turun ke lantai satu, atau makan di Pacific Place. Padahal dia kangen banget puding di Gyuka- ku.
Si penguntit akhirnya memutuskan untuk menyudahi aksinya, lalu mulai mendekati meja Nadya. "Cuma makan siomay aja?"
Gelagapan, Nadya hampir tersedak bumbu kacang, gadis itu menggapai- gapai ke arah gelas minumannya. Menyedotnya dengan rakus, sementara matanya mengerling sebal pada si Bos yang malah tertawa geli.
"Hati- hati dong, makannya, Nad. Saya kan nggak minta."
"Tapi Pak Nares ngagetin saya!" sungut Nadya. Nares terkekeh sembari menarik kursi milik Dion mendekat ke meja Nadya. "Dion ke mana?"
"Jam segini biasanya sih dia pergi makan siang," ujar gadis itu. Nada suaranya masih tetap jutek. Alih- alih- tersinggung, Nares malah sangat menikmati kegalakan sekretarisnya itu.
Nadya itu cantik. Tentu saja Nares menyukai gadis cantik. Tapi dia tak tahu cara mendekati dengan cara seperti yang dilakukan Rifat atau yang lainnya.
Sejarah hubungan asmara Nares tidak bisa dibanggakan. Hingga menginjak usia 36, dia hanya punya tiga mantan pacar. Satu ketika masih SMA. Dan Nares bahkan sudah agak- agak lupa dengan wajahnya. Sebab dia jarang ikut reuni sekolahnya. Yang kedua adalah ketika dia kuliah di MIT. Gadis itu bekerja di sebuah toko buku. Tipe nerd yang cantik.
Seperti fantasi remaja tentang The Naughty Librarian. Hubungan itu hanya bertahan selama setengah tahun, setelah si gadis berkacamata dengan rambut cokelat itu mengatakan bahwa ciuman Nares sama sekali tidak membangkitkan gairahnya.
Lalu, ia bertemu kembali dengan Berliana Varaiya Kusmanto, adik dari salah satu teman kuliah kakaknya. Sebenarnya, mereka sudah mengenal sejak lama. Karena Nirmala cukup sering hangout dengan kakak Berliana yang bernama Herdy ini. Dari situ kedekatan mereka bermula, dan asking seringnya ketemu, tahu- tahu saja status mereka sudah berubah dari sekedar adik- dari- teman- kakak- menjadi pacar.
Hubungan itu bertahan cukup lama. Kurang - lebih, dua setengah tahun, sebelum akhirnya bubar. Begitu saja.
Sekarang, meski pun jelas- jelas menyukai Nadya, Nares tidak ingin gegabah. Pria itu ingin menikmati prosesnya. Mungkin diawali dengan berteman. Nadya juga kelihatannya sedang tidak berkencan dengan siapa pun saat ini.
Meski tak jarang Nares mendengar desas- desus miring yang banyak beredar tentang gadis yang kini sedang menjilat bekas bumbu kacang di bibirnya.
"Bapak ngapain masih di sini? Nggak makan siang?"
"Saya bingung mau makan apa. Kamu rekomendasi sesuatu dong. "
"Chinese food? Pak Nares kan biasanya makan kwetiauw siram."
"Yah, " Nares mulai mengeluarkan jurus monyetnya, garuk- garuk bagian belakang kepala dengan ekspresi seperti bocah hilang di pasar. "Yang lain deh kalau bisa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Materialistic
ChickLitKarena tekanan dari ibunya, Nadya terpaksa menjalani pekerjaan ganda. Sebagai sekretaris dari Nareswara dan berkencan dengan pria- pria yang menurut ibunya mempunyai masa depan bagus. Ia kemudian mulai mengincar Rifat, yang dirasanya bisa memuaskan...