"Eh, eh! Udah pada denger belum, sih?""Apaan?"
"Nih ya, gue baru aja denger dari lantai 12. Dari HRD! Barusan ada yang ngegosip. Mau tau, nggak? "
" Ih, apaan sih? Rese deh! Ngomong sih ngomong aja!"
"Tau nih! Nggak usah sok- sokan bikin penasaran deh!"
"Hmmmh," timpal yang lainnya. "Jangan- jangan cuma hoax lagi. Atau kalau enggak, berita basi!"
"Eh ini beneran! Sumpah! Ini berita fresh from the oven!"
"Aduh! Ada apaan sih ini? Ngegosip nggak ngajak- ngajak gue!" tiba- tiba saja Nadya sudah menyela. Siang ini dia terpaksa makan siang di kantin lantai satu. Malas banget ke luar kantor. Selain panas, juga nggak ada teman.
Yuna, pergi ke Tangerang bareng bosnya dan beberapa anak marketing lainnya. Gosipnya, ada sedikit masalah deal dengan klien kelas kakap.
Sementara Meita belakangan jarang kelihatan. Sejak Nicholas Dharmawan Senoadji menjabat menggantikan sang ayah. Entah diapakan gadis itu oleh atasannya yang kelihatan bengis mirip Heathcliff itu.
Nadya sudah menolak ajakan teman- teman prianya untuk lunch di mal dekat kantor. Jadilah akhirnya dia bergabung dengan beberapa anak marketing dan anak resepsionis.
Biasanya makan siang dengan mereka ini seru karena para gadis dari marketing ini nggak pernah kekurangan gosip. "Eh, elo, Nad!" sapa Ranty dengan nada kemayu khasnya. "Tumben mau gabung bareng kita- kita! Biasanya level lo kan sama para bos! Atau sekretaris bos. Yang btw tinggal beberapa bijik itu!"
Nadya meraih sejumput rambutnya yang diikalkan menggunakan catokan di ujungnya, kemudian memain- mainkannya dengan jari telunjuk dengan gaya manja. "Sekali- kali boleh dong!" kilahnya, "gue kan kangen sama lo pada nih!" Nadya kemudian mencondongkan tubuh dengan sikap bersekongkol. "Nih ya, gue kasih tahu fakta, gosip dari lo pada tuh biasanya ciamik!"
"Huuu!"
"Jadi, waktu gue datang, lo pada kan lagi mau ngegosip. Nah, Run, lo ada mau bagi gosip apa nih?"
"Tapi janji ya, lo pada nggak bakalan heboh dan bertingkah mirip orang hutan di sini? Bikin gue malu tahu!"
"Udah cepetan kek!" omel Ulan, salah satu anak marketing yang terkenal jutek. Lebih jutek dari Nadya sih. "Jadi gini," Runi mulai memajukan badan ke tengah- tengah meja, diikuti oleh Devi, Rosi, Ika, Ulan, Tisa, Prita dan tentu saja Nadya.
"Gue denger- denger, nih ya, katanya si bos Nares mau dijodohin dong!" tentu saja semua yang ada di meja itu berseru kaget. "Dan lo tau nggak sama siapa?"
"Siapa?" kali ini Ika yang menyahut nggak sabaran. Sementara ekspresi Nadya sendiri susah ditebak. "Tentu aja sama Dayana!" teriak Runi heboh. Sampai - sampai penghuni meja- meja di sekitar mereka pada memperhatikan. Runi nyengir sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Sori, sori!" ujarnya tanpa rasa bersalah. Malahan tersirat rasa bangga di wajahnya karena barusan spill berita heboh di kantin yang super ramai banget saat jam makan siang itu.
***
Kalau di pikir- pikir, Nares memang cocok kok sama Dayana. Sama- sama nyebelin!
Hari itu, Nadya ogah banget berlama- lama berinteraksi dengan bosnya. Entah mengapa dia merasa nggak suka kalau Nares itu bahagia!
Oke! Nadya akui, dia memang sirik setengah mati sama pria itu. Setelah menolaknya, eh dia pikir Nares bakalan mengejar- ngejar. Bersikeras kek. Ngotot kek. Buat ngedapatin Nadya. Tapi ini? Malah lenggang kangkung sama cewek sekeren Dayana. Meski kelakuannya nggak bener, tapi ini Dayana gitu lho! Apalagi Nares kan sabar banget. Pastilah dia bisa bikin Dayana luluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Materialistic
ChickLitKarena tekanan dari ibunya, Nadya terpaksa menjalani pekerjaan ganda. Sebagai sekretaris dari Nareswara dan berkencan dengan pria- pria yang menurut ibunya mempunyai masa depan bagus. Ia kemudian mulai mengincar Rifat, yang dirasanya bisa memuaskan...