Chapter 28

11.1K 1K 40
                                    

Nares terus saja mengawasi dua sosok yang tengah mengantri di bagian takeaway restoran sushi tersebut. Ia nggak mempedulikan ocehan Daya tentang sepak terjang pria yang sedang menggandeng Nadya tersebut.

Terus terang, hati Nares panas. Dia memang sudah berusaha untuk melupakan penolakan Nadya yang sudah lama berlalu itu.

Namun ia juga nggak bisa melupakan perasaannya yang terlanjur  mendalam pada  sekretarisnya itu. Hati Nares sudah tertambat pada gadis itu sejak pertama  kali Nadya bekerja untuknya.

Nares yang selalu ingat membelikan oleh- oleh buat Nadya di mana pun dirinya sedang berada. Nares yang rela memperbaiki penampilannya demi bisa membuat gadis itu menoleh padanya dan mempertimbangkannya. Nares yang rela diseret- seret ke tempat yang sangat haram diinjaknya; salon yang berisi pria- pria melambai yang suka sekali menggodanya.

Bahkan ia merendahkan dirinya dengan meminta nasihat percintaan pada stafnya. Dion, Rama dan Firman dari bagian legal yang selama ini membantunya, memberi advis tentang bagaimana caranya menakhlukan hati seorang gadis. Meski banyak diantaranya yang nggak masuk akal.

Hanya saja ia memang nggak punya bakat merayu seperti Rifat atau Gatra. Dia hanya bisa memandangi gadis pijakannya dibalik kaca ruangannya. Ia memang tolol. Tolol karena cinta.

Celakanya, perasaannya itu nggak bisa dibelokkan ke arah lain. Meski Berliana berkeras untuk menjalin kembali hubungan mereka, meski ia dirayu- rayu tantenya supaya mau menikahi sepupunya. Tapi pendirian Nares tetap tegak. Nggak tergoyahkan. Kokoh tak tertandingi.

Nggak sekalipun ia berhenti memikirkan Nadya. Bahkan bila dirinya melarikan diri pada pekerjaannya, sosok gadis itu tetap bertahan di hatinya. Di pikirannya.

Terlebih karena gadis itu yang  telah rela merawatnya ketika  dirinya sakit dulu.

Nares masih kerap  didatangi mimpi- mimpi ketika Nadya berbaring memeluknya supaya suhu tubuhnya tetap terjaga.

Selama ini, semua orang di sekitarnya selalu mengatakan bahwa Nadya adalah gadis yang sering pergi dengan pria yang berbeda- beda. Namun bagi Nares yang sudah terlanjur dibutakan  perasaannya sendiri,  ia tetap nggak mempedulikan  omongan mereka.  Seolah-olah, ia menutup  telinganya rapat- rapat dari semua omongan buruk tentang Nadya.

Biar saja dia disebut budak cinta. Nyatanya, hati Nares sudah mentok di Nadya. Nggak bisa digeser lagi.

Kalau memang gadis itu menginginkan pasangan yang punya kehidupan mapan dan kekayaan berlimpah, well, meski nggak kelihatan mentereng seperti Rifat, Gatra atau Nico, akan tetapi, kekayaan Nares juga nggak main- main.

Dia punya saham di beberapa perusahaan teknologi dan perbankan. Lalu, ia punya usaha patungan ternak sapi di Bogor, yang dikelola oleh sahabat semasa kuliah di ITB. Dan gajinya sebagai CTO cukup untuk membelikan barang- barang branded yang biasa dipakai Nadya.

"... setahu Daya, Firly itu pernah..."

"... duit bokapnya... udah pasti dia bakalan babak belur..."

"... juga pernah... sudah gitu ditinggalin... dihubungin nggak bisa. Sampai- sampai...Oom...!" Daya berteriak kesal. Jadi sejak tadi dia ngomong sendiri!

Sementara si Oom sedang mengamati sosok mungil yang berdiri di samping tubuh tinggi Firly dengan tatapan yang bisa melubangi tubuh orang. Sementara yang jadi objek penambat pandangnya, malah sedang asyik dengan ponselnya. "Kayaknya Oom Nares betulan jatuh cinta sama perempuan itu," gumamnya entah pada siapa.

Beberapa menit kemudian, tampak Nadya melenggang ke luar dengan tangan berada dalam genggaman Firly. Sementara tangan satunya lagi membawa makanan yang tadi dipesan. Nares mengikuti langkah mereka dengan tatapan matanya yang semakin dingin.

Miss Materialistic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang