Epilog

35.4K 1.5K 57
                                        

Tiga tahun kemudian....

"Cepetan dong, Mas... aku udah nggak kuat lagi nih!" Nadya mengerang tertahan, sementara Nares berkonsentrasi memacu mobilnya pada dini hari yang lengang menuju ke rumah sakit.

Pukul dua dini hari, Nadya merasa kebelet pipis. Perempuan berperut buncit hasil dari perbuatan sang suami itu dengan susah payah turun dari ranjang.

Ia mengenakan gaun tidur tipis tanpa lengan yang berbahan ringan. Entah mengapa, saat itu dia merasa sangat kesulitan menahan buang air kecil. Dan tepat di depan pintu kamar mandi, ia berteriak karena dikiranya sedang mengompol.

Rupanya ketubannya pecah.

Nares langsung bangkit tanpa mempedulikan ia hanya mengenakan bokser dan kaus singlet. Seragam tidur yang sama sekali nggak ada seksi- seksinya.

"Kenapa, Nik?" tanyanya dengan waswas. "Aku ngompol, Mas..." Nadya hampir meraung. Air matanya sudah meluncur membasahi kedua pipinya yang semakin tembam semenjak kehamilannya memasuki trimester ke dua. "Nggak apa- apa, nggak apa- apa!" Ujar Nares menenangkan. "Aku bantuin ganti celananya. Sekarang ke kamar mandi dulu. Aku ambil celana dalam sama baju ganti ya?"

Nares memapah Nadya duduk di atas closet. Ketika berusaha untuk melepaskan celana dalam, lagi- lagi Nadya menjerit. Ada bercak darah bercampur lendir di celana dalamnya.

***

Pada akhirnya, Nares hanya sempat mengganti pakaian istrinya. Dia nggak mempedulikan dirinya yang hanya memakai jaket dan celana bokser serta sandal jepit. Untungnya, pria itu masih sempat menyambar kacamatanya.

Mobil dipacu dengan kecepatan di atas rata- rata. Tapi baru kali ini Nares merasa sebodo teuing dengan peraturan safe drive, karena ia sudah panik mendengar raungan Nadya yang menahan sakit.

Untungnya asisten rumah tangga yang Nares pekerjakan semenjak Nadya hamil, sudah menelepon rumah sakit yang telah di- booking Nares sejak jauh- jauh hari. Jadi semestinya, dokter kandungan Nadya sudah bersiaga di rumah sakit itu.

"Sabar ya, Nik..."

"Sakit banget Mas..."

"Sabar Nik..."

Mobil akhirnya tiba di rumah sakit. Satu regu perawat sudah bersiap di IGD. Nadya langsung didorong dengan brankar, sementara Nares ribut mencari tempat parkir.

Biasanya pria itu adalah jenis yang taat aturan. Namun karena nggak ingin terlalu lama jauh dari Nadya, Nares parkir dengan serampangan. Satpam jaga malam terlongong-longong melihat seorang pria berlari memakai kacamata , jaket, bokser, dan sandal jepit.

Sungguh kostum yang aneh.

***

Tepat pada pukul tiga lewat seperempat, lahirlah bayi perempuan cantik dengan berat 3,2 kg dan panjang 51 sentimeter. Seorang bayi yang amat sehat dan tangisnya membuat dokter Rio, obgyn Nadya juga ikut terharu.

"Selamat, Pak. Bayinya cantik sekali. Sebentar lagi, bapak pasti dilema antara dua perempuan cantik!" ujar dokter itu dengan tampang jenaka.

Nares mengangguk saja. Seolah-olah dia mengiyakan apa pun yang dikatakan dokter tersebut. Meski si dokter akan bilang kalau saat itu rambut bayinya  ternyata pirang.

Tapi nyatanya rambut bayi perempuan cantik yang hadir ke dunia lewat persalinan normal itu bukan pirang, melainkan hitam legam. Seperti rambut Nares.

Bayi itu sedang menggeliat- nggeliat di dada ibunya yang penuh dengan air susu. "Hai, Honey? Are you okay?"

"I'm feel so great!" Wajah pucat Nadya membuat perasaan Nares semakin membuncah penuh dengan perasaan sayang dan cinta di dalam hatinya untuk perempuan yang telah rela melahirkan anak pria itu.

"Kamu cantik banget, Nik..." Nares membelai rambut istrinya, sebelum memberikan kecupan dalam di dahi perempuan itu. "Aku bangga banget sama perjuangan kamu yang mau hamil anak aku. "

Nadya hanya balas tersenyum. Kemudian wajahnya mengernyit, memekik ketika mulut si bayi menemukan sumber kehidupannya. Suster sudah membersihkan bayi itu.

"Kenapa?"

"Dia nyedotnya kuat banget, Mas. " Nadya kemudian tersipu. "Lebih kuat dari kamu ..."

"Jangan gitu lho, Nik. " Kata Nares dengan nada merajuk. "Aku mesti puasa empat puluh hari lho setelah ini!"

Nadya hanya terkekeh. Kemudian mengaduh karena jahitan di jalan lahirnya terasa nyeri.

***

Bayi itu diberi nama Jenar Arunika Mahendraswari, yang segera jadi kesayangan keluarga.

Termasuk sepupunya, Keegan yang berubah cemberut karena setelah Jenar lahir, Keegan mencetuskan ide bahwa dia juga ingin punya adik perempuan.

Nadya menatap Sisil penuh arti.

Hanya mereka yang tahu ada rahasia yang Sisil sembunyikan dari suami dan anaknya yang hingga detik ini tak pernah akur itu.

Sementara Nadya merasa kebahagiaannya begitu lengkap. Ia punya suami yang meski konyol, namun sangat menyanyanginya dan juga amat menoleransi kebawelannya. Sekarang, mereka punya Jenar, buah cinta yang datangnya nggak pernah disangka- sangka.

Karena membiarkan hidup mengalir apa adanya dan membawa kita ke satu tujuan yang nggak pasti- pasti amat, ternyata sangat menyenangkan juga!

                            Fin

Lanjut ke Miss Dandelion ya kisahnya Laras sama Suta....

Miss Materialistic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang