Mereka akhirnya duduk di coffee shop 24 jam yang ada di lantai satu, dengan Nadya yang memesan Americano dan pria di hadapannya memesan espresso.
"You looks good anyway," pria itu bergumam. Mengawasi Nadya yang sejak tadi memalingkan pandangan. Hingga detik ini, dia nggak tahu apa yang membuat Yuga tiba- tiba muncul di apartemennya.
Bukankah seharusnya pria itu berada di Surabaya atau di mana pun kecuali di Jakarta. Melihatnya di sini, menimbulkan kejengkelan di hati Nadya.
"Thanks, " jawabnya malas- malasan.
Ingatkan kenapa dia harus menjaga sikap di depan pria ini. Tentu saja karena dia nggak ingin mamanya menelepon dan mencak- mencak. Sebab, Yuga ini tukang ngadu.
"Kayaknya kamu nggak suka aku berkunjung?" alisnya yang lebat itu naik sebelah. Dan sungguh, biar pun punya muka seganteng Zac Efron dan duit segambreng, yang satu ini sudah dicoret Nadya dari daftar suami potensial.
Matanya yang jelalatan itu bikin nggak nahan. Dan somehow, Yuga juga punya penyakit amnesia dadakan kalau habis bikin salah. "Aku mau minta maaf, "
Nadya mengernyitkan dahi sejenak, sebelum mengumbar senyuman sinisnya. "Buat apa? Kita putus udah cukup lama, Ga. " Nadya hampir memutar bola matanya. "Sebenarnya, apa tujuanmu ke sini? Kamu nggak mungkin tahu- tahu kangen sama aku terus muncul di depan apartemenku, kan?"
Pria itu tampak frustrasi. Ia seolah- olah menghindari tatapan Nadya. Dan gadis itu sudah hafal betul dengan tabiat pria itu. Pasti ada sesuatu yang membuatnya mau kembali merangkak kepada Nadya.
Let's say, mungkin maminya atau neneknya. Petualangan cinta Yuga selama ini serba nggak jelas. Selama masih jalan dengan pria itu, Nadya sebetulnya sangat memperhatikan penampilannya.
Haram baginya kelihatan kucel di depan Yuga yang kadang menuntut kesempurnaan penampilan dari cewek yang diajaknya jalan.
Nadya sempat mendengar desas- desus dari mamanya, bahwa setelah putus darinya, Yuga memacari model berusia belia. Hal itu sempat membuat Tante Melia-- Mami Yuga-- meratap frustrasi pada mama Nadya.
Setelah putus dari model berusia belia itu, Yuga melabuhkan pencariannya pada pemain sinetron berusia tujuh belas tahun. Bahkan, konon pria itu rela menebus kontrak si artis, demi bisa bersamanya.
"Apa kabar si artis?"
"Are you jealous?"
"You wish!"
"Kata Tante Mona kamu masih single?"
Nadya mengangkat cupnya dan menyeruput Americano- nya, tanpa mempedulikan kata- kata Yuga lagi. "Padahal, ini sudah hampir tiga tahun."
"Denger ya, " Nadya mendesah lelah. "Kalau sampai sekarang aku masih sendiri, itu nggak ada hubungannya sama kamu. " Ujarnya dengan nada dingin. "Lagi pula, siapa yang ngasih kamu hak buat mencampuri urusanku?!"
"Aku ngerti kamu masih sakit hati,"
"Aku nggak ngerti kenapa aku harus sakit hati?" Nadya menatap sinis. " Apa lagi sama kamu!" kemudian ia bangkit, meninggalkan Yuga yang menatapnya dengan ekspresi terkejut.
***
"Maaf, Tante. Saya nggak bisa datang malam ini. Ada kenalan dari Surabaya mampir, Tante. "
"Oh, begitu..." Suara dari seberang sana terdengar sedikit kecewa.
"Ya nggak apa- apa kalau begitu. Orang dari kampung halaman memang selalu harus diutamakan."
"Sekali lagi, saya minta maaf, Tante. Saya nggak bermaksud menghindar atau ingkar janji sama Tante,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Materialistic
ChickLitKarena tekanan dari ibunya, Nadya terpaksa menjalani pekerjaan ganda. Sebagai sekretaris dari Nareswara dan berkencan dengan pria- pria yang menurut ibunya mempunyai masa depan bagus. Ia kemudian mulai mengincar Rifat, yang dirasanya bisa memuaskan...