time to us

541 13 0
                                    

Untungnya ini di penghujung minggu hingga elodi tak perlu pergi bekerja, ia mengurus bayi besarnya dengan telaten, semua ilmu yang mendiang ibunya dulu berikan terpakai.

Mengompres tubuh owen, hingga mengelapnya dengan air hangat agar suhunya cepat normal kembali, obat dan air madu yang bisa cepat merecovery kesehatan pun elodi berikan pada owen.

Hingga owen tak terlalu demam lagi, dan elodi bersyukur ia tak perlu membawa owen ke rumah sakit, karna itu akan sangat merepotkan, dengan tubuhnya yang kecil, memapah owen yang bertubuh besar.

"how you feel ? ..". Elodi mengusap pelan rambut owen, ia bangun pagi dan membuat bubur daging untuk owen.

"hem.. feel better, maaf aku repotin kamu". Owen membawa tangan elodi yang ada di dahinya, mengenggamnya dan mengecupnya.

"no prob, sekarang makan dan minum obatnya lagi". Elodi memperhatikan owen, ia ingat kata-kata yang owen ucapkan saat ia bermimpi tadi malam.

Mungkin owen benar-benar sedang bermimpi?

"kenapa ? ". Owen menyandarkan tubuhnya di headboard dan mengambil mangkuk bubur yang elodi berikan.

Melihat elodi menatapnya seperti ingin bertanya sesuatu tapi terlihat ragu.

"kenapa liatin aku kaya gitu ?". Owen kembali bertanya sembari menyuap sesendok bubur yang elodi buat.

"gak apa-apa ... Kamu gak ingat mimpi apa semalam?". Elodi mengulum bibirnya.

"emmm..". Owen bergumam sambil terlihat berpikir "Gak ingat kecuali ajak kamu meried ". Owen tersenyum manis.

"stop it ..". Elodi menunduk dengan wajah merona, malu.

"kenapa ? Gak mau ?". Owen memiringkan wajahnya ingin melihat elodi yang sedang bersemu.

"gak mau". Elodi membuang mukanya membelakangi owen.

"gak masalah, aku masih punya banyak kesempatan buat lamar kamu lagi". Owen menyuap bubur dengan tampang percara diri tinggi.

Elodi hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil.

"i know you love me, .. Thats why, aku gak perlu takut kamu akan terus tolak aku". Owen menghabiskan buburnya dan memberikan mangkuknya pada elodi.

"thanks el ..". Owen tersenyum manis.

"hem.. ". Elodi bangkit ke arah pantry, mencuci piring dan peralatan dapur yang tadi ia gunakan.

Semua pergerakan elodi di perhatikan dengan dalam oleh owen dari atas tempat tidur.

Owen ingin setiap ia membuka matanya, elodi ada di sampingnya, menemaninya, melengkapinya.

Kenapa tidak dari awal ia memikirkan bahwa menikahi elodi akan membuat elodi selalu ada di dekatnya.
Menghabiskan sisa umur berdua, tak ada salahnya.

Elodi duduk di sofa midinya yang ada di depan tv dan tempat tidurnya, membuka ipadnya dan mulai bekerja untuk submit naskah yang ia telah baca.

"ngapain ?". Owen duduk di sampingnya, wajahnya terlihat segar setelah mencuci muka.

"kerja". Elodi menjawab tanpa menoleh, membuat owen mendengus.

"kerja apa?". Owen bersikap manja.

"kerja ini". Elodi bersipa acuh.

Owen menarik lembut pipi elodi hingga wajahnya berhadapan, "look at me". Owen menatap elodi dalam.

"wen please, .. I have a lot job". Elodi melepas tangan owen di pipinya.

"but I'm here.. ". Owen berkata murung

Elodi menghembuskan Nafas Pelan,

"oke now what? ".

OBSESSED BY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang