meet you again

569 9 0
                                    

Redda mengingatkan owen untuk datang ke ruangan tempatnya interview, seperti ruangan meeting di samping ballroom.

Dengan malas owen melangkah, di jurusanya sepakat memilih owen karna ia yang paling berhasil di antara yang lain dalam arti memang owen memiliki aset perusahaan yang paling besar diantara teman-temanya.

Sudah sering ia menjalani interview seperti ini dan pertanyaanya selalu sama, apa yang membuatmu bisa sukses seperti saat ini ?

Hah ! Owen menghembuskan nafasnya kencang, ia memutar gagang pintu dan masuk ke dalam, tapi sesaat kemudian ia melihat wajah yang sangat ia kenali, walau lebih tirus dengan rambut panjang ia tetap bisa mengenali wajah itu.

Elodi itu elodinya ...

Berbagai pertanyaan hinggap di kepalanya, kenapa ada elodi disini? Jadi selama ini dia di paris ? Kenapa dia pergi kesini? Dan lain sebagainya.

Owen tetap memasang wajah tenang tapi alis nya mengernyit saat melihat pria di hadapanya.

Aiden ravella , rivalnya di campus dulu.

"owen p hutama ". Aiden membuka suaranya setelah lama hening, membuat pandangan elodi beralih ke arahnya.

"aiden ". Owen hanya menjawab pelan, nafas nya seperti tercekik melihat elodi dihadapanya, ia ingin segera merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukanya.

"so ? Kau lagi yang menjadi narasumber fakultas kita ?". Aiden berkata tak ramah.

Elodi merasakan aura permusuhan antara keduanya.
Ada apa lagi ini ?, belum selesai rasa terkejutnya dengan cerita aiden, sekarang ia di hadapkan dengan manusia yang paling ia hindari sekaligus yang paling ia rindukan.

"ya .. Memang aku selalu menjadi yang terbaik di fakultas kita". Owen berkata sombong, sambil sesekali melirik elodi yang menunduk dalam.

"baiklah silahkan duduk, ayo kita akhiri ini dengan cepat". Aiden menyiapkan pertanyaanya dan sebuah alat rekam suara kecil di tanganya.

Owen duduk di sofa panjang di hadapan aiden, tapi pandanganya lurus pada wanita di belakang aiden yang masih menunduk sambil meremat camera.

"dia tidak memfoto ku ?". Tanya owen ke aiden sambil menujuk elodi menggunakan dagunya.

"el .. Ayo foto narasumber kita". Aiden berkata lembut, dan berhasil membuat owen mengeratkan kepalan tanganya.

Apa tadi dia dengar ? El ? Si aiden anak buangan itu memanggilnya dengan sebutan el ? . Owen seperti masuk ke dalam kuali mendidih, ia kepanasan mendengar nama kesayanganya di panggil oleh orang lain.

Elodi dengan tangan bergetar memegang camera, mengarahkanya pada owen, tidak peduli hasilnya ia menjepret asal, elodi tak bisa menatap mata itu dengan waktu lama.

"sudah". Elodi berkata pelan tapi owen masih dapat mendengarnya, suara itu, suara lembut yang selalu mendesahkan namanya saat ia ada di atas tubuhnya.

Elodi kembali menunduk, ia tidak tau harus berlari kemana lagi, kakinya seolah tertancap paku tidak bisa ia gerakan.

Melakukan interview dengan lancar tapi terkesan dingin, aiden mengakhiri sesi wawancaranya.

"jika aku ingin membaca hasil interview ini, majalah apa yang harus aku beli". Owen bertanya pada aiden.

"kau hanya menjawab seperti tahun tahun sebelumnya, untuk apa kau tau ?". Aiden masih dengan wajah ketusnya.

"aku harus memeriksa hasil kerjamu aiden, apa kau masih tidak becus seperti dulu ?". Owen tersenyum miring.

Tidak mau memperpanjang debat, aiden menyebutkan nama surat kabar tempat ia dan elodi bekerja.

"mèrci". Owen tersenyum. Melirik ke arah elodi yang sedang merapikan cameranya.

OBSESSED BY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang