Seperti biasa, Nadya yang memang agak gila kontrol itu langsung menuju pantri untuk menyiapkan makanan bagi bosnya.
Nasinya masih cukup hangat, jadi tidak perlu dihangatkan dalam microwave. Bakwan jagungnya agak dingin, jadi ia menggunakan air fryer untuk menghangatkannya. Sembari menunggu dengan pinggul menyandar ke tepian meja makan berkursi enam yang terbuat dari baja ringan.
Selagi menunggu bakwan jagung itu selesai, Nadya membuka akun Instagramnya. Tampak beberapa temannya memajang foto liburan. Menjelang akhir tahun begini, memang banyak orang berlomba- lomba untuk mempersiapkan liburan. Itinerary nya pun semakin bervariasi dan bikin ir kaum jelalatan seperti dirinya.
Yang berbajet minimum, memilih tempat seperti Karimunjawa atau Bali dan Bandung. Sementara yang menengah, kemungkinan besar ke Langkawi atau Penang. Yang para sultan tentu saja akan langsung ke Jepang, Turki, atau Eropa tanpa berpikir dua kali.
Nadya sendiri sedang sibuk memilih antara Tretes atau Bali. Keluarga neneknya dari pihak ayah mempunyai vila di Tretes, kalau dia mau, tinggal mempersiapkan untuk biaya transport saja. Kalau ke Bali ini disponsori oleh ibunya. Tentu saja dengan agenda tertentu.
Dia ingin menolak acara liburan ke Bali bareng keluarga Yuga, mantan pacar yang ia putus karena matanya yang hobi jelalatan.
Menurut Nadya, mata jelalatan itu masuk dalam kategori yang enggak banget. Bayangin sewaktu mereka jalan bareng ke mal, sementara Nadya sudah dandan maksimal dan pantulan dirinya di cermin terlihat sangat memuaskan, namun ketika tangan Yuga menggandengnya, mata pria itu terang- terangan mengarah pada segerombolan abege yang juga berani main mata dengan pria itu.
Sialan banget .
Meski pun mamanya mengecam keputusan Nadya saat itu, namun gadis itu merasa lega luar biasa. Belakangan ini, Yuga kembali menghubunginya, namun gadis itu mengabaikan segala bentuk kontak yang dibuat pria tersebut.
Pintu pantri menjeblak, seorang gadis yang kelewat tinggi, dengan kaca mata pantat botol bertengger di hidungnya yang mancung, wajah pucat, kemeja warna krem dan rok cokelat-- sama sekali tidak menarik-- serta raut wajah suntuk, melangkah mendekati dispenser air dingin di sudut pantri.
Nadya selalu mengira bahwa Dessy tidak pernah menyukainya. Tapi dia juga tidak mempedulikannya. Entah mengapa, setiap berada di sekitar satu- satunya gadis selain dirinya yang nyasar di divisi IT, Nadya merasa tatapan Dessy padanya berlumur kebencian yang menurut Nadya tidak beralasan.
Hingga, Nadya pernah bertanya - tanya dalam hari, apakah sebenarnya Dessy naksir Nares?
Air fryer itu mengeluarkan bunyi, Nadya segera mendekat dan mematikan alat tersebut, sebelum menarik panci dan mengeluarkan dua potong bakwan jagung, lalu meletakkannya ke atas piring yang telah dialasi tisu dapur.
Setelah itu ia bergerak secara metodis. Mengambil gelas panjang dari rak, mengisinya dengan air putih, lalu mengambil nampan. Dengan mata beloknya, Dessy mengawasi itu semua.
Cih, sok perhatian banget! Palingan kalau disuruh masak juga kagak bisa. Modal tampang doang begitu biasanya mentok cuman bisa masak air!
Dessy mendengus.
Nadya juga tidak repot- repot ngobrol dengan gadis itu, langsung membuka pintu, sebelum mengangkat nampan dan melenggang ke luar.
***
Tatapan mata Nares bagaikan anak balita yang mengawasi ibunya sedang menyiapkan makanan di atas meja, sementara dia duduk anteng di kursinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Materialistic
Chick-LitKarena tekanan dari ibunya, Nadya terpaksa menjalani pekerjaan ganda. Sebagai sekretaris dari Nareswara dan berkencan dengan pria- pria yang menurut ibunya mempunyai masa depan bagus. Ia kemudian mulai mengincar Rifat, yang dirasanya bisa memuaskan...