helping

588 13 0
                                    

Owen tertidur lelap di samping elodi, entah sudah berapa kali owen memaksakan keinginanya pada elodi, yang membuat kakinya pegal, dan pinggangnya kebas.

Owen mode kesetanan seperti itu sangat membuat elodi kewalaha, tapi ia bersyukur owen tidur lebih cepat mungkin efek pelepasan membuatnya lebih relax.

Elodi memakai hodie dan jeans serta sepatu conversnya, pergi mengendap seperti maling dalam rumahnya sendri.

Ia tidak membawa apapun selain baju yang melekat di tubuhnya, yang ada di otak elodi hanya pergi sejauh mungkin dari owen untuk keselamatan dirinya.

Sampai di pintu depan elodi berlari sedikit hingga berbelok di ujung blok perumahanya, ia melihat mobil rubicon hitam terparkir disana.
Melihat yang ada di dalamnya adalah orang ya ia tinggu, elodi masuk ke dalam mobil itu.

"lo gak apa-apa kan ? Owen gimana ?". Suara pria yang sendang mengemudikan mobil itu.

"gak apa-apa ... Owen masih tidur". Elodi mengela nafas yang masih ngos-ngosan akibat lari dan panik, takut jika owen mengejarnya lagi.

"oke langsung ke bandara aja ya ? ". Tanya pria itu lagi.

"boleh ke pemakaman dulu ? Gue mau pamit ke ayah ibu dulu". Elodi memandang sendu pria si sampingnya.

"oke .. Take your time di .. Owen gk bakal tau lo sama gue". Redda mengeratkan pegangan tanganya pada kemudi.

*flash back on

Setelah elodi mengetahui semuanya, ia berpikir kepada siapa ia akan meminta tolong, caca atau fani tidak mungkin bisa menjauhkanya dari owen, lagian elodi tidak mau sampai teman kantornya itu kesusahaan jika harus berurusan dengan owen.

Ada satu nama yang terlintas, dengan cepat ia mengambil ponsel owen dan menelepon redda dari ponselnya.

Ya .. Redda, elodi terpaksa meminta bantuan pada sahabat owen karna menurutnya redda sangat mengenal owen, maka dari itu ia akan menceritakan semuanya pada redda dan memninta menolongnya kabur.

Elodi menceritakan semua tentang owen yang memguntitnya, menaruh spy camera hingga semua perlakuan kasar owen terhadapnya, peduli setan dengan pandangan redda jika berpikir elodi wanita murahan yang bisa owen tiduri seenaknya, elodi sudah tidak memikirkan itu lagi.

"fuck !.. Gue kecolongan". Itu reaksi redda saat elodi selesai menceritakan semuanya.

"gue mohon .. Bantu gue pak .. Gue mau Pergi gue takut". Elodi menangis terisak.

"tenang odi gue pasti bantu lo .. ". Redda terdengar bernafas berat di sebrang telpon, redda berpikir harus membawa elodi kemana, hingga owen tidak dapat mengetahuinya.

"lo mau ke paris ? Ke rumah gue ?". Itu ide yang redda dapatkan, paris rumahnya akan menjadi tempat terakir owen mencari elodi, owen tidak akan berfikiran elodi ada di rumahnya di paris.

"di mana aja asal gue pergi dari sini pak ..". Elodi berkata pelan.

"oke lo harus telpon gue begitu owen datang ke rumah lo, biar gue tau apa yang terjadi, gue akan langsung kesna oke ? Lo tenang owen gak akan nyakitin lo ". Redda mencoba menenangkan elodi yang terdengar sangat ketakutan.

"iya pak .. Thank you pak mau bantu gue".

"anytime odi .. Oke gue balik dulu meeting owen pasti nunggu, dan lo bersikap biasa aja oke ?".

"iya pak ..". Elodi menutup panggilanya.

Saat melihat owen datang dan sedang merapikan belanjaan yang ia bawa elodi menelepon redda dan ponselnya ia simpan terbalik dibelakang vas bunga dekat tangga.

OBSESSED BY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang