"Kenalin, ini Firly. " Yohan tersenyum pada Nadya. Gadis itu melakukan scanning pada pria tinggi bertampang anak baik - baik yang mengenakan T-shirt putih dan celana jin biru. Tatapan matanya tajam balik mengamati Nadya dengan penuh minat, sebelum mengulurkan tangan. "Hi, Firly.""Nadya," ujar gadis itu dengan manis.
Hari ini Sabtu. Dan Nadya terlalu stress untuk menghabiskan waktunya sendirian di apartemen. Aleira terbang ke Hong Kong dan belum kembali sejak hari Kamis. Sementara gadis itu merasa bahwa sudah cukup dirinya dijejali pikiran tentang Nares.
Hari ini dia bertekad untuk nggak akan lagi memikirkan sosok bosnya itu. Kalau Berliana mau menyambar pria itu, well, silahkan ambil saja! Nadya nggak butuh- butuh amat kok. Cuma Nares ini.
Dia bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik. Lebih tajir. Lebih segala- galanya ketimbang seorang Nareswara Mahendradatta yang yah... harus Nadya bilang predikatnya cuma not bad.
Walau mungkin, gadis itu belum pernah menemukan pria yang perhatiannya terasa tulus seperti Nares.
Nares yang selalu memastikan agar kebutuhan Nadya terpenuhi lebih dahulu. Nares yang memastikan Nadya agar gadis itu mendapatkan apa yang dia butuhkan.
Nadya meringis mengingat itu semua.
Jadilah hari itu ia bangun lebih awal. Mandi dan mengenakan baju olahraga. Kaus putih dan celana yoga warna abu- abu. Sepatu lari yang senada dengan warna kausnya, dan rambut yang diikat erat di puncak kepala.
Niatnya mau lari pagi di Senayan. Lari baru setengah jam sudah ngos- ngosan. Istirahat sejenak, buka handphone, ada chat dari Yohan masuk. Ngajakin ketemuan di mal.
Tadinya, Nadya hendak menolak. Dia sudah punya rencana buat menghabiskan seharian ini dengan dimanja- manja sama tangan terampil pegawai salon langganannya.
Ia ingin terlihat cantik dan merasa cantik. Supaya moodnya balik lagi. Jadi, dia membalas pesan Yohan dan mengatakan bahwa dirinya nggak bisa menemui pria itu saat makan siang.
Nadya : kalau sore aja gimana?
Yohan: wah sibuk bgt kayaknya. Pacaran ya?
Nadya: 😗😗😗
Yohan: kok malah manyun gitu?
Nadya: gak usah mancing ya, Han...
Nadya: i don't buy it!
.
Yohan: wih galak amat!Nadya: yadah. Nanti jam limaan ya? Ketemuan di Starbucks. Oke?
Yohan: as you wish, My Lady!
Nadya: 😆😆😆
***
Sebelum menemui Yohan di tempat yang sudah mereka sepakati, Nadya mampir sebentar ke butik Zara. Demi penampilan, dia harus memejamkan mata ketika kartu kreditnya digesek untuk sehelai gaun warna hitam yang untungnya cantik banget.
Gaun itu mungil dan sangat pas di tubuhnya yang nggak terlalu tinggi. Roknya jatuh pas di area lutut, mengembang di sekelilingnya dengan manis dan natural. Bagian atasnya untungnya nggak terlalu rendah, sehingga mengobral asetnya dengan murah meriah. Masih cukup sopan dan nggak terlalu resmi juga.
Penampilan memang selalu jadi nomor satu bagi Nadya. Dia nggak akan mungkin membiarkan dirinya terlihat lusuh. Hal itu akan menjadikannya bahan hinaan di kalangan para perempuan. Dan ia nggak akan sudi dirinya digunjingkan karena penampilannya kurang memuaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Materialistic
Chick-LitKarena tekanan dari ibunya, Nadya terpaksa menjalani pekerjaan ganda. Sebagai sekretaris dari Nareswara dan berkencan dengan pria- pria yang menurut ibunya mempunyai masa depan bagus. Ia kemudian mulai mengincar Rifat, yang dirasanya bisa memuaskan...