Chapter 11

16.3K 1.2K 48
                                    

Nadya ke luar dari kamar mandi setelah memastikan perawat tadi sudah pergi.

Sumpah dia malu banget! Kok bisa sih dirinya senekat itu? Apa coba sampai mau- maunya naik ke atas tempat tidur bosnya dan pakai acara kepergok sama perawat segala! Bikin tontonan gratis.

Gadis itu kemudian mencoba memanggil ingatannya kembali. Ia lupa bahwa semalam dirinya panik lantaran melihat kondisi Nares yang menggigil kedinginan. Nadya menepuk jidatnya. Merasa tolol nggak ketulungan.

Okelah. Saat itu mungkin saja dia memang khawatir banget. Sejujurnya, dia takut banget kalau bosnya sampai lewat malam itu. Karena ya suhu tubuhnya dingin banget. Dan suara menggigilnya itu bikin dia nggak punya pilihan lain buat naik dan ngelonin si bos.

Tiba- tiba rasa hangat menjalar dari kuping ke wajahnya. Please deh, ngelonin banget gitu?

"Kamu dari mana? Melarikan diri?"

Alis gadis itu bertaut dan dahinya mengernyit, membuat lipatan- lipatan yang ingin dihapus Nares dari wajah cantik itu. Nadya mendaratkan tubuh di atas sofa. "Melarikan diri nggak ada dalam kamus saya," ujarnya penuh percaya diri. Melupakan sama sekali bahwa beberapa detik yang lalu mukanya sudah sempat blushing tanpa sepengetahuan Nares yang pagi ini tampak lebih segar sedikit. "Hmmm... how about you?"

"I'm good." Gumamnya, dengan mata yang sama sekali nggak beralih dari Nadya yang kali ini meraih remote televisi dan mengganti- ganti channel. "Nggak mau cari sarapan kamu?"

"Entar deh, Pak."

"Nggak baik nunda- nunda sarapan, Nad."

"Ini baru jam berapa? Saya nggak biasa sarapan pagi- pagi, sih."

"Nanti kamu sakit."

"Hmmm..."

"Nadya,"

"Hmmm..."

"Saya lagi ngomong sama kamu."

"Saya dengerin kok, "

Nares tersenyum frustrasi. "Selalu gini ya, Nad..." Ia menggumam lirih. Nadya meliriknya sekilas. Lalu kembali asyik menekuri layar televisi.

"Yay! SpongeBob SquarePants!" serunya. Kedengarannya happy banget sih. Kayak menemukan baju idaman di rak diskon sebuah department store. Alis Nares bertaut heran. "Masih suka nontonin SpongeBob?"

Nadya mengerling sekilas. "Kenapa emang? Nggak boleh kah?" tanyanya agak jutek dan sinis. "Saya kira kamu lebih suka mantengin laman Instagram buat lihat barang- barang lucu gitu..." Sebenarnya Nares nggak bermaksud apa- apa di sini. Meski pun ia memang tahu, kalau kebanyakan waktu luang Nadya dihabiskan dengan buka- buka laman Instagram atau marketplace.

Dan karena banyak yang lapor ( terutama Dessy) dari pasukan kubikel yang kayaknya agak sirik sama Nadya, serta karena Nares adalah ahli IT yang tahu bagaimana cara melacak histori penggunaan komputer di meja Nadya, pria itu tahu. Tapi dia memang nggak punya niatan menegur gadis yang diam - diam disukainya itu.

Asal pekerjaan Nadya beres, Nares sih nggak bakalan melontarkan protes. Atau lebih tepatnya, dia akan anteng di dalam ruangan yang hanya dibatasi kaca itu, kalau melihat Nadya duduk manis di depan meja.

***

Pukul sepuluh lewat lima belas menit, orangtua Nares baru saja tiba langsung dari bandara. Keduanya tampak lelah.

Ayah Nares adalah pria yang jangkung, ramping dan bersahaja dalam balutan T-shirt putih dan celana chino. Rambutnya keperakan disisir rapi belah samping dan memakai selop kulit cokelat. Sementara ibunya tampak anggun dalam balutan tunik bermotif batik  berwarna cokelat biji salak dengan rambut dicepol. Tampak sangat menawan meski uban telah menghiasi rambutnya.

Miss Materialistic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang