found out

648 12 0
                                    

Elodi duduk di atas bean bag di depan jendela kamarnya, memandang kosong ke depan.
Elodi tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang, seakan motivasi hidupnya sudah hilang, ia ingat di hari pertama ia bekerja ibunya sibuk mengurus keperluanya, baju, hingga memasak bekal takut elodi canggung jika makan dengan yang belum ia kenal.

Elodi mengingat sosok ibunya dengan jelas di otaknya, ibunya yang mengajarkanya memasak, mencuci hingga mengurus rumah, ibunya selalu berpesan ini bukan karna elodi perempuan, tapi ini adalah dasar manusia bisa bertahan hidup selain mencari uang.

Duduk dengan memeluk lututnya air mata elodi seakan sudah kering, ayahnya selalu mengajarkanya dewasa, walau anak satu-satunya elodi tidak di manja, ayahnya mengajarkan bahwa semua yang elodi inginkan harus dengan usaha keras.

Maka dari itu elodi sangat bersemangat saat di terima di Pradipta corp. Ia ingin membuktikan pada ayahnya bahwa ia berusaha untuk mengabulkan semua mimpinya.

Mimpi elodi ingin bernyanyi di atas panggung opera atau musical di paris. Tapi kembali dengan realita yang harus ia terima, ayah ibunya bukan tidak mendukung mimpinya, hanya mereka tidak siap jika harus berjauhan dengan elodi.

Semua masih berputar di kepalanya seperti potongan video pendek, sepanjang hidupnya elodi ternyata sangat di sayangi orang tuanya tanpa ia sadari, tpi kini saat elodi menyadarinya semua sudah terlambat, ayah ibunya sudah tak bisa ia temui lagi di dunia ini.

Bunyi suara di belakangnya membuat elodi menoleh, melihat owen membawa semangkuk bubur untuknya makan, owen memang terus menemani elodi di rumahnya tapi itu membuat elodi semakin bersalah karna mengingat perbuatanya di saat orang tuanya tiada.

"el .. Makan dulu ya ..". Owen melangkah pelan. Bila elodi mengusirnya lagi kali ini, ia akan mencoba menjauh sejenak, ya .. Hanya melihat dari jauh lebih tepatnya.

Elodi hanya menandang owen dengan tatapan sayu dan kosong, owen menghela nafas pelan, entah harus dengan cara apa agar elodi bisa menemukan sediki cahaya hidupnya kembali.

"saya suapin ya .. ". Owen berkata lembut, mencoba mengambil satu sendok kecil bubur ia berikan pada elodi, owen berharap elodi melihatnya, berharap elodi menjadikanya semangat untuk hidup lagi.

"aku bisa sendiri.. Kamu pulang aja.. Kamu juga harus kerja kan ?". Elodi mencoba mengambil tray yang owen pegang.

"saya suapin kamu makan dulu .. Baru saya pergi kerja". Owen mencoba bernegosiasi.

"oke ...". Elodi tidak ingin berdebat, yang penting owen pergi dari hadapanya.

Memakan sesuap demi sesuap bubur yang owen berikan hingga habis, elodi memang sudah lupa kapan terakhir ia makan dengan benar, sebelumnya ia hanya makan sekedar untuk mengisi tenaga agar bisa menangis lagi.

"udah habis .. Kamu bisa berangkat kerja sekarang". Elodi berkata pelan.

"oke .. Tapi please kalo ada apa-apa kasih tau saya ya .. Saya akan langsung datang kesini". Owen ngusap sayang rambut elodi dan menciumnya lama.

Elodi mengangguk patuh, owen pergi meninggalkan sendiri di rumah, sudah 5 hari dari kepergian orang tuanya, elodi masih di liputi awan kelabu itu.

Owen menatap elodi yang masih memandang ke depan dari jendela kamarnya.
Menjalankan mobil pergi dari rumah elodi ia pergi ke kantor karna memang ada meeting dengan papanya juga mitra bisnisnya dari singapore.

Elodi meluruskan kakinya ia menendnag pelan benda di ujung kakinya, hampir jatuh dari beanbagnya.

Ponsel owen, ia lupa membawanya, karna elodi mengusirnya terus menerus menjadikan owen pergi dengan terburu-buru.

OBSESSED BY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang